KEUNTUNGAN yang diraup Astra International tahun lalu sungguh mencengangkan. Jumlahnya hampir tiga kali lipat dibanding laba tahun sebelumnya. Selain itu, ada satu hal yang tak kurang pentingnya. Laba sebesar itu tak akan pernah tercapai jika Astra tak memiliki produk andalan yang amat sangat populer, yakni Kijang (sekarang ada aneka Kijang: Kijang Commando, Kijang Jantan, Kijang Super, Kijang Special Edition, dan terakhir: Kijang Kencana). Boleh dikatakan. si Kijang-lah penyumbang laba terbesar selama ini. Paling tidak, terbesar di kalangan industri otomotif yang dikelola oleh Astra Group. Prestasinya sungguh patut dicatat. Kijang -- pekan ini meluncurkan produksinya yang ke-300.000 -- merupakan mobil terlaris di Indonesia. Tahun lalu, merek yang diageni oleh Toyota Astra Motor (TAM) ini menjadi market leader di kelasnya dengan total penjualan 55.500 unit. Pesaing terdekatnya, Suzuki Carry dan Daihatsu Hi Jet, masing-masing hanya mampu menjual 37 ribu unit dan 41 ribu unit. Untuk penjualan tahun ini, Adirizal, Direktur Teknik TAM, menargetkan tingkat penjualan yang cukup berani: sekitar 70.000 unit. Ini bukan angka khayalan, apalagi pada triwulan I-1991 yang baru lalu saja, penjualan Kijang sudah mencapai 17.200 unit. Jumlah Kijang yang diekspor belum termasuk ke dalamnya. Secara rutin Kijang dikapalkan ke PNG, Brunei, dan Malaysia masing-masing 50 unit per bulan. Di samping itu, mesinnya yang utuh secara teratur dikirim ke Malaysia sebanyak 800 unit per bulan. Dan ini masih ditambah ekspor cylinder block 7.000 unit per bulan ke Jepang. Lalu berapa besar sumbangan Kijang terhadap keuntungan Astra Group? Itu masih perlu dihitung lagi, kata Adirizal. Sekadar gambaran, dengan penjualan tahun lalu yang 55.500 unit, berarti merek ini telah menyumbangkan omset sekitar Rp 943,5 milyar, alias hampir Rp l trilyun. Itu kalau dihitung dengan harga rata-rata Kijang yang Rp 17 juta per unit. BK
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini