Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - CEO Gojek, Nadiem Makarim, mengingat awal perjuangannya membangun perusahaan aplikasi ojek. Ia tak menyangka usahanya akan berkembang hingga menyandang valuasi unicorn pada 2019.
Nadiem mengatakan, Gojek dulunya hanya perusahaan call center. Sebagai call center, Gojek hanya bertugas menghubungkan antara mitra ojek dan konsumen untuk memudahkan kepentingan keduanya.
Pada awal berdiri, Nadiem mengingat kantornya yang mungil di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. "Dulu kantor Gojek hanya 5 x 7 meter. Sebesar panggung ini," kata Nadiem saat memberikan sambutan dalam acara ulang tahun Gojek di kantor Gojek Pasaraya Blok M, Jakarta Selatan, Senin, 22 Juli 2019.
Kala itu, mitra pengemudi Gojek tak lebih dari 20 orang. Bila konsumen menelepon, Nadine mengingat kesulitan timnya mencari mitra pengemudi lantaran jumlahnya sedikit. Bahkan, menurut dia, konsumen mesti menunggu waktu 15 menit untuk memperoleh pengemudi.
Nadiem juga mengenang pengemudi pertamanya bernama Mulyono. Pengemudi itu ia undang dalam kegiatan peringatan ulang tahun Gojek di kantor Gojek pada Senin siang.
Kemudian, tiga tahun berdiri, Nadiem mengilas balik tak ada investor yang berniat dengan perusahaannya. "Saya bahkan harus cari kerja lain untuk menombok," katanya.
Namun, situasi itu berubah pada 2014. Gojek akhirnya berhasil menarik investor dan setahun kemudian perusahaan itu meluncurkan aplikasi pemesanan ojek.
Nadiem mengakui Gojek bertumbuh cepat. Tak genap 4 tahun dari aplikasi itu dirilis ke pasar, Gojek telah melakukan ekspansi bisnis. Ketimbang seperti perusahaan aplikasi ojek pada umumnya, Gojek saat ini diklaim sebagai penyedia aplikasi segala kebutuhan.
Saat ini, ada setidaknya 22 aplikasi yang berfokus untuk konsumen. Mulai layanan angkutan, pengantaran barang, pengantaran makanan, sampai penyediaan dompet digital.
Presiden Gojek Andre Soelistyo mengatakan perusahaannya bahkan telah merambah Asia Tenggara. Saat ini, Gojek beroperasi di Thailand, Vietnam, Filipina, dan Singapura. Masing-masing negara memiliki perbedaan produk sesuai dengan tingkat kebutuhannya.
Misalnya di Singapura, Gojek hanya mengembangkan GoCar. "Karena di negara itu kan ada kebijakan pemerintah soal kendaraan roda dua," katanya.
Sementara itu, dalam waktu dekat, Gojek akan mengembangkan bisnis aplikasi dompet digital GoPay ke Filipina. Filipina bakal menjadi negara pertama selain Indonesia yang akan menerima transaksi pembayaran layanan dengan e-wallet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini