Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) optimistis harga pulp dan kertas akan naik 5-10 persen pada tahun ini. Kenaikan harga terutama didorong oleh tingginya permintaan dari dalam negeri hingga pertengahan tahun ini.
"Ada dua momen yang menggerakkan permintaan pulp dan kertas, yakni permintaan kertas dari KPU untuk pemilu serta untuk pencetakan buku-buku pelajaran baru," ujar Ketua APKI Misbahul Huda di Jakarta, kemarin.
Misbahul menghitung, kebutuhan kertas untuk buku-buku kurikulum 2014/2015 cukup besar, yakni mencapai 200 juta eksemplar. "Itu dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, belum dari dinas-dinas di bawahnya. Mudah-mudahan harga jual kertas akan membaik," ucapnya.
Sejak akhir 2013 hingga saat ini, harga kertas dan pulp relatif rendah karena permintaan berkurang. Harga pulp kini hanya dibanderol Rp 600 per ton, sementara kertas dihargai Rp 700-800 per ton.
Tak hanya terdongkrak oleh momen dalam negeri, permintaan pulp dan kertas dunia pun diperkirakan meningkat. Pada 2015, kebutuhan pulp global diperkirakan tumbuh 17 persen, sedangkan kebutuhan kertas diperkirakan naik 10,5 persen.
Misbahul optimistis industri pulp dan kertas Indonesia masih akan berkembang tahun ini. Sebab, hutan tanaman industri (HTI), yang menjadi sumber bahan baku pulp dan kertas, banyak yang belum dikelola. "Dari luasan HTI yang dialokasikan pemerintah sebesar 10 juta hektare, baru sekitar 3,5-4 juta hektare yang digunakan," ucapnya.
Kenaikan tarif listrik untuk pelanggan industri besar dinilai tak akan mempengaruhi kinerja industri kertas dan pulp. Sebagai industri yang boros energi, rata-rata pabrik kertas telah memiliki pembangkit listrik sendiri yang berbahan bakar batu bara.
Selain itu, industri kertas Tanah Air relatif diuntungkan karena masa panennya lebih cepat, mencapai tujuh kali lipat dari hutan di kawasan Skandinavia. Posisi Indonesia pun lebih dekat dengan Cina, yang menjadi konsumen kertas terbesar. "Daya saing tinggi karena efisiensi biaya transportasi," ujar Misbahul.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada 2013 naik 6,83 persen dibanding tahun sebelumnya. Hal ini terutama dipicu kenaikan produksi industri percetakan dan reproduksi media rekaman, yang mencapai 11,82 persen.
Namun Misbahul mengakui bahwa industri kertas nasional menghadapi tantangan besar dari isu lingkungan. Selama dua tahun terakhir, hampir 80 persen keluhan para pelaku industri pulp dan kertas di Indonesia adalah dituding mencemari lingkungan dan merusak. "Ini yang membuat kelancaran ekspor terganggu. Sebaliknya, impor kertas tetap lancar."
Pada akhir 2012, perusahaan di bidang hiburan dan media Amerika Serikat, The Walt Disney, memboikot kertas asal Indonesia. Walt Disney termakan isu bahwa bahan baku kertas dari hutan Indonesia diperoleh secara ilegal dan hasil perusakan hutan, sehingga meminta semua pemegang lisensi di dunia, vendor, dan pemasok menghindari kertas dari Indonesia.
Menghadapi tudingan itu, Kementerian Kehutanan dan Kementerian Perindustrian bereaksi keras. Menteri Perindustrian bahkan menyebut aksi boikot itu baru pertama kali terjadi setelah 15 tahun Indonesia mengekspor pulp dan kertas.AYU PRIMA SANDI
Perkembangan Ekspor Pulp dan Kertas (dalam juta US$)
URAIAN | 2008 | 2009 | 2010 | 2011 | 2012 | 2013* |
BUBUR KAYU/PULP | 1.425,3 | 868,8 | 1.468,9 | 1.557,7 | 1.547 | 1.514,4 |
KERTAS/KARTON | 3.736,8 | 3.357,3 | 4.186,2 | 4.169,4 | 3.937,1 | 3.109,4 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo