Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Membaik Berkat Booming Komoditas

Penjualan kendaraan komersial atau kendaraan niaga pada 2022 diproyeksikan bakal ditopang oleh sektor pertambangan, perkebunan, dan konstruksi. Namun pemberlakuan kebijakan standar emisi Euro4 bakal membuat konsumen menahan pembelian.

6 Desember 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Truk pengangkut sawit di Kalimantan Tengah, Desember 2015. ANTARA/Puspa Perwitasari

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Booming harga komoditas bakal menggairahkan penjualan kendaraan komersial.

  • Sektor konstruksi dan logistik juga bakal membuat pertumbuhan pasar otomotif tetap positif.

  • Sektor industri otomotif bersiap menghadapi kebijakan standar emisi Euro4 yang berlaku tahun depan.

JAKARTA – Perhelatan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) di BSD, November lalu, dimanfaatkan oleh PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB)—agen pemegang merek Fuso di Indonesia—untuk memperkenalkan produk kendaraan komersial baru di kelas berat (heavy duty). Produk bernama Fighter F62FR Mining Spec ini dirancang untuk konsumen di sektor pertambangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Marketing KTB, Duljatmono, mengatakan peluncuran truk tersebut dilakukan untuk menanggapi meningkatnya permintaan akan kendaraan niaga untuk keperluan pertambangan dan perkebunan yang naik sejak awal 2021. “Ada tren positif pada industri batu bara, nikel, bauksit, dan kelapa sawit sejak awal 2021,” kata Duljatmono di GIIAS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain terbantu sektor pertambangan, pasar kendaraan komersial atau kendaraan niaga pada tahun ini tumbuh positif berkat kinerja sejumlah sektor industri yang masih stabil. Duljatmono mengatakan sektor logistik dan konstruksi menjadi kontributor bagi segmen kendaraan komersial sepanjang pandemi ini.

Penjualan kendaraan komersial di Tanah Air melaju kencang sejak semester I lalu. Waktu itu total penjualan kendaraan kategori truk, bus, pikap, dan kabin ganda naik 25 persen dari tahun sebelumnya. Bahkan menurut data terbaru Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada Oktober lalu, terlihat total penjualan segmen ini sudah 181 ribu unit, atau 26,5 persen lebih tinggi dari total penjualan 2020.

Presiden Direktur KTB, Naoya Takai, menilai tren positif ini bakal terus berlanjut pada tahun depan. “Membaiknya situasi (pandemi) yang meningkatkan mobilitas masyarakat dan kinerja sejumlah sektor industri yang terus positif sangat berpengaruh terhadap segmen kendaraan komersial,” kata pria yang akrab disapa Rocky itu. Kendati demikian, ia menyatakan tren positif ini diprediksi hanya bertahan hingga awal 2022.

Pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 di ICE BSD City, Tangerang, 11 November 2021. Tempo/Tony Hartawan

Rocky memperkirakan pertumbuhan penjualan hingga kuartal pertama 2022 ada di kisaran 10-25 persen. Namun, setelah itu, tingkat penjualan akan stagnan bahkan menurun pada pertengahan tahun depan. Hal ini terjadi, kata dia, karena pemerintah akan mulai memberlakukan aturan standar emisi Euro4 per April 2022. “Kebijakan ini bakal membuat konsumen menahan pembelian, karena khawatir harga kendaraan akan lebih mahal akibat penggunaan teknologi mesin yang lebih canggih."

Meski demikian, Rocky optimistis, begitu pasar sudah beradaptasi dengan kebijakan baru, penjualan bisa kembali melaju. “Jadi, grafik penjualannya naik, turun, lalu akan naik lagi.” Duljatmono juga yakin permintaan akan truk untuk kebutuhan pertambangan dan perkebunan akan terus meningkat selama booming harga komoditas masih tetap terjadi.

Perkiraan itu diperkuat oleh analisis Direktur Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira. Dalam diskusi dengan Tempo, November lalu, Bhima memprediksi booming harga komoditas yang terjadi saat ini bakal lebih berkelanjutan dibanding booming harga komoditas pada 2011-2013. “Booming komoditas pada 2021 ini dipicu krisis energi di banyak negara, sehingga mereka berebut komoditas.”

Dampak dari kondisi ini tidak hanya berpengaruh terhadap komoditas pertambangan, tapi juga diikuti komoditas perkebunan. “Akan muncul orang-orang kaya baru yang diuntungkan dari sektor ini.” Hal ini akan memicu pertumbuhan sektor lain, seperti pasar otomotif. “Permintaan kendaraan bermotor (penumpang maupun niaga) bakal naik, terutama di daerah-daerah penghasil komoditas,” kata Bhima.

Akibat tingginya kebutuhan itu, Bhima memperkirakan, penerapan kebijakan standar emisi Euro4 tak bakal terlalu memukul pasar otomotif, terutama segmen kendaraan niaga. “Sama seperti waktu penerapan bahan bakar disel B30 yang dianggap membuat ketahanan mesin kendaraan berkurang. Tapi pada akhirnya kalangan usaha mau tak mau beradaptasi dengan kebijakan tersebut, karena memang membutuhkan kendaraan untuk usaha mereka.”

Hal yang sama juga bakal terjadi apabila tahun depan harga bahan bakar minyak naik. Menurut Bhima, selama para pelaku usaha masih bisa mendapatkan untung lebih besar dari penjualan komoditas, mereka tak akan ragu mengeluarkan modal untuk pembelian armada usaha mereka. “Pasar kendaraan pribadi kelas premium juga tak terlalu terpengaruh hal itu.”

Sektor lain yang masih menjadi penopang penjualan kendaraan bermotor adalah konstruksi. Bhima mengatakan, pelaksanaan aneka proyek infrastruktur pemerintah menjadi stimulus pertumbuhan. Begitu juga sektor logistik yang diperkirakan masih terus berkembang.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Logistik Indonesia Mahendra Rianto menyatakan kalangan pengusaha logistik bakal lebih menahan diri untuk berinvestasi kendaraan baru pada 2022. Faktor pemberlakuan standar emisi Euro4, kata dia, bakal membuat pelaku usaha berpikir ulang untuk membeli truk. “Karena pasti harganya lebih mahal.”

Mahendra berpendapat, ketimbang menerapkan standar emisi Euro4, seharusnya pemerintah berfokus mengembangkan kendaraan listrik. “Kalangan pengusaha logistik akan lebih memilih berinvestasi dan mencoba memanfaatkan kendaraan listrik, dengan tujuan menekan emisi. Ketimbang masih memakai mesin konvensional,” ujar dia dalam diskusi dengan Tempo, beberapa waktu lalu.

Dari sisi manufaktur, penerapan standar emisi Euro4 di Tanah Air justru dipandang bakal meningkatkan daya saing produk otomotif buatan Indonesia di pasar ekspor. “Karena hampir semua negara tujuan ekspor otomotif telah menerapkan standar emisi tersebut,” kata General Manager Product Development PT Isuzu Astra Motor Indonesia, Tonton Eko, dalam diskusi media di GIIAS, November lalu.

Petugas melakukan pemeriksaan uji emisi gas buang kendaraan saat sosialisasi Disinsentif dan Sanksi Tindak Uji Emisi di Kawasan Tanjung Barat, Jakarta Selatan, 30 Desember 2020. TEMPO/M Taufan Rengganis

Tonton menyatakan, pihaknya telah siap mengimplementasikan aturan baru ini. Sebab, sejak 2011 Isuzu telah menggunakan mesin commonrail yang mendukung standar emisi Euro4. “Berdasarkan pengujian kami, penggunaan teknologi sesuai dengan standar Euro4 Isuzu justru akan membuat konsumsi bahan bakar lebih irit ketimbang teknologi Euro2.” Untuk pasar dalam negeri, Tonton memastikan Isuzu telah menyiapkan kemampuan teknisi dan suku cadang untuk penerapan standar emisi baru ini.

PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI)—agen pemegang merek Hino di Indonesia—juga menyatakan kesiapan mereka mengimplementasikan teknologi Euro4 pada lini produk mereka. Di GIIAS, Hino turut menampilkan sejumlah lini produk bus dan truk yang telah mendukung teknologi sesuai dengan standar emisi tersebut.

Presiden Direktur HMSI, Masato Uchida, menyatakan Hino telah berpengalaman memproduksi mesin sesuai dengan standar Euro4 untuk ekspor. “Kami memastikan konsumen di Indonesia juga akan merasa aman dan puas menggunakan produk kami yang telah menerapkan standar ini,” kata Masato di GIIAS.

Terkait dengan proyeksi pasar pada 2022, Chief Operating Officer Director HMSI Santiko Wardoyo mengatakan penjualan truk dan bus Hino sejauh ini masih stabil. Merek ini, di beberapa kategori, juga masih menjadi pemimpin pasar. Santiko optimistis penjualan kendaraan niaga, terutama kategori truk, pada tahun depan akan tetap bertumbuh. Namun, untuk kategori bus, Santiko menilai masih akan dipengaruhi kebijakan pembatasan sosial akibat pandemi.

“Akibat pembatasan kegiatan masyarakat, banyak tempat wisata tutup. Sehingga pengusaha transportasi masih menahan pembelian bus,” ujar Santiko di GIIAS. Berdasarkan data Gaikindo, angka penjualan kendaraan komersial kategori bus hingga Oktober memang masih di bawah penjualan tahun lalu. Namun, kata Santiko, jika pada 2022 mobilitas masyarakat terus meningkat dan pembatasan kegiatan masyarakat lebih longgar, penjualan bus bisa kembali bergairah.

PRAGA UTAMA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Praga Utama

Praga Utama

Bergabung dengan Tempo sejak 2011 sebagai periset foto dan beralih menjadi reporter pada 2012. Berpengalaman meliput isu ekonomi, otomotif, dan gaya hidup. Peraih penghargaan penulis terbaik Kementerian Pariwisata 2016 dan pemenang lomba karya tulis disabilitas Lembaga Pers Dr Soetomo 2021. Sejak 2021 menjadi editor rubrik Ekonomi Bisnis Koran Tempo.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus