Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - BNI Syariah berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 603,15 miliar selama 2019. Angka laba itu naik 44,96 persen dibandingkan pencapaian 2018 yang sebesar Rp 416,08 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo mengatakan, kenaikan laba ini didorong oleh ekspansi pembiayaan dan kenaikan dana murah yang optimal. Akibatnya, rasio efisiensi menjadi lebih baik dari tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Rasio efisiensi yang membaik dapat dilihat dari rasio Beban Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO) dan Cost to Income (CIR) yang mengalami penurunan dibanding tahun lalu," kata Firman dalam keterangan tertulis, Jumat, 7 Februari 2020.
Dengan pertumbuhan laba yang tinggi, menurut Firman, BNI Syariah dapat meningkatkan rasio profitabilitas. Hal ini ditandai dengan meningkatnya Return on Equity secara signifikan dari 10,53 persen menjadi 13,54 persen. Sementara itu, rasio Return on Asset juga naik dari 1,42 persen menjadi 1,82 persen.
Dari sisi bisnis, BNI Syariah pada 2019 telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 32,58 triliun, naik 15,13 persen dari posisi 2018 sebesar Rp 28,30 triliun. Komposisi kredit terbesar disumbang oleh segmen konsumer sebesar Rp 15,33 triliun (47,1 persen dari total kredit / pembiayaan); segmen komersial sebesar Rp 8,72 triliun (26,8 persen); segmen kecil dan menengah sebesar Rp 6,58 triliun (20,2 persen).
Dari sisi liabilitas, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI Syariah pada tahun 2019 mencapai Rp 43,77 triliun, naik 23,31 persen dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp 35,50 triliun. Pertumbuhan tersebut didominasi oleh peningkatan Dana Murah (Giro dan Tabungan) sebesar 39,47 persen sehingga meningkatkan rasio CASA dari 55,82 persen menjadi 63,13 persen di akhir 2019.
"Pertumbuhan DPK BNI Syariah lebih tinggi dari pertumbuhan industri sebesar 15,23 persen year on year," ujar Firman.