Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pengelola Bandara Kertajati Akan Bangun Akses Kereta

Mengincar jalur baru dan reaktivasi jalur kereta di sekitar Majalengka.

21 Januari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati, Majalengka, Jawa Barat. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - PT Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) sedang menyelesaikan studi pembangunan akses kereta api ke Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat. Direktur Operasional dan Pengembangan Bisnis PT BIJB, Agus Sugeng, mengatakan perseroan memiliki perencanaan soal lokasi dan desain stasiun kereta bandara. "Jalur kereta baru maupun hasil reaktivasi di sekitar Majalengka sangat menjanjikan untuk membawa penumpang ke Kertajati," ujarnya kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Sugeng, realisasi rute kereta ke Bandara Kertajati membutuhkan konsep matang. Hasil studi pun harus dilengkapi dengan uji akademis dan kelayakan. Dia tak menutup kemungkinan perencanaan tersebut bisa alot hingga paling lambat pada 2035, saat seluruh tahapan pembangunan bandara selesai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tapi, jika kapasitas penumpang meningkat pesat, kami bisa saja mempercepat realisasinya dalam beberapa tahun ke depan," kata Sugeng. "Jadi, tergantung kapan kereta api ini dibutuhkan."

Kementerian Perhubungan menargetkan sejumlah jalur kereta api hasil reaktivasi di Jawa Barat, seperti rute Bandung-Garut dan Cianjur-Bandung, bisa terhubung ke Kertajati. Dengan demikian, bandara yang baru dibuka pada pertengahan tahun lalu itu bisa memiliki akses kereta layaknya Bandara Soekarno-Hatta di Banten, Bandara Kualanamu di Sumatera Utara, serta Bandara Minangkabau di Sumatera Barat.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan kereta bandara menjadi transportasi alternatif untuk masyarakat Jawa Barat yang tak ingin menggunakan bus bandara ataupun kendaraan pribadi. "Kami ketahui kereta api sebagai suatu angkutan yang paling digemari masyarakat, murah, tidak ada polusi, dan tepat waktu," ujarnya.

Kepala Pusat Komunikasi PT Kereta Api Indonesia (KAI), Agus Komarudin, memastikan perseroannya akan mengaktifkan kembali empat jalur, yakni rute Cibatu-Garut-Cikajang sepanjang 47,5 kilometer, Rancaekek-Tanjungsari sepanjang 11,5 kilometer, Banjar-Pangandaran-Cijulang sejauh 82 kilometer, serta Bandung-Ciwidey sejauh 37,8 kilometer. Dari keempat bagian itu, terdapat jalur Cibatu-Garut sepanjang 19,3 kilometer yang dikebut pengerjaannya agar rampung pada akhir tahun ini.

"Regulator menyarankan agar reaktivasi didanai KAI, namun kami masih harus mengevaluasi sumber dan besaran yang harus disiapkan," tutur Agus, kemarin.

Pada tahap awal reaktivasi jalur Cibatu-Garut pun, Agus melanjutkan, perseroan perlu menggelar sosialisasi, merinci pemetaan, membangun area Stasiun Cibatu dan depo lokomotif, serta menertibkan bangunan di sekitar rute. "Dari total 1.077 bangunan yang perlu ditertibkan, total terdapat 911 kepala keluarga yang menerima uang bongkar," kata Agus. "Hingga 16 Januari 2019, sudah 218 KK yang sudah menerima uang bongkar itu."

Menurut Agus, rute Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari sepanjang 11,2 kilometer pun sangat menjanjikan untuk masuk ke area Bandara Kertajati. "Kementerian bisa mengkaji lebih dalam. Selain reaktivasi, perlu direncanakan pembangunan jalur baru menuju Sumedang dan Cirebon.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno juga menyambut baik pengaktifan kembali jalur kereta. Dia menuturkan ada sekitar 200 kilometer jalur yang akan diaktifkan lagi di Jawa Barat. Kementerian pun menggenjot investasi dalam bentuk perizinan dan armada, serta pelayanan kereta. "Kami sudah bicara ke Pak Menhub soal bagaimana hitungan sewanya, karena kami sudah investasi dari awal," ujarnya.

Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Aditya Dwi Laksana, mengatakan pengaktifan jalur lama kerap terhambat masalah pengadaan lahan. Jalur nonaktif yang sebagian besar dibangun saat masa penjajahan itu pun sudah menjadi permukiman atau kawasan industri. "Cukup sulit membebaskan tanahnya, karena ada dampak sosial," kata dia. "Alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga pasti terbatas dan diprioritaskan untuk pembuatan jalur baru."

Dia menyarankan agar jalur kereta Bandara Kertajati tak dihubungkan langsung ke Bandung, melainkan ke jalur lintas utara Jawa. Rute itu, kata dia, terhubung ke lokasi padat penumpang, seperti Cirebon, Tegal, maupun Karawang. "Tak harus dipaksakan langsung ada kereta dari Bandung ke Kertajati. Apalagi masih ada akses darat yang bagus, seperti jalan tol Cileunyi-Dawuan-Sumedang (Cisumdawu)." HENDARTYO HANGGI | SIGIT ZULMUNIR | AHMAD FIKRI | YOHANES PASKALIS PAE DALE


Dilayani Berbagai Akses

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus