Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Intervensi Bank Indonesia (BI) terhadap nilai tukar rupiah di pasar domestik membuat mata uang Indonesia kembali stabil sekaligus membantu mengantisipasi pelemahan rupiah secara kontinyu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hal ini disampaikan pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Guna menenangkan pasar Bank Indonesia terus melakukan triple intervensi di perdagangan DNDF (Domestic Non Deliverable Forward) yaitu pasar valas, obligasi, dan repo, sehingga pelemahan rupiah bisa diantisipasi secara kontinyu (dan) rupiah kembali stabil, walaupun pasar global sedang tidak baik-baik saja,” katanya Rabu, 9 April 2025 sebagaimana dilansir dari Antara.
Adapun, triple intervention atau tiga intervensi yang dimaksud di antaranya intervensi di pasar valuta asing (valas) pada transaksi spot dan DNDF, serta Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Optimalisasi instrumen triple intervention dalam rangka memastikan kecukupan likuiditas valas untuk kebutuhan perbankan dan dunia usaha serta menjaga keyakinan pelaku pasar.
Sentimen lain terhadap kurs rupiah juga berasal dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatatkan perekonomian Indonesia mengalami inflasi 1,03 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada Maret 2025.
Pada Maret 2025, secara year-on-year (yoy) terjadi inflasi sebesar 1,03 persen, atau kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,13 pada Maret 2024 menjadi 107,22 pada Maret 2025.
Di sisi lain, kurs rupiah dipengaruhi pula oleh sentimen dari pemberlakuan tarif impor tambahan sebesar 50 persen dari Amerika Serikat (AS) terhadap barang-barang dari China.
Adapun tarif yang dipatok pemerintah Amerika terhadap barang impor dari China mencapai 104 persen yang terdiri dari bea tambahan impor sebesar 20 persen, tarif resiprokal 34 persen, dan tarif tambahan pada hari ini sebesar 50 persen.
“Tiongkok sejauh ini tidak menunjukkan niat untuk mundur, dengan Kementerian Perdagangan berjanji untuk berjuang sampai akhir dengan AS atas peningkatan tarifnya. Pasar juga berspekulasi bahwa Tiongkok membuang kepemilikan yang besar atas obligasi pemerintah AS, yang menyebabkan lonjakan besar dalam imbal hasil,” ungkap Ibrahim.
Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan pada Rabu, 9 April 2025 di Jakarta menguat sebesar 18 poin atau 0,11 persen menjadi Rp16.873 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.891 per dolar AS.
Sementara itu, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada 9 April 2025 justru melemah ke level Rp16.943 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.849 per dolar AS.
Sebelumnya, untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global Bank Indonesia memutuskan melakukan intervensi di pasar off-shore (Non Deliverable Forward/NDF), langkah ini diambil melalui Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Senin, 7 April 2025.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, mengatakan kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan pemerintah Amerika Serikat pada 2 April 2025 dan respons kebijakan retaliasi tarif oleh pemerintah Tiongkok pada 4 April 2025 telah menimbulkan gejolak pasar keuangan global.
“Tekanan terhadap nilai tukar rupiah telah terjadi di pasar off-shore atau Non Deliverable Forward (NDF) di tengah libur panjang pasar domestik dalam rangka Idul Fitri 1446H,” ujar Ramdan dalam keterangan resminya pada Senin, 7 April 2025.
Anastasya Lavenia Y berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan rupiah: Ekonom: Depresiasi Rupiah Bukan Hanya Disebabkan Faktor Eksternal