Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Peluang Baru di Area Industri

Perusahaan-perusahaan konstruksi bergairah mengikuti lelang proyek yang berlokasi di kawasan industri.

21 Mei 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Dari 15 KEK yang diresmikan pemerintah, masih ada empat yang sedang dibangun.

  • Hutama Karya sedang menggarap proyek KEK Mandalika di Nusa Tenggara Barat.

  • Gara-gara penghematan belanja negara, jumlah proyek yang dilelang turun.

JAKARTA – Gencarnya pengembangan area industri dan kawasan ekonomi khusus (KEK) beberapa waktu terakhir menumbuhkan peluang bisnis baru bagi perusahaan jasa konstruksi pada masa pandemi. Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya (Persero), Tjahjo Purnomo, mengatakan entitasnya semakin aktif mengikuti lelang proyek yang berlokasi di kawasan industri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Minat dan peluang kami di area tersebut akan meningkat seiring dengan fase pemulihan (ekonomi),” katanya kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Konstruksi KEK Mandalika di Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu proyek non-perkotaan yang tendernya dimenangi Hutama Karya. Setelah meneken kontrak kerja pada 5 Maret lalu, kata Tjahjo, perseroan sedang menyiapkan konstruksi paket dua di sisi timur KEK yang mengusung konsep “Mandalika Urban and Tourism Infrastructure Project” itu. “Kami masih mengkaji dan ikut serta dalam beberapa market sounding (penjajakan) proyek di kawasan lain.”

Pembangunan infrastruktur di KEK dan kawasan industri terpadu memang belum surut. Dari 15 KEK yang sudah diresmikan lewat peraturan pemerintah, masih ada empat lokasi yang sedang dibangun. Itu pun belum termasuk usul empat KEK baru yang akan diresmikan lewat peraturan pemerintah dalam waktu dekat. Himpunan Kawasan Industri pun mencatat masih ada belasan area yang infrastrukturnya sedang dibangun dari total 101 pusat industri di Indonesia.

Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Pundjung Setya Brata, mengatakan beberapa proyek utama entitasnya juga berasal dari kawasan khusus, seperti pengolahan limbah di Kawasan Industri Medan, Sumatera Utara, dan proyek jalan di KEK Mandalika. Emiten berkode saham ADHI ini juga sedang mengikuti tender beberapa jenis proyek infrastruktur di Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah.

“Penambahan kawasan baru memang menjadi peluang kami,” ujarnya, kemarin.

Pembangunan Mandalika International Street Circuit di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Pujut, Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, 6 April 2021. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

Pundjung mengakui tren proyek sipil di perkotaan menurun karena banyaknya infrastruktur yang sudah terbangun. “Tetap ada, tapi sekarang mengarah ke sektor angkutan massal, seperti light rail transit dan mass rapid transit.” Kawasan metropolitan dan permukiman penduduk pun masih menjanjikan proyek baru di bidang prasarana jaringan air kotor serta pengolahan air bersih.

Pundjung menyebutkan pekerjaan konstruksi di kawasan industri cenderung lebih ringan digarap daripada di perkotaan. “Area kota sudah terbangun, sehingga desain dan pola kerja harus memperhatikan bangunan dan lalu lintas,” katanya. Masalah tersebut diperparah oleh sulitnya mengurus perizinan dari pemerintah setempat.

Para pelaku jasa konstruksi swasta sempat berebut proyek karena minimnya peluang yang disediakan pemerintah pada masa pandemi. Kepada Tempo, Sekretaris Jenderal Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi), Andi Rukman, mengatakan penghematan pemerintah, khususnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, membuat aktivitas lelang lesu. “Lelangnya sedikit, tapi ramai peminat. Jadi, banyak yang tidak kebagian pekerjaan.”  

Menurut dia, Gapensi hanya beranggotakan 42 ribu dari total 128 ribu pelaku usaha jasa konstruksi di Indonesia. Sebanyak 87 persen dari jumlah pengusaha itu merupakan kontraktor berkualifikasi usaha kecil, bahkan mikro. Sebanyak 10 persen merupakan kontraktor menengah, sedangkan sisa 3 persen adalah badan usaha besar, termasuk korporasi pelat merah.

Direktur Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian, Ignatius Warsito, mengatakan infrastruktur penunjang KEK dan area industri akan terus ditambah untuk menarik minat investor baru. Fasilitas industri yang lengkap bisa menambah nilai jual suatu kawasan. Namun, ujar dia, langkah itu harus dikerjakan bersama perusahaan swasta karena kas negara terbatas. “Makanya ada peluang skema non-APBN, seperti kerja sama pemerintah dan badan usaha.”

YOHANES PASKALIS
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus