Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan resmi menunda short selling setelah indeks harga saham gabungan (IHSG) ambruk sepekan lalu. Langkah ini merupakan hasil dari pertemuan BEI, OJK, dan pelaku pasar modal di Gedung Bursa, Jakarta, pada Senin, 3 Maret 2025. “OJK akan mengambil kebijakan awal, pertama adalah menunda implementasi kegiatan short selling,” kata Kepala Eksekutif OJK bidang Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Inarno Djajadi dalam konferensi pers di Main Hall BEI, Jakarta, Senin, 3 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Short Selling merupakan strategi perdagangan saham dengan menjual saham yang belum dimiliki. Investor yang menerapkan short selling meminjam saham dari pihak lain, lalu menjualnya di pasar dengan harga tinggi. Kemudian, investor membeli kembali saham tersebut dengan harga yang lebih rendah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BEI dan OJK mengumpulkan sejumlah pengusaha sekaligus emiten pasar modal untuk membahas amblesnya IHSG selama sepekan kemarin. IHSG anjlok 7,83 persen ke level 6.270 dalam sepekan terakhir atau pada perdagangan 24-28 Februari 2025.
Dalam pertemuan ini, BEI dan OJK menghadirkan Direktur Utama Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir alias Boy Thohir, Direktur Utama PT Indika Energy Tbk Arsjad Rasjid, Chief Executive Officer di Sinar Mas Agribusiness & Food Indonesia Franky Widjaja, Presiden Direktur Bakrie & Brothers Anindya Novyan Bakrie, dan Direktur Utama Barito Pacific Agus Pangestu.
Selain menunda short selling, Inarno mengatakan persamuhan ini juga menghasilkan rencana buyback saham atau pembelian saham kembali tanpa persetujuan di rapat umum pemegang saham (RUPS). “Terdapat opsi kebijakan lain yang jika diperlukan yaitu mengkaji buyback saham tanpa RUPS dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang terjadi nantinya,” kata dia.
Menurut Inarno, langkah ini untuk menjaga stabilitas pasar dan pelindungan investor di pasar modal. "Kami ingin juga menyampaikan pesan bahwa kami hadir, mengamati, dan juga berperan aktif dalam menjaga pasar modal Indonesia tetap stabil, transparan, dan khususnya bagi investor lokal, retail, maupun institusional," kata Inarno.
Direktur Utama di PT Indika Energy Tbk Mohammad Arsjad Rasjid Prabu Mangkuningrat juga merespons soal ambruknya IHSG ini. Menurut Arsjad, ambruknya IHSG tak terlepas dari kondisi ekonomi global atau eksternal. “Hari ini alhamdulilah sudah naik. Kita ingin balik lagi, turun 11 kita mesti naiknya 20,” kata mantan Ketua Umum Kadin Indonesia ini.
Selain itu, Arsjad juga mengatakan, rencana buyback atau pembelian saham kembali tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang munculd dalam pertemuan ini juga merupakan langkah baik. Dia mengatakan rencana ini juga bisa mengembalikan IHSG di zona hijau. “itu adalah bagaimana kita melihatnya menjadi suatu positif. Tapi kita harus tetap menjaga governance-nya," kata Arsjad.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) Garibaldi Thohir atau Boy Thohir mengatakan pada umumnya kondisi fundamental perusahaan dalam negeri masih baik. Meski demikian, kata dia, ambruknya IHSG ini tak lepas dari kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. "Dari sisi value-nya itu murah. Jadi it's time to buy," kata Boy dalam Konferensi Pers Dialog Bersama Pelaku Pasar Modal di Main Hall Bursa Efek Indonesia pada, Senin, 3 Maret 2025.
Meski demikian, Boy mengatakan IHSG akan kembali menguat karena sosok Trump yang dikenal sebagai deal maker. “Kalau deal kan prospeknya cerah nanti kan. Kalau cerah pasti nanti akan naik, It's time to buy back," kata Boy.