Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Orang kita di Teheran

Koresponden sinar harapan, nazir tamara, bersumpah tidak akan menyiarkan berita bohong, ketika mengurus visa masuk ke iran di kedubes iran di paris. di iran tak mememui kesulitan memperoleh berita. (md)

22 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAZIR Tamara masih harus bersumpah tidak akan menyiarkan berita bohong di depan seorang pejabat Kedutaan sesar Iran di Paris sebelum mendapat visa ke Iran. Maklum pemerintah Khomeini sudah demikian gusar membaca tulisan 'bohong' para wartawan asing. Padahal Nazir Tamara, koresponden Sinar Harapan di Paris pernah menginjak Mehrabad, Teheran, bersama rombongan Khomeini. Dengan pesawat carteran dari Paris, hanya 150 wartawan terbawa ketika itu (1 Februari) di antara 400 wartawan yang berminat turut. Belakangan ini Nazir terbang dari Paris melalui Amman, Jordania, menuju Teheran. Penerbangan langsung tertutup. Teheran dijumpainya (26 November) tidak sekacau seperti bayangan pemberitaan pers Barat. Dari Hotel Park, Teheran, Nazir mengirimkan laporannya ke SH dengan teleks dan telepon. Penugasan dari boss di Jakarta -- lebih sering lewat teleks -- kini dengan mudah diterimanya. Kini ia juga mudah dihubungi lewat telepon, meski sering pergi ke luar Teheran. Nazir tampak tidak banyak menemui kesulitan memperoleh sumber berita berkat hubungannya dengan para pembantu dekat Khomeini, sejak pemimpin revolusi Iran itu masih tinggal di Desa Neaupule-le-Chateau, 45 km di luar kota Paris. Dulu ketika Khomeini baru saja menggusur Perdana Menteri Dr. Syahpur Bakhtiar, hubungan telekomunikasi Jakarta-Teheran sulit diselenggarakan. Untuk bertelepon, misalnya, orang harus menanti lebih 2 jam lewat sambungan Frankfurt, Jerman Barat. Karena perbedaan waktu, "saya dulu sering begadang menunggu jawaban dari Nazir," kata drs. Samuel Pardede redaktur luar negeri SH. Juga ketika itu hanya ada satu nomor teleks untuk hubungan internasional di Madrasah Alisi, Teheran, yang dipakai sebagai markas sementara pendukung Khomeini. Ke nomor itulah dengan mengucap Assalamu alaikum dan menyebut mayoritas 140 juta penduduk Indonesia Islam, redaksi SH berhubungan dengan Nazir dan jurubicara markas Khomeini untuk memperoleh berita perkembangan terakhir. Namun kini semuanya lebih cepat bagi SH dan orangnya di sana. Lahir di Kalianda, Lampung, 29 tahun lalu, Nazir Tamimi Abdurrachman yang diubah jadi Nazir Tamara sebelumnya adalah wartawan berbagai majalah di Jakarta. Pernah ia kuliah di Fakultas Sastra UI dan Sinematografi LPKJ. Ia belajar di Universitas Paris I di Pantheon, Sorbonne, Paris, sejak 5 tahun lalu. Keberhasilan Nazir mewanwancara banyak tokoh teras revolusi Iran merupakan kebanggaan tersendiri buat SH. "Tapi sampai kini dia masih sulit ketemu Khomeini," kata Pardede.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus