Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kejaksaan Selidiki Minyak Zatapi
GONJANG-ganjing minyak Zatapi membuat Kejaksaan Agung turun tangan. Korps Gedung Bundar tengah menyelidiki impor minyak mentah yang dilakukan Pertamina pada Desember lalu. Penyelidikan ini terkait dengan dugaan pelanggaran prosedur tender minyak. ”Kami sudah meminta keterangan para direktur (Pertamina),” kata Jaksa Agung Muda Intelijen Wisnu Subroto.
Kontroversi Zatapi mencuat ketika Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat mempersoalkannya dalam rapat kerja dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro pada Februari lalu. Mereka menuding ada sejumlah kejanggalan serius di balik tender ini.
Di antaranya sikap Pertamina ”merahasiakan” spesifikasi spesies Zatapi dan harganya yang lebih mahal US$ 11,7 per barel. Juga soal surat Dewan Komisaris kepada Direksi Pertamina yang mempertanyakan dokumen asal barang (certificate of origin), uji sampel, dan transparansi harganya.
Gara-gara itu, Dewan Komisaris Pertamina meminta Direksi merombak sistem tender pengadaan impor minyak mentah. Menurut Komisaris Utama Pertamina Endriartono Sutarto, pengadaan minyak harus ditangani badan baru, prosesnya lebih transparan, dan dipimpin orang-orang independen yang bebas dari masalah sebelumnya. Tujuannya agar hal-hal yang dipersoalkan dalam kasus pengadaan impor minyak Zatapi tidak terulang.
Menjawab tudingan itu, Direktur Utama Pertamina Ari Soemarno memastikan proses tender minyak impor sudah transparan dan adil. Karena itu, ia tidak berkeberatan bila impor minyak Zatapi senilai setengah triliun rupiah tersebut diaudit. Vice President Perencanaan Pertamina Chrisna Damayanto mengatakan proses pengadaan minyak mentah yang selama ini digelar Pertamina sudah cukup transparan. Karena itu, ia tak tahu apa yang harus dibenahi.
Ekspor Minyak Sawit Turun
DI tengah melonjaknya harga minyak kelapa sawit dunia, ekspor komoditas itu malah menurun. Menurut Badan Pusat Statistik, selama Februari, ekspor produk yang masuk golongan lemak dan minyak hewan/nabati itu turun hingga US$ 556,2 juta. Bulan sebelumnya, ekspor lemak dan minyak hewan/nabati masih US$ 1,598 miliar.
Direktur Statistik Perdagangan dan Jasa BPS Agus Suherman mengaku heran dengan fenomena itu. ”Di pasar dunia, harganya tinggi, tapi kenapa nilai ekspornya justru turun?” kata Agus. Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi Ali Rosidi menduga penurunan itu akibat praktek penyelundupan. Modusnya, kata dia, penyelundupan berkedok perdagangan antarpulau. ”Dari perdagangan antarpulau, lalu lari ke luar negeri,” katanya.
Penurunan ekspor itu membuat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Pajak, serta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan akan mengaudit ekspor mulai April 2007. Pemerintah juga segera membahas peraturan perdagangan antarpulau minyak sawit mentah dan produk turunannya. Peraturan itu dirumuskan untuk menyikapi penyelundupan produk setelah pungutan ekspor yang naik progresif akibat harga CPO internasional melambung.
Lippo Bangun Menara Tertinggi
MIMPI itu dibangun di kawasan Puri Indah, Jakarta Barat. Di kawasan itu, Lippo Karawaci membangun superblok senilai US$ 1,2 miliar di lahan 12 hektare. Ini adalah superblok kedua yang dibangun perusahaan milik taipan Mochtar Riady itu, setelah pertengahan tahun lalu mengembangkan Kemang Village, superblok di Jakarta Selatan.
Rencananya, Lippo akan membangun 11 menara di Puri Indah—salah satunya Menara Lippo. Sama dengan konsep superblok umumnya, superblok bernama St Moritz Penthouse and Residences itu terdiri atas apartemen, hotel, kantor, rumah sakit, dan fasilitas hiburan. Yang menarik, Menara Lippo itu bakal menjulang hingga 65 tingkat. ”Ini akan menjadi menara tertinggi di Jakarta,” kata Michael Riady, Direktur St Moritz, pekan lalu.
5.000 Sumur Tua Akan Diaktifkan
MELONJAKNYA harga minyak mentah mendorong pemerintah mengaktifkan kembali 5.000 sumur tua yang telantar. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Luluk Sumiarso mengatakan semua sumur tua itu punya tingkat produksi 5.000-15.000 barel per hari. ”Produksinya cukup baik dengan harga seperti sekarang ini,” kata Luluk pekan lalu.
Sumur tua itu adalah sumur yang sudah dibor dan diproduksi sebelum 31 Desember 1970 tapi ditinggal oleh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Migas, jumlah sumur tua di Indonesia mencapai 13.824. Dari jumlah itu, 745 sumur berstatus aktif dan 13.079 sumur berstatus tidak aktif.
Yang akan dilakukan pemerintah, kata Luluk, hanya memompa sumur-sumur yang sudah ada. ”Tidak ada kegiatan pengeboran,” katanya. Meski begitu, pemerintah akan memberikan sanksi apabila pengelola sumur tua tidak menyerahkan hasil produksinya kepada KKKS dan Pertamina.
Pemerintah juga akan mengaktifkan lapangan-lapangan telantar untuk meningkatkan produksi minyak. Mengacu pada data BP Migas, jumlah cadangan minyak dari 31 lapangan telantar mencapai 76 juta barel. Menurut anggota staf ahli BP Migas, Trijana Kartaatmadja, lapangan telantar diperkirakan menghasilkan 38 ribu barel per hari bila kembali berproduksi.
Rumah Susun Siap Dipasarkan
PERUSAHAAN Umum Perumahan Nasional (Perum Perumnas) dan PT Bakrieland Development Tbk. akan memasarkan 2.500 unit rumah susun sederhana milik (rusunami) di Sentra Primer, Jakarta Timur. Pada tahap pertama, rumah susun itu akan dibangun di atas tanah Perumnas seluas 1,4 hektare. Perumnas memiliki 7,9 hektare tanah di kawasan Sentra Primer.
Rusunami Sentra Primer akan dibangun dalam empat tipe, yaitu unit 21, seharga Rp 86 juta, unit 25, 30, dan 36, masing-masing seharga Rp 99 juta, Rp 120 juta, dan Rp 144 juta. Sedangkan pemasarannya dimulai pekan lalu.
Menurut Presiden Direktur Bakrieland Development Hiramsyah S. Thaib, investasi proyek untuk tahap satu ini menelan dana Rp 280 miliar. Pembangunan rusunami ini akan dimulai Juni nanti dan selesai dalam satu setengah tahun. Sedangkan pembangunan tahap kedua pada Juni 2009. ”Pembeli langsung masuk, tinggal bawa koper,” kata dia.
Direktur Produksi Perumnas Kamal Kusmantoro optimistis dapat membangun rusunami dengan cepat karena Presiden telah meneken Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, yang antara lain berisi soal pembangunan Rusunami Kemayoran yang sempat terhambat revisi peraturan ini.
Pemerintah Beli Kembali Obligasi
PEMERINTAH akhirnya membeli kembali obligasi negara guna meredam gejolak harga Surat Utang Negara (SUN) dan menjaga kepercayaan pasar. Obligasi yang akan dibeli adalah seri SUN yang akan jatuh tempo pada 2008-2013. ”Kami berkomitmen menjaga kepercayaan investor terhadap obligasi negara,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pekan lalu.
Menurut dia, langkah pembelian saham tersebut dipicu oleh gejolak yang terjadi di pasar SUN dalam dua hari terakhir. Sepanjang Rabu dan Kamis pekan lalu, pasar obligasi domestik memang dirundung gejolak akibat tingginya laju inflasi Maret, 0,95 persen, seperti diumumkan Badan Pusat Statistik. Mereka khawatir tingginya inflasi tersebut akan memicu tertahannya suku bunga atau bahkan mendorong kenaikan suku bunga.
Akibatnya, obligasi dengan seri bunga tetap (fixed rate) pun berguguran karena dianggap tak menguntungkan. Pelaku pasar khawatir menderita kerugian jika memegang obligasi, sehingga para investor mulai melegonya. Harga obligasi pun rontok.
Meski harga obligasi jatuh, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto mengingatkan, daya tahan obligasi negara masih bagus dan terkendali. Kepemilikan asing pada akhir Maret, kata dia, hanya turun Rp 2,64 triliun dibanding akhir Februari lalu. ”Investor asing belum melakukan penarikan besar-besaran,” katanya.
Target Inflasi Sulit Tercapai
BEBAN berat kian mengimpit pemerintah. Gara-gara harga komoditas dan minyak dunia terus melejit, pemerintah mengakui target inflasi 6,5 persen seperti dipatok Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2008 sulit digapai. ”Perlu kerja keras,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pekan lalu.
Badan Pusat Statistik mengumumkan laju inflasi Maret lalu 0,95 persen. Angka ini lebih tinggi ketimbang inflasi Februari, 0,65 persen. Inflasi tahun kalender, yaitu dari Januari hingga Maret 2008, mencapai 3,41 persen, sedangkan inflasi tahunan year on year 8,17 persen. Penyumbang inflasi tertinggi adalah kelompok makanan, 0,57 persen.
Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi Ali Rosidi mengatakan inflasi Maret lalu merupakan yang tertinggi bila dibanding bulan yang sama selama tujuh tahun sebelumnya. Dia tidak berani menjamin target inflasi yang dipatok pemerintah bakal tercapai. Apalagi, selama tiga bulan pertama tahun ini, inflasi relatif tinggi.
Ekonom Dradjad H. Wibowo meragukan pemerintah bisa mencapai target inflasi seperti yang dicatat dalam APBN Perubahan. Dia menduga hingga akhir tahun ini inflasi bakal 7-8 persen. Ekonomi Senior Bank BNI, Ryan Kiryanto, mengatakan tingginya inflasi bulan lalu di luar perkiraan ekonom. Ini membuat pemerintah sulit mencapai target inflasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo