Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENERBANGAN
Kalla-Kouchner Bahas Larangan Terbang
MASALAH larangan terbang bagi maskapai penerbangan Indonesia ke Uni Eropa dibahas Wakil Presiden M. Jusuf Kalla ketika menerima Menteri Luar Negeri Prancis Bernard Kouchner di Hotel Hilton Arc de Triomphe, Paris, Jumat siang pekan lalu. Dalam pertemuan yang berlangsung 30 menit itu, Kalla didampingi Kuasa Usaha Indonesia di Paris, Maruli Tua Sagala; Sekretaris Wakil Presiden Tursandi Alwi; Duta Besar RI di Moskow, Hamid Awaluddin; dan Kepala Protokol Negara Lutfi Rauf.
"Saya tidak meminta dibukanya larangan terbang itu, tapi saya katakan bahwa kita mau pesan beberapa Airbus, tapi ada sedikit masalah," kata Kalla. Mendengar rencana borong pesawat bikinan Prancis itu, mendadak sontak Menteri Kouchner bersemangat merespons. Ia siap membantu. "Beliau berjanji akan menyelesaikan kajian (terhadap butir-butir perbaikan) itu akhir Oktober ini," kata Kalla kepada Tempo dalam penerbangan dengan Boeing Business Jet dari Paris ke Makassar, Sabtu pekan lalu.
Sejauh ini pemerintah kecewa terhadap keputusan Uni Eropa memperpanjang larangan terbang yang dijatuhkan sejak Juli tahun lalu itu. Padahal, menurut juru bicara Departemen Luar Negeri, Teuku Faizasyah, Indonesia telah memperbaiki 60 persen permasalahan yang ditemukan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Indonesia menjadi anggota badan tersebut. "Kami mengharapkan upaya-upaya perbaikan dapat disikapi secara positif," katanya.
PERBANKAN
BNP Paribas Kendalikan Fortis
KISAH bank berguguran dibelit krisis kredit hipotek perumahan tak ada habisnya. Kali ini terjadi di Eropa. Lembaga keuangan Fortis di Belgia dan Luksemburg, Senin pekan lalu, resmi diambil alih Bank Prancis, BNP Paribas. Pengambilalihan tersebut akan membuat BNP Paribas menjadi pemegang saham bank terbesar di Belgia itu. Perjanjian ini paling spektakuler sejak krisis keuangan Amerika Serikat merambah Eropa.
Dari kesepakatan itu, menurut Perdana Menteri Belgia Yves Leterme, BNP akan memperoleh 75 persen saham Fortis. Kompensasinya, pemerintah Belgia akan memperoleh 11,7 persen saham di BNP melalui penerbitan saham baru senilai 8,25 miliar euro (US$ 11,43 miliar). BNP juga setuju membeli 66 persen saham Fortis di Luksemburg dan menyerahkan sebagian kecil saham ke pemerintah Luksemburg.
INFLASI
Inflasi September Naik
KENAIKAN sejumlah harga pangan selama September memicu inflasi melambung ke angka 0,97 persen. Ini jauh lebih tinggi daripada bulan sebelumnya yang hanya 0,51. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Ali Rosadi mengatakan penyebabnya adalah permintaan tinggi selama September, yang bertepatan dengan Ramadan.
Dengan kenaikan angka tersebut, laju inflasi tahunan (year on year) mencapai 12,14 persen, paling tinggi sejak tiga tahun terakhir. Sementara itu, untuk tahun berjalan sudah berada pada posisi 10,47 persen. Padahal target pemerintah sampai akhir tahun tidak melebihi 12,5 persen.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Fadhil Hasan, mengatakan, melihat beberapa faktor, ada kemungkinan inflasi akan di atas target, setidaknya sampai 12,7 persen. "Itu perkiraan moderat," katanya. Tiga faktor utama yang akan terus memicu inflasi adalah siklus tahunan Natal dan tahun baru, rencana penghabisan anggaran pemerintah yang baru terealisasi separuhnya, serta inflasi impor akibat rupiah melemah terkena dampak krisis Amerika.
Target Konversi Elpiji Meleset
NIAT pemerintah mengikis pemakaian minyak tanah bakal tersendat. Sebab, dari 20 juta keluarga yang ditargetkan beralih ke tabung gas hingga akhir tahun, Pertamina hanya bisa melakukan konversi pada 15 juta keluarga. Lambatnya pasokan tabung dan perizinan untuk membuat stasiun pengisian dituding menjadi biang keterlambatan.
Hingga awal Oktober, baru 9,3 juta keluarga yang mendapat tabung gas dan kompor. Pada akhir tahun, diperkirakan baru sekitar 15 juta keluarga yang mendapat perangkat memasak gas ini. Tabung yang ada saat ini baru 25 juta unit. Padahal, menurut Deputi Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya, dibutuhkan 40 juta tabung elpiji agar target pemerintah tersebut tercapai. Itu sebabnya, Pertamina berusaha mengimpor dari Cina. Tapi, kata Hanung, produsen dari Cina masih terikat kontrak dengan pihak lain.
Adapun tahun depan, pemerintah menargetkan konversi sudah menjangkau 22 juta keluarga, sehingga dibutuhkan 44 juta tabung. Hanung mengatakan kebutuhan tahun depan bakal terpenuhi karena konsorsium perusahaan negara, seperti Wijaya Karya dan Krakatau Steel, mulai membuat tabung. Pabrik baru tabung gas ini, Hanung menambahkan, bisa memproduksi 25 juta buah hingga akhir 2009.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo