Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia mengantisipasi dampak kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (AS) terhadap perekonomian dalam negeri. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan pemerintah mulai memperhatikan risiko kebijakan perdagangan AS itu terhadap Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan, dinamika global masih menjadi faktor utama yang berdampak pada perkembangan perekonomian negara ke depan. “Sejumlah risiko tentu masih akan kita hadapi,” kata Airlangga dalam jumpa pers yang digelar di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, pada Jumat, 31 Januari 2025. “Tentunya kebijakan perdagangan dari pemerintahan Amerika yang sering kita sebut sebagai Trump 2.0.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Airlangga Hartarto sebelumnya menyatakan Indonesia bakal mengajukan permintaan penurunan tarif dagang kepada Amerika Serikat (AS). Upaya ini, ujar Airlangga, dilakukan sebagai langkah mitigasi terhadap kebijakan tarif impor di masa pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
“Kami sedang meminta supaya akan ada kerja sama ekonomi secara bilateral, supaya tarifnya kita turunkan,” tutur Airlangga ketika ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin, 13 Januari 2025.
Kerja sama perdagangan antara Indonesia dan AS ini, lanjut dia, nantinya dapat dilaksanakan melalui perjanjian perdagangan bebas atau free trade agreement (FTA).
Adapun Airlangga menyebut Indonesia sebenarnya sudah kebal dengan pengenaan tarif dagang tinggi oleh AS. Isu mengenai tarif tinggi ini, menurut dia, bukanlah hal baru. AS telah mengenakan tarif impor pada berbagai komoditas, seperti baju maupun sepatu. “Jadi kita sudah agak imun dengan tarif yang dikenakan Amerika terhadap Indonesia,” ujarnya.
Donald Trump resmi kembali menjabat sebagai Presiden AS setelah dilantik pada 20 Januari 2025 lalu. Trump yang berusia 78 tahun berhasil merebut kembali Gedung Putih pada November 2024, dengan mengamankan 312 suara elektoral, melebihi angka 270 suara yang dibutuhkan untuk memenangkan kursi kepresidenan.
Selama masa kampanye nya, Donald Trump dengan moto “America First” berjanji memberlakukan tarif besar-besaran untuk semua barang impor yang masuk wilayah AS. Pendekatan proteksionisme yang diusung Trump dalam kampanyenya merupakan kebijakan yang mengutamakan kepentingan ekonomi domestik AS dan mendorong kebijakan yang menekan ketergantungan pada negara-negara lain.
Slogan America First muncul pada periode pertama pemerintahan Trump, 2016-2020. Di bidang ekonomi, slogan ini diejawantahkan dalam bentuk pengenaan tarif yang tinggi terhadap produk-produk impor dari berbagai negara, terutama China. Kebijakan ini bertujuan memperbaiki neraca perdagangan Amerika yang selalu defisit. Buntut kebijakan ini adalah China kehilangan sebagian besar pangsa pasarnya di AS.
China yang tengah mengalami over supply kemudian menyasar negara-negara lain untuk menjual rugi produknya dengan harga murah. Indonesia salah satunya. Banjir produk impor dari Negeri Tirai Bambu belakangan digadang-gadang menjadi penyebab industri manufaktur dalam negeri terpuruk.
Han Revanda berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Dampak Penghematan Belanja Pemerintah ke Bisnis Hotel