Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melobi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan PT Pertamina (Persero) untuk meredam harga avtur yang dianggap terlampau tinggi. Kenaikan harga avtur memicu lonjakan tarif penerbangan. Pembahasan itu dikejar waktu karena volume permintaan jasa udara bakal melonjak pada periode liburan akhir tahun nanti. "Kami sudah mengundang mereka untuk review dan meminta rebalancing (penyesuaian) harga," ujar dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Budi, tarif avtur di Jakarta sudah lebih tinggi 25 persen dibanding di Singapura. Padahal, porsi pembiayaan bahan bakar masih 40 persen dari struktur biaya operasional maskapai. Demi efisiensi, maskapai akhirnya membagi beban tersebut ke dalam perhitungan tarif tiket.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tekanan biaya operasional juga sempat memaksa operator memangkas rute ke wilayah perintis di kawasan Indonesia timur. Jalur terpencil itu sebelumnya ditanggung dengan subsidi silang dari keuntungan di rute padat. "Kami mencari solusi mengingat pada Natal dan tahun baru banyak yang ingin bepergian dengan pesawat," ujarnya.
Kementerian meminta pemerintah daerah memperjelas informasi mengenai tingkat permintaan alias demand di rute sepi. Beberapa pulau di Sulawesi Utara, Budi mencontohkan, sempat berhenti diterbangi maskapai karena kondisi pasar yang tidak jelas. "Pemda harus memastikan sharing penumpang di sana setidaknya 20-30 persen, sehingga operator tak cemas."
Direktur Niaga Garuda Indonesia, Pikri Ilham Kurniansyah, menunggu pembahasan mengenai penyesuaian harga avtur. Menurut dia, lonjakan pemesanan baru akan meningkat drastis tiga pekan menjelang Natal. "Peningkatan volume di rute domestik mungkin kecil, hanya 5-6 persen. Kenaikannya justru di rute internasional," ucap dia, kemarin.
Perusahaan belum memastikan jumlah penerbangan ekstra yang bakal diajukan ke regulator. Tapi Pikri memastikan dua maskapai dalam grupnya akan mengerahkan seluruh pesawat berbadan lebar (wide body) ke rute utama liburan tahun baru, dari Bali, Medan, Surabaya, Balikpapan, hingga Ujung Pandang. "Armada kami yang ready hampir 200 unit. Ada 143 di Garuda dan 50 pesawat Citilink," kata dia.
Pikri menyebut penutupan rute harus dilakukan untuk menyeimbangkan keuangan maskapai. "Kami juga mengalami posisi berat. Di satu sisi harus bisa survive, tapi juga dibutuhkan untuk terbang."
Senada, Managing Director PT Lion Air Group, Daniel Putut, mengatakan pemangkasan rute dipicu oleh rendahnya okupansi dan pertimbangan terhadap pengeluaran untuk avtur. "Kami memutuskan tak terbang di sana sampai ada kesepakatan dengan semua stakeholder yang dapat membantu," ujarnya.
Adapun Direktur Pemasaran Korporat Pertamina, Basuki Trikora Putra, mengatakan harga produk perusahaannya selalu merujuk pada harga minyak Mean of Platts Singapore (MOPS). Perubahan harga, ujar dia, selalu dipublikasikan dua kali sebulan dan disepakati oleh para pembeli, termasuk maskapai.
Pertamina menyetok bahan bakar pesawat di 65 bandara, baik di rute domestik maupun internasional. Sebanyak 81 persen avtur dipakai untuk kebutuhan rute domestik dan sisanya untuk rute asing. "MOPS dipublikasikan lembaga di Singapura untuk menentukan harga produk. Itu dipakai negara-negara Asia Tenggara, bahkan jadi acuan hingga ke Jepang," katanya. FRANCISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS PAE DAE
Pemerintah Dorong Penurunan Harga Avtur
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo