Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

MOMEN

4 Mei 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EKSPOR
Pertanian Melejit

KINERJA ekspor Indonesia ternyata tak terlalu mengecewakan kendati dunia sedang dilanda resesi. Nilai ekspor pada Maret 2009 mencapai US$ 8,54 miliar atau bertumbuh 20,64 persen dibanding periode Februari lalu. Namun, dibanding periode yang sama tahun lalu, ekspor Maret 2009 anjlok 28,87 persen. Indonesia juga mencatat surplus US$ 1,99 miliar karena impornya hanya US$ 6,53 miliar. ”Ini berita bagus. Surplus itu bisa masuk ke cadangan devisa,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan dalam jumpa pers di Jakarta pekan lalu.

Kenaikan ekspor sepanjang Maret tahun ini ditopang oleh ekspor komoditas pertanian dan pertambangan dengan komposisi sumbangan masing-masing 10,87 persen dan 10,74 persen. Ekspor produk industri justru masih anjlok. Ekspor tekstil dan produk tekstil mencatat penurunan tertinggi. ”Jadi hasil pertanian dan pertambangan sangat menolong,” kata Rusman.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan kenaikan ekspor tersebut terjadi lantaran membaiknya harga komoditas ekspor seperti minyak kelapa sawit (CPO), kopi, dan beras. ”Permintaan CPO meningkat karena stok di negara tujuan ekspor mulai menipis,” ujarnya dalam konferensi pers di Departemen Perdagangan, Jakarta, Jumat pekan lalu. Tapi Mari menilai peningkatan nilai ekspor belum menjadi patokan bahwa perekonomian mulai membaik. Perdagangan global diperkirakan masih akan menyusut hingga 2010.

SIDANG ADB
Indonesia Tambah Modal

PEMERINTAH memastikan akan ikut menyetor tambahan modal bagi Bank Pembangunan Asia (ADB). Penambahan modal itu akan diputuskan dalam sidang tahunan ADB ke-42, di Nusa Dua, Bali, pada 2-5 Mei 2009. Alokasi anggaran untuk menyuntikkan dana bagi lembaga pembiayaan multilateral ini akan disiapkan dari Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2009.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan saat ini Indonesia menjadi pemegang saham terbesar keenam di ADB. ”Posisi itu harus dipertahankan,” katanya di Jakarta pekan lalu. Dalam sidang tahunan itu, ADB akan meminta para anggotanya menyetor tambahan modal 200 persen. Modal ADB akan naik menjadi US$ 100-150 miliar jika penambahan modal disetujui. Saat ini Indonesia memegang 192.700 lembar saham (5,43 persen), dengan hak suara 205.932 (4,65 persen).

EKONOMI
Masih Bergairah

KENDATI resesi global sedang melanda dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai kuartal pertama 2009 ternyata tak seburuk yang dikhawatirkan. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, selama Januari-Maret 2009, konsumsi rumah tangga masih tumbuh 4,3-5 persen. Hal itu ditunjukkan oleh tingginya konsumsi listrik serta naiknya kredit motor dan mobil. ”Saya sudah tanya PLN, konsumsi listrik memang naik,” katanya di sela ramah-tamah dengan editor club di Jakarta pekan lalu.

Naiknya konsumsi masyarakat diikuti pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 8-13,1 persen. Investasi juga masih tumbuh 5-6,5 persen. Namun, sepanjang tiga bulan pertama 2009, ekspor sudah anjlok dengan pertumbuhan minus 6-9 persen. Pertumbuhan impor juga minus 8-12 persen. Alhasil, secara keseluruhan, sampai kuartal pertama 2009, Indonesia masih tumbuh 4,3-4,8 persen. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini sekitar 4,5 persen.

DEFLASI
Akibat Harga Pangan Turun

BADAN Pusat Statistik memprediksi inflasi tahun ini hanya 6 persen. Prediksi lembaga statistik ini dinyatakan setelah pada April 2009 terjadi deflasi 0,31 persen. ”Di hampir semua kota, harga makanan dan sandang turun,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan di Jakarta pekan lalu. Dengan deflasi April itu, laju inflasi tahun kalender Januari-April 2009 mencapai 0,05 persen dan laju inflasi April 2009 terhadap April 2008 (year on year) 7,31 persen.

Menurut Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa, deflasi pada April memberi bank sentral peluang untuk kembali menurunkan tingkat bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis point menjadi 7,25 persen. ”Deflasi yang terjadi pada April ini menjadi kejutan karena sedikit di luar perkiraan,” kata Purbaya. Dia memperkirakan, dengan tingkat inflasi seperti ini, laju inflasi sampai akhir tahun bisa turun hingga di bawah 6 persen. ”Angka 5,5 persen sudah terlihat,” ujarnya.

Ekonom senior PT Bank Negara Indonesia Tbk., Ryan Kiryanto, juga berpendapat deflasi April itu bisa menjadi stimulus penurunan BI Rate sebesar 25 basis point menjadi 7,25 persen bulan ini. Turunnya BI Rate akan memacu bank-bank menurunkan suku bunga deposito.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus