Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pangan Nasional atau Bapanas buka suara soal harga telur yang melonjak hingga di atas Rp 30 ribu per kilogram. Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi tak menampik masih ada pelaku usaha yang berusaha mengerek harga telur di atas harga acuan penjualan dan pembelian (HAP) yang telah ditetapkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Untuk itu, kami bekerja sama dengan para pelaku usaha serta Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri memonitor pergerakan harga dan penyesuaian harga telur ini," tutur Arief dalam keterangan dikutip pada Sabtu, 3 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arief menekankan akan terus meminta para peternak layer dan pedagang telur membeli dan menjual telur ayam ras sesuai dengan HAP. Sebab, HAP telah disepakati dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 5 Tahun 2022.
Berdasarkan Perbadan itu, harga acuan pembelian di tingkat produsen atau peternak layer adalah Rp 22 ribu per kilogram sampai Rp 24 ribu per kilogram. Sedangkan harga acuan penjualan di tingkat konsumen Rp 27 ribu per kilogram.
“Melalui surat resmi di pertengahan November, kami telah meminta seluruh Asosiasi Peternak, Pedagang serta sejumlah Koperasi agar mematuhi HAP sesuai Perbadan Nomor 5 Tahun 2022,” ucap Arief.
Ia juga akan terus berkoordinasi dengan peternak layer besar, peternak mandiri, dan Satgas Pangan. Tujuannya agar harga jual telur di peternakan bisa sesuai dengan HAP.
Selanjutnya, Bapanas bersama kementerian dan lembaga bakal menyiapkan sistem untuk mengatur peningkatan produksi, suplai, penyerapan, dan pengelolaan cadangan pangan telur. Sehingga, stoknya lebih terkendali.
"Hal ini yang harus di-manage dan dikomunikasikan bersama seluruh stakeholder. Memang kalau ayam bertelur itu setiap hari satu telur, tidak bisa ditahan dan tidak bisa dipercepat. Maka, harus diatur supply sama demand-nya,” ujarnya.
Bapanas menyatakan akan segera mengatur suplai, penyerapan, serta manajemen pasokan komoditas telur ayam ras. Kebijakan itu guna menjaga agar kenaikan harga tidak terus terjadi, khususnya menjelang Hari Besar dan Keagamaan Nasional (HBKN).
Terlebih, menurut dia, telur merupakan salah satu komoditas yang produksinya tidak bisa dipacu atau dipercepat secara serta-merta. "Sehingga, apabila tiba-tiba ada lonjakan permintaan tanpa persiapan stok dan suplai yang memadai maka otomatis akan mengerek harga di pasar," tutur Arief.
Penyebab Kenaikan Harga Telur
Selain peningkatan permintaan pasar menjelang HBKN Natal dan tahun baru (Nataru), menurut dia, kenaikan harga telur disebabkan oleh melonjaknya harga input produksi, terutama jagung pakan. Maka, ia berjanji akan memperkuat tata kelola jagung nasional. Terlebih, harga jagung berdampak signifikan terhadap harga pokok produksi telur dan produk peternakan unggas lainnya. Musababnya, jagung merupakan salah satu komponen pakan unggas yang banyak digunakan.
Ia pun melanjutkan, pembenahan tata kelola jagung sudah dimulai dengan mengacu pada Perbadan Nomor 5 Tahun 2022. Beleid ini mengatur HAP jagung di tingkat produsen dan konsumen. "Kami juga mendorong adanya cadangan jagung pemerintah sesuai dengan amanat Perpres 125 Tahun 2022,” ucapnya.
Di sisi lain, Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso mengatakan sejumlah asosiasi dan koperasi petelur telah melakukan rapat untuk membahas lonjakan harga telur ini. Hasilnya, para peternak sepakat untuk menjual, khususnya ke Jakarta, dengan harga maksimal Rp 27.500 per kilogram.
Kesepakatan itu dibuat oleh Pinsar Petelur Nasional (PPN), Pinsar Indonesia (PI), PPRN, Koperasi Pinsar Petelur Nasional, Koperasi Peternak Petelur Lampung, Koperasi Kendal, Koperasi Putra Blitar dan Koperasi Srikandi Blitar. Mereka menamakan diri sebagai Rumah Bersama.
Meski disepakati itu di atas angka HAP yang telah ditetapkan pemerintah,ia menilai harga tersebut sangat realistis. Penentuan harga ini sudah termasuk dengan ongkos angkut dan kertas tempat alas telur.
Ia melanjutkan, HAP yang saat ini berlaku belum memperhatikan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan dampak dari situasi geopolitik akibat perang Rusia dan Ukraina. Ia menjelaskan angka Rp 27.500 per kilogram ditetapkan oleh Rumah Bersama dengan mempertimbangkan besarnya ongkos angkut bagi peternak di Jawa Timur untuk mengirimkan ke Jakarta sekitar Rp 1.200.
Ditambah, biaya kertas alas telur sebesar Rp 500. Sehingga, menurut catatannya, harga telur yang dijual peternak tak jauh dari HAP, yakni sekitar Rp 25.800 per kilogram. "Kami sudah pertimbangkan, mengingat peternak kecil yang juga mungkin dari biayanya yang tidak rendah karena ada selisih biaya, itu kami sudah perhitungkan," tuturnya.
Yudianto pun menegaskan harga tersebut hanya berlaku pada momen menjelang Nataru, tidak untuk selama-lamanya. Menyitir situs Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga telur per Jumat, 2 Desember 2022 telah mencapai Rp 30 ribu per kilogram. Informasi Pangan Jakarta juga mencatat harga telur naik menjadi Rp 30.808 per kilogram.
Sementara itu, Panel Harga Pangan Bapanas mencatat harga rata-rata nasional telur ayam ras di tingkat konsumen naik menjadi Rp 28.881 per kilogram. Sedangkan harga di tingkat produsen Rp 23.900 per kilogram.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.