Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Olah Limbah Batu Bara Jadi Bahan Baku Infrastruktur, PLN NTB: Katalis Roda Perekonomian

PLN (Persero) Nusa Tenggara Barat mengolah lebih dari 30.000 ton sisa abu pembakaran batubara atau fly ash bottom ash (FABA).

15 Januari 2023 | 20.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Batu Bara. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - PT PLN (Persero) Nusa Tenggara Barat mengolah lebih dari 30.000 ton sisa abu pembakaran batubara atau fly ash bottom ash (FABA) untuk menjadi bahan baku infrastruktur yang bisa digunakan oleh masyarakat.

General Manager PLN NTB Sudjarwo, mengatakan pemanfaatan FABA yang dihasilkan di PLTU Jeranjang, Kabupaten Lombok Barat, dan PLTU Taliwang, di Kabupaten Sumbawa Barat, merupakan usaha PLN mengolah sisa dari operasional pembangkit.

PLN dengan menggandeng usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lokal, bekerja sama mengolah FABA menjadi bahan baku paving block, batako, mortar, pembangunan jalan, beton struktural, gerabah, semen pozolan hingga tetrapod untuk penahan abrasi pantai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


"FABA tidak hanya menjadi sampah, namun limbah PLTU ini justru menjadi katalis penggerak roda perekonomian. Harapannya, ekonomi sirkular dapat terwujud, tidak hanya bagi masyarakat di sekitar PLTU, tapi ke seluruh masyarakat NTB secara luas," katanya di Mataram, Minggu, 15 Januari 2023.

Ia menyebutkan program kegiatan pemanfaatan FABA yang mampu menyerap lebih dari 30.000 ton FABA terbagi dalam beberapa kategori manfaat.

Di PLTU Jeranjang, FABA dapat diserap secara optimal sebesar 24.300 ton untuk pemanfaatan internal serta 2.700 ton pemanfaatan oleh instansi pemerintahan seperti stabilisasi lapangan Brimob di Ampenan, Mataram.

Selanjutnya: 2.700 ton dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat seperti Magot Center ...



Selan itu, sebanyak 2.700 ton dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat seperti Magot Center di Rembiga, Mataram, serta 250 ton pemanfaatan oleh 38 UMKM di Pulau Lombok, misalnya pembangunan masjid, kelompok program kampung binaan Dinas Lingkungan Hidup (DLHK) NTB.

Di PLTU Sumbawa, lanjut Sudjarwo, pemanfataan FABA juga telah mulai terlihat secara signifikan. Sebanyak 1.150 ton FABA untuk pemanfaatan internal, 2.100 ton untuk pemanfaatan UMKM, 82 ton untuk pemanfaatan oleh instansi dan 161 ton dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat.

"PLN terus mendorong dan membuka kesempatan kepada masyarakat yang ingin memanfaatkan FABA menjadi produk bernilai guna tinggi. Upaya yang dilakukan PLN ini merupakan komitmen perseroan terhadap prinsip environmental, social and governance dalam menciptakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan," Sudjarwo.

Sementara itu, Kepala DLHK NTB Julmansyah mengapresiasi langkah PLN dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan FABA yang merupakan limbah PLTU yang dapat menggerakkan roda perekonomian di NTB.

Menurut dia, pemanfaatan limbah batubara tersebut adalah manifestasi paradigma melihat sampah yang sebelumnya sebagai masalah menjadi sampah sebagai sumber daya.

"FABA yang selama ini tidak memiliki nilai guna, kini menjadi sumber daya yang dapat meningkatkan perekonomian di daerah/desa. Masyarakat dapat menjadikan FABA berbagai bentuk material untuk pembangunan," ucapnya.

Salah satu kelompok masyarakat yang menggunakan FABA dalam produksi paving block, batako dan beberapa material konstruksi ini adalah Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Sukses Mandiri Desa Manemeng, Kecamatan Brang Ene, Sumbawa Barat.

Ketua BUMDES Sukses Mandiri Firman mengapresiasi program kepedulian dari PLN untuk masyarakat di wilayahnya. Menurut dia, program pemanfaatan FABA dapat berdampak signifikan sekaligus menumbuhkan sirkular ekonomi ke masyarakat.

"Kami sangat berterima kasih kepada PLN karena mendapat bantuan yang sangat bermanfaat bagi Desa Manemeng. Apalagi ini merupakan hal yang baru terkait pemanfaatan FABA PLTU yang ternyata memiliki potensi yang sangat besar," katanya.

Sebagaimana diketahui, berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, FABA masuk dalam kategori limbah non bahan berbahaya dan beracun (B3).

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Ali Akhmad Noor Hidayat

Ali Akhmad Noor Hidayat

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus