Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Produsen sepeda mendulang untung seiring dengan tren penggunaan alat transportasi ramah lingkungan ini pada masa pandemi Covid-19. Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) Eko Wibowo mengatakan, pada tahun-tahun sebelumnya, kenaikan penjualan bulanan paling banyak dua kali lipat, terutama pada masa libur sekolah. “Tapi sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada April lalu, penjualan bisa naik sampai empat kali lipat,” kata dia, kemarin.
Kenaikan penjualan, kata Eko, dirasakan produsen lokal maupun importir. Salah satunya adalah produsen sepeda merek Pacific dan Element yang merupakan anggota aktif Apsindo. Menurut Eko, dari tinjauan pasar tahun lalu, penjualan berkisar 5-7 juta unit per tahun. “Sekarang kami sulit mendata berapa banyak karena banyak pemain baru yang muncul dan ini di luar dugaan,” ujar dia.
Menurut Eko, sepeda lipat kini menguasai 60 persen pangsa pasar. Sebanyak 30 persen penjualan adalah sepeda gunung atau mountain bike (MTB), sisanya produk city bike serta sepeda anak-anak. Sepeda lipat, kata dia, disukai konsumen lantaran mudah disimpan, sementara MTB cenderung dibeli oleh peminat olahraga. “Tapi saat liburan sekolah market share terbesar justru sepeda anak,” kata dia.
Meski begitu, Eko mengakui bahwa sebagian besar produsen kini hanya menghabiskan stok gudang tanpa produksi baru yang besar. Sebab, kata dia, kemampuan produsen lokal kebanyakan adalah merangkai suku cadang. “Item produksi lokal sangat sedikit, misalnya ban, sementara group set dan pelek masih impor,” tutur Eko. Impor suku cadang kini terhambat oleh persaingan pasar global, akibat peningkatan tren sepeda di beberapa negara besar, seperti Cina dan Amerika.
Ketua Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI), Rudiyono, mengatakan pasar masih dikuasai sepeda impor. Dalam setahun, Indonesia bisa mengimpor 6-7 juta unit sepeda, sementara yang diproduksi lokal hanya 2-2,5 juta unit. “Pemasarannya empat banding satu. Produk impor datang dalam bentuk utuh dan harganya lebih murah.”
William Gozali, Direktur PT Insera Sena yang memproduksi sepeda Polygon, mengatakan kenaikan penjualan paling signifikan terjadi pada Mei lalu. “Naik 10 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu,” kata dia.
William mengatakan perusahaannya berupaya mempertahankan harga meski stok menipis di tengah perlambatan produksi, akibat perebutan impor suku cadang. “Kapasitas produksi kami 700 ribu per tahun,” ucap dia. “Harus dikaji dulu apakah target ini bisa dinaikkan sesuai permintaan pasar, karena ada kendala ketersediaan suku cadang.”
Head of Marketing Communications Polygon Bikes Indonesia, Yunike Maris, mengatakan volume distribusi terbesar sepeda Polygon masih berada di Jawa. Perusahaan yang memproduksi 150 model sepeda itu pun berniat meluncurkan produk baru yang dirancang sesuai dengan kebutuhan bersepeda di masa pandemi Covid-19.
Direktur Lalu Lintas Jalan Kementerian Perhubungan, Sigit Irfansyah, mengatakan pihaknya tengah menyiapkan peraturan untuk mengendalikan pengguna sepeda. Subtansinya mengarah pada aturan atribut untuk keselamatan, serta pengembangan jalur khusus sepeda di perkotaan. Beleid itu nantinya juga dikembangkan bila semakin banyak sepeda yang dipakai sebagai angkutan. “Belum ada regulasi spesifik soal sepeda. Jadi, kami bantu siapkan dan penerapannya lewat pemerintah daerah.”
Juru bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati, mengatakan regulasi baru ini akan mengatur aspek keselamatan. “Yang diatur seperti alat pemantul cahaya, jalur, serta penggunaan alat keselamatan lain, bukan pajak penggunaan sepeda,” kata dia.
YOHANES PASKALIS
Penjualan Sepeda Melonjak Empat Kali Lipat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo