Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Pengamat: Kalau Mau Selamat, Garuda Indonesia Wajib Restrukturisasi

Pengamat mengingatkan Garuda Indonesia harus melakukan restrukturisasi untuk menyelamatkan maskapai penerbangan pelat merah ini.

14 Juni 2021 | 06.45 WIB

Pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-900neo bercorak khusus yang menampilkan visual masker pada bagian moncong pesawat dipamerkan di akun media sosial maskapai plat merah tersebut. Instagram
Perbesar
Pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-900neo bercorak khusus yang menampilkan visual masker pada bagian moncong pesawat dipamerkan di akun media sosial maskapai plat merah tersebut. Instagram

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) dinilai tetap harus melakukan restrukturisasi dari empat opsi alternatif penyelamatan yang digodok oleh pemerintah. Pemerhati penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soedjatman mengatakan dari empat opsi yang disampaikan oleh pemerintah, hanya opsi terakhir yakni likuidasi yang tidak memerlukan upaya restrukturisasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Dari semua opsi, tetap butuh upaya restrukturisasi. Hanya opsi keempat yang nggak karena itu berarti Garuda Indonesia ditutup atau selesai. Kalau yang lain mau diapain pun tetep harus restrukturisasi. Baik mau tetep ditalangi dana harus restrukturisasi. Kalau nggak yang dana talangan akan terus-terusan besar," katanya, Minggu, 13 Juni 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gerry menjelaskan pula bahwa opsi menutup perusahaan lama dengan memindahkan perusahaan baru lewat brand yang sama bisa dilakukan tetapi juga kembali membutuhkan restrukturisasi perusahaan. Pasalnya tanpa restrukturisasi perusahaan akan tetap besar, gemuk dan keuangan tak akan terlalu beda.

"Garuda juga bisa pakai Citilink, kodenya diambil lalu rebranding lagi di kemudian hari juga bisa. Tapi tetap tidak ada opsi yang bisa lanjut tanpa restrukturisasi," ujarnya.

Restrukturisasi tersebut, ujarnya melanjutkan, tidak hanya soal utang dan beban finansial. Langkah besar ini pernah dilakukan maskapai penerbangan pelat merah tersebut pada 1998-2002 restrukturisasi juga dilakukan sebesar US$2 miliar dan berhasil karena meliputi sumber daya manusia dan jumlah pesawat.

"Restrukturisasi yang dilakukan juga yaitu kinerjanya dan strukturnya. Apakah bisa dibikin efisien. Per kepala orang yang kerja di situ pendapatannya cukup nggak. Sama nggak. Setara nggak. Produktivitas tenaga kerja juga. Tak hanya financial dan pengurangan tenaga kerja, kinerjanya juga," katanya.

Sementara itu Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam penjelasan tertulisnya mengatakan dengan adanya opsi penyelamatan Garuda, hal tersebut bukan merupakan ranah perusahaan tetapi lebih kepada keputusan/ langkah strategis dari pemegang saham. Perseroan tidak berkapasitas untuk menyampaikan konfirmasi lebih lanjut terhadap pemberitaan tersebut.

Adapun saat ini fokus utama emiten berkode saham GIAA adalah memastikan keberlangsungan usaha melalui berbagai langkah strategis, teritama melalui optimalisasi lini bisnis khususnya kargo dan charter. Selain tentunya pengelolaan struktur biaya, beban operasi baik melalui optimalisasi dan produktivitas pesawat.

Kemudian bernegosiasi bersama lessor, pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) serta restrukturisasi rute penerbangan sejalan dengan tren permintaan yang ada pada masa adaptasi kebiasaan baru saat ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus