Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Efisiensi operasional menjadi pilihan startup karena pembiayaan makin seret.
Rasionalisasi gaji di industri teknologi terjadi di setiap posisi jabatan.
Rasionalisasi gaji menjadi pilihan win-win ketimbang PHK.
JAKARTA — Musim dingin pendanaan bagi perusahaan atau startup digital diperkirakan memicu rasionalisasi gaji pada karyawan bidang teknologi di Indonesia. Strategi tersebut dianggap wajar sebagai salah satu strategi efisiensi yang ditempuh perusahaan di tengah seretnya pendanaan. "Efisiensi lazim dilakukan," ujar Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak hanya mengurangi gaji, strategi efisiensi lainnya adalah mengurangi strategi pemasaran yang memakan banyak biaya, seperti promo atau diskon, menunda ekspansi, mengurangi fitur, hingga mengurangi karyawan. Berbagai langkah itu mau tak mau ditempuh agar perusahaan-perusahaan dan startup teknologi semakin mendekati keuntungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Musababnya, selama ini model bisnis perusahaan rintisan cenderung mengedepankan valuasi usaha ketimbang mengarah ke keuntungan. "Sekarang iklimnya berubah, bukan lagi soal valuasi, tapi profitabilitas dan keberlanjutan. Unicorn ada juga yang belum laba, tapi sekarang startup apa pun itu harus menuju profit," kata Eddi.
Suasana salah satu kantor Startup di Jakarta, 2022. TEMPO/Febri Angga Palguna
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai rasionalisasi gaji menjadi pilihan lantaran upah karyawan bidang teknologi cenderung di atas gaji pegawai kebanyakan sektor bisnis di Indonesia. Ia mengatakan kesenjangan upah yang cukup tinggi antara profesi di bidang teknologi dan non-teknologi lama-lama akan terkikis dengan dua skenario: gaji karyawan non-IT terdongkrak naik atau gaji karyawan IT terdorong turun.
Menurut dia, upah pekerja teknologi memang cenderung terdongkrak dengan menjamurnya kebutuhan akan tenaga kerja sektor tersebut di dalam dan di luar negeri. Namun, dalam jangka menengah, upah tersebut pada akhirnya akan kembali ke titik wajar.
Apalagi perusahaan-perusahaan digital diperkirakan banyak yang melakukan strategi merger dan akuisisi karena mereka sulit mendapatkan modal murah seperti tahun-tahun sebelumnya. "Strategi merger dan akuisisi akan menurunkan kebutuhan pekerja IT di satu perusahaan. Strategi efisiensi ini menjadi hal yang lumrah."
Rasionalisasi gaji di sektor teknologi tersebut terlihat dari data yang dihimpun Jobstreet Indonesia. Country Marketing Manager Jobstreet Indonesia Sawitri mengatakan pekerjaan di sektor komputer atau teknologi memang mengalami penurunan median gaji hampir di setiap jenjang karier. Dari posisi pemula, supervisor, manajer, hingga senior manager. Hanya posisi junior eksekutif yang tidak mengalami penurunan median gaji.
Namun, di luar sektor komputer dan IT, kata Sawitri, lowongan dengan spesialisasi di bidang profesi komputer atau teknologi secara umum tidak mengalami penurunan median gaji yang ditawarkan. "Bahkan untuk posisi senior, gaji yang ditawarkan cenderung mengalami kenaikan yang signifikan," ujar Sawitri.
Ilustrasi pekerja startup di Jakarta, 2021. Tempo/Tony Hartawan
Laporan Jobstreet berjudul "Panduan Gaji 2023" yang memuat perbandingan data pada April 2022-Maret 2023 dengan April 2021-Maret 2022 menunjukkan adanya penurunan gaji yang cukup signifikan di sektor teknologi. Gaji yang ditawarkan untuk posisi pemula di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) pada periode April 2022-Maret 2023 adalah sekitar Rp 5,3 juta per bulan atau turun 12,5 persen dibanding periode sebelumnya.
Adapun posisi gaji untuk posisi supervisor turun 20 persen menjadi sekitar Rp 9,2 juta dan gaji manajer turun 2,8 persen menjadi Rp 14 juta. Penurunan gaji terdalam terjadi pada posisi senior manajer di industri teknologi, yakni sebesar 28,6 persen menjadi sekitar Rp 35 juta. Sementara itu, gaji posisi junior eksekutif stagnan di angka Rp 6,5 juta.
"Industri komputer atau IT menghadapi iklim ekonomi yang menantang, menyebabkan beberapa perubahan paket kompensasi yang signifikan," tulis laporan tersebut. Jobstreet pun menyarankan perusahaan mempertimbangkan pemberian fasilitas atau manfaat tambahan agar tetap bersaing di pasar kerja.
Sumber Tempo yang mengetahui seluk-beluk pengupahan mengatakan rasionalisasi gaji juga terjadi pada level bos di startup atau perusahaan digital. Sumber tersebut mencontohkan gaji CTO perusahaan teknologi yang sempat menyentuh Rp 180 juta, kini berkurang lebih dari separuhnya.
Direktur Indonesia ICT Institute Heru Sutadi melihat pemangkasan anggaran gaji di perusahaan digital menjadi pilihan logis ketimbang gulung tikar. Dengan sulitnya pendanaan, perusahaan pun harus semakin realistis dalam memberi upah. Musababnya, belanja pegawai yang besar akan membebani perusahaan. Apalagi, selama ini, sektor tersebut memang cenderung menggaji di atas rata-rata perusahaan di sektor lain.
Tak hanya soal gaji, belanja untuk pegawai yang cukup besar juga berada di pos fasilitas atau tunjangan. Ia menduga pos ini pun akan dikurangi anggarannya demi mengefisiensi biaya operasional. "Pemberian gaji berkurang ini sebenarnya win-win bagi karyawan ketimbang PHK atau pengurangan karyawan, terutama untuk manajemen karena manajemen cukup tinggi gajinya dan dapat saham maupun fasilitas," ujar Heru. "Pada akhirnya, di kondisi sekarang, mereka harus mengikuti perusahaan di luar startup teknologi."
CAESAR AKBAR | KHORY ALFARIZI | YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo