Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sedia Payung Sebelum Digilas Krisis

6 Oktober 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERISTIWA tak lazim terjadi dalam sidang Kabinet Indonesia Bersatu yang berlangsung Senin pekan lalu. Sejumlah bankir, bos perusahaan milik negara, ekonom, dan analis hadir bersama para menteri dalam sidang yang khusus membahas masalah ekonomi itu. Urusan yang dibicarakan memang bukan hal biasa: krisis finansial yang kini melanda Amerika Serikat dan Eropa. ”Presiden ingin mendapat masukan dari berbagai pihak,” kata juru bicara kepresidenan, Andi Mallarangeng.

Krisis yang telah meluluhlantakkan perusahaan-perusahaan keuangan dunia telah memasuki babak baru. Pekan lalu, Amerika menerbitkan Undang-Undang Penyelamatan Ekonomi (Troubled Asset Relief Programme). Lewat undang-undang ini, pemerintah Amerika akan menalangi (bail out) kesulitan dana industri keuangan Amerika dengan menyediakan US$ 700 miliar (sekitar Rp 6.500 triliun).

Besaran krisis itu memang tak bisa dipandang remeh. Sejumlah perusahaan tumbang, sebagian lagi menyusut atau bersalin rupa. Pemerintah Amerika, Inggris, Jerman, Belgia, Luksemburg, dan Belanda sudah mengambil alih beberapa perusahaan. Tapi rupanya langkah itu belum cukup. Krisis ini menggelinding bak bola salju. Diperkirakan total kerugian yang diderita para raksasa keuangan global itu mencapai US$ 945 miliar.

Banyak pihak memperkirakan krisis tersebut juga akan menghantam sejumlah negara yang perekonomiannya bergantung pada Amerika, termasuk Indonesia. ”Gonjang-ganjing ini memang di luar prediksi kami,” kata Gubernur Bank Indonesia Boediono. Sepuluh tahun silam, negara-negara di Asia dan Indonesia dihajar krisis finansial yang dampaknya belum tuntas hingga sekarang.

Kini, krisis finansial di Amerika juga mulai menunjukkan efeknya di luar Amerika dan daratan Eropa. Indeks saham Bursa Efek Indonesia sudah ambruk hampir 40 persen sejak awal 2008. Pada perdagangan Senin, indeks saham terjun bebas 10,03 persen ke level 1.648,739. Lima belas saham sempat dihentikan perdagangannya karena harganya amblas di atas 30 persen. Rupiah juga mabuk meluncur melewati Rp 9.500 per dolar Amerika.

Menurut Boediono, Indonesia harus mewaspadai potensi ancamannya meskipun cadangan devisa lumayan besar—cukup untuk impor empat bulan. Ada dua dampak utama dari krisis itu, yakni likuiditas yang kian mengering di pasar uang dan perlambatan ekonomi global. Kondisi itu bisa berlangsung dua tahun dan mulai bisa dirasakan dalam enam bulan ke depan.

Karena itu, kata Boediono, bank sentral akan menyesuaikan beberapa perubahan, terutama memperkuat ketersediaan likuiditas bagi perbankan dalam negeri. Bank Indonesia juga akan berusaha menjaga tingkat kredit perbankan nasional pada tingkat yang wajar. ”Saya masih yakin perbankan kita masih sehat. Rasio modal rata-rata kini di angka 15 persen, di atas ketentuan delapan persen,” katanya.

Para pelaku pasar di sektor riil pun mesti waspada. Menurut Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, nilai ekspor produk Indonesia ke Amerika memang kecil, hanya 13 persen dari total ekspor nasional. Produk Indonesia paling banyak diekspor ke Asia. Tapi perlambatan ekonomi Amerika akan membuat pertumbuhan ekonomi di negara Asia menurun. Buntutnya, kata Mari, permintaan barang Indonesia bisa menurun.

Untuk meminimalisasi dampak krisis terhadap sektor riil, dalam sidang kabinet itu, Kamar Dagang dan Industri Indonesia mengusulkan 20 rekomendasi di sektor moneter dan sektor riil. Di sektor moneter, kata Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia M.S. Hidayat, salah satunya adalah pemerintah perlu mempercepat realisasi anggaran negara agar likuiditas bertambah. Indonesia juga mesti mengurangi ketergantungan pada Amerika dan Eropa.

Padjar Iswara, Ninin Damayanti, Anton Aprianto, Cornila Desyana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus