Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
PLN menemukan sejumlah indikator penyebab rusaknya jaringan listrik Sumatera.
Jaringan transmisi listrik terganggu akibat pohon tumbang hingga hewan liar.
Pembangunan transmisi listrik menghadapi banyak kendala.
SEPEKAN lebih setelah peristiwa padamnya listrik total atau blackout di Sumatera, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN belum bisa memastikan penyebab utamanya. PLN dan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral masih menyelidiki sumber masalah yang membuat sebagian besar wilayah Sumatera gelap gulita tersebut. “Tim teknis menganalisis dan mengevaluasi penyebab gangguan,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian Energi Agus Cahyono Adi pada Selasa, 11 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Blackout listrik Sumatera terjadi pada Selasa, 4 Juni 2024. Tim teknis PLN menelusuri jalur transmisi Sumatera bagian selatan yang mengalami gangguan sepanjang 621 kilometer sirkuit yang dihubungkan oleh 898 tower. Tim ini menemukan sejumlah indikasi penyebab gangguan, antara lain kerusakan alat penangkal petir atau lightning arrester di Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) Bangko, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kerusakan lightning arrester menyebabkan terputusnya aliran listrik pada jalur transmisi 275 kilovolt dari GITET Muara Bungo, Jambi, hingga GITET Gumawang, Lampung, yang menjadi tulang punggung kelistrikan Sumatera bagian selatan. “Kerusakan lightning arrester diduga akibat meningkatnya intensitas sambaran petir di sekitar lokasi GITET dalam dua bulan terakhir,” ujar juru bicara PLN, Gregorius Adi Trianto.
Foto udara kendaraan melintas di jalan permukiman yang mengalami pemadaman listrik bergilir di Kelurahan Pisang, Pauh, Padang, Sumatera Barat, 5 Juni 2024. Antara/Iggoy el Fitra
Gangguan tersebut terlihat pada alat monitor di gardu induk yang menunjukkan sambaran petir sebanyak lebih dari 5.000 kali dalam dua bulan terakhir. PLN telah mengecek perangkat-perangkat tersebut, yang terakhir pada Maret 2024. Normalnya, inspeksi alat tersebut berlangsung dua tahun sekali.
Dalam kondisi ideal, penangkal petir memiliki umur tertentu. Tapi intensitas sambaran petir yang tinggi membuat instrumen tersebut mengalami penurunan fungsi yang bisa memperpendek usia. Dalam posisi penurunan fungsi itulah sistem proteksi GITET bekerja memutus aliran listrik. Hal itu akan menyebabkan kenaikan frekuensi listrik di pembangkit listrik yang punya daya berlebih dan, sebaliknya, penurunan frekuensi listrik di pembangkit yang tekor alias kekurangan daya karena beban tinggi. Pada tahap ini, sistem proteksi pembangkit akan otomatis mematikan mesin. Karena itu, “Sistem dan pembangkit yang ada turut padam,” tutur Gregorius.
Berbeda dengan keterangan Gregorius, beberapa pejabat Tempo yang mengetahui masalah ini mengungkapkan adanya indikasi lain di luar gangguan alat penangkal petir. Salah satunya dugaan penebangan pohon ilegal di hutan yang tak jauh dari jaringan transmisi PLN. Tim teknis PLN mendapati jejak serbuk gergajian kayu pohon dan ranting-ranting pohon yang belum lama ditebang. Adapun kayu-kayu dari pohon yang ditebang raib entah ke mana. “Bisa jadi ranting patah ke arah kabel,” ucap salah satu pejabat tersebut.
Selain itu, ada indikasi gangguan berasal dari hewan liar di hutan, seperti monyet. Indikasi itu mengemuka seiring dengan ditemukannya kotoran hewan yang bertebaran di tower transmisi ruas Lahat-Lubuklinggau. Kedua indikasi gangguan tersebut sebenarnya terkonfirmasi dengan adanya perubahan pola frekuensi listrik yang terekam di gardu induk.
Namun Gregorius enggan menanggapi hal itu dengan alasan tak mau berspekulasi karena penyelidikan tim teknis PLN belum rampung. Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN Evy Haryadi juga tak bersedia memberi penjelasan. Sedangkan Agus Cahyono menolak memberi tanggapan. “Kita lihat dulu hasil investigasinya,” katanya.
Pemadaman listrik yang berlangsung sejak pukul 11.00 WIB nyatanya membikin repot warga Sumatera. Warga tak bisa menggunakan semua perangkat elektronik. Pasokan perusahaan air minum (PAM) pun terhenti. Selain itu, sinyal provider telepon seluler mendadak lenyap.
Selasa siang itu, kawasan permakaman Sentra Ganda Wangi di Talang Jambe, Kota Palembang, Sumatera Selatan, tengah ramai. Sinar matahari terasa menyengat. Ratusan pemeluk Hindu dari berbagai daerah di Sumatera Selatan antusias mengikuti serangkaian acara ngaben massal. Tiga hari sebelumnya, mereka mengikuti ritual ngulapin ke segara di Desa Bangunsari, Tanjung Lago, Banyuasin.
Upacara ngaben massal semula berlangsung mulus. Pembakaran jenazah, yang diwakili foto 18 mendiang, telah dilakukan. Persoalan muncul ketika panitia kesulitan mencari air untuk memadamkan api. Air PAM yang biasanya menjadi andalan warga tak menetes sedikit pun sejak aliran setrum dari PLN mati. “Tolong dibantu cari air. Pakai ember saja," ucap seorang anggota panitia. Sejumlah orang pun bergegas mencari pasokan air, lantas menyiramkannya ke bara api. Setelah api padam, barulah mereka mengambil abu dan arang sisa pembakaran.
Sebelumnya panitia ngaben massal juga pusing lantaran alat pengeras suara tidak berfungsi. Petugas pun harus bersuara ekstrakeras untuk memanggil perwakilan keluarga yang akan mengikuti upacara keagamaan tersebut.
PLN berupaya menormalkan kembali kondisi kelistrikan. Seorang pejabat PLN mengungkapkan, gangguan transmisi listrik di jalur selatan membuat dua sistem jaringan kelistrikan, yaitu Sumatera bagian utara dan Sumatera bagian selatan, berbeda nasib. Jaringan Sumatera bagian utara tidak mengalami gangguan sehingga listrik tetap menyala. Dalam proses normalisasi sistem kelistrikan Sumatera bagian selatan, sebelum jaringan transmisi pulih, PLN menggunakan jaringan kabel distribusi yang kapasitasnya kecil untuk mengalirkan setrum dari utara ke selatan.
Menjelang magrib, sekitar pukul 18.00 WIB, listrik hidup kembali. Tapi tegangan belum stabil. Beberapa warga memilih tak menyalakan alat elektronik rumah tangga seperti kulkas dan kipas agar tidak rusak.
Selepas penggantian alat penangkal petir yang rusak, Gregorius Adi menuturkan, PLN berupaya memulihkan seluruh sistem kelistrikan secara bertahap, dari pembangkitan, transmisi, hingga distribusi ke titik pelanggan. Pemulihan dilakukan perlahan karena sebagian besar pembangkit listrik di Sumatera bagian selatan adalah pembangkit listrik tenaga uap. Pembangkit jenis ini perlu waktu lama, sekitar delapan jam, untuk kembali hidup dan memasok listrik ke jaringan.
•••
PERUSAHAAN Listrik Negara bakal memperkuat sistem kelistrikan Sumatera. Perusahaan listrik pelat merah ini akan membangun jaringan transmisi 500 kilovolt (kV) baru di sepanjang sisi timur Pulau Sumatera. Rencana tersebut telah tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2024-2033 yang saat ini sedang dibahas bersama pemerintah. Jaringan transmisi 500 kV dari Aceh sampai Lampung tersebut nantinya menjadi tulang punggung (backbone) kelistrikan di Sumatera. Selanjutnya, jaringan transmisi akan disambungkan dengan sistem kelistrikan di Pulau Jawa. “Sehingga listriknya akan jauh lebih andal,” kata Gregorius Adi Trianto.
Selain meningkatkan keandalan, jaringan transmisi yang terkoneksi tersebut bakal memperbesar pemanfaatan energi baru terbarukan yang potensinya banyak terdapat di Sumatera. Strategi ini tertuang dalam RUPTL PLN 2021-2030.
Gagasan membangun transmisi Sumatera 500 kV mengemuka sejak 2014. Proyek ini digadang-gadang sebagai “tol listrik” Sumatera yang menyalurkan setrum dari pusat pembangkit ke pusat beban di seluruh pulau tersebut. Pada tahap pertama, PLN akan membangun lima ruas transmisi 500 kV dari New Aur Duri di Jambi, Rengat, hingga New Garuda Sakti di Riau.
Apabila pembangunannya dimulai pada 2014, jaringan sepanjang 360 kilometer sirkuit ini akan beroperasi pada 2017. Jaringan transmisi ini akan menyalurkan setrum dari beberapa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang saat itu sedang dibangun, di antaranya PLTU Jambi (2 x 400 megawatt), PLTU Sumsel 6 (2 x 300 MW), dan PLTU Sumsel 7 (2 x 150 MW).
Pembangunan jaringan tahap kedua akan menghubungkan jaringan listrik dari Aur Duri ke Muara Enim di Sumatera Selatan. Adapun proyek tahap ketiga akan menghubungkan jaringan Garuda Sakti-Medan. Jika semua tahap pembangunan ini selesai, pada 2020 tersedia jalan tol listrik Sumatera yang menghubungkan Muara Enim di Sumatera Selatan dengan Medan di Sumatera Utara. Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Sumatera akan mendapatkan dukungan tenaga listrik yang cukup di masa depan.
PLN sempat membuka undangan prakualifikasi pembangunan transmisi 500 kV Sumatera tahap pertama. Tender ini meliputi lima paket pekerjaan. Undangan terbuka bagi para pengembang nasional yang berkompeten membangun transmisi listrik tegangan tinggi, dengan syarat mereka bisa memenuhi kandungan lokal 80-90 persen. Infrastruktur ini diharapkan menjadi proyek transmisi pertama yang menggunakan skema pembiayaan dan pembangunan penuh oleh pengembang. Sedangkan PLN akan mengambil alih dengan pola pengembalian selama 12 tahun. Namun saat itu tak ada pihak swasta yang berminat.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa. yseali.fulbright.edu.vn
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa mengatakan jaringan transmisi 500 kV dari Muara Enim ke New Aur Duri akhirnya dibangun mulai 2020, tapi penyelesaiannya molor dari target awal pada 2023 menjadi 2026. Menurut Fabby, pembangunan jaringan transmisi saluran udara tegangan ekstra-tinggi (SUTET) biasanya menghadapi kendala pembebasan lahan untuk hak pakai yang lama. “Perizinan akan lebih rumit jika SUTET melewati kawasan konservasi atau hutan lindung,” tuturnya pada Kamis, 13 Juni 2024.
Selain itu, Fabby menambahkan, pembangunan jaringan transmisi listrik berbiaya mahal, sementara marginnya kecil. Walhasil, PLN biasanya mencari pembiayaan konsesional dengan bunga ringan agar proyek ini layak berjalan. “Pembiayaan jenis ini tidak mudah didapat dan persyaratannya sangat ketat,” katanya.
Faktor lain yang menghambat proyek transmisi berkaitan dengan kapasitas teknis dan finansial perusahaan pengembang atau kontraktor proyek. Dalam kasus proyek 500 kV di Sumatera Selatan, menurut Fabby, perusahaan penggarap merupakan kontraktor yang tidak cakap sehingga kontraknya diputus. Ujung-ujungnya, jadwal penyelesaian proyek tertunda. Kelak, bila semua proyek rampung, jalan tol listrik Sumatera akan tersambung dari Aceh hingga Lampung. *
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Parliza Hendrawan dari Palembang berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Gelap Gulita tanpa Tol Listrik Sumatera"