Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Perlawanan Dari Lantai Bursa

Pemilihan direksi Bursa Efek Indonesia diwarnai persaingan antara jagoan otoritas dan kubu yang disokong perusahaan sekuritas. Panitia Seleksi dinilai kurang transparan.

25 Mei 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENJELANG penutupan pendaftaran calon direksi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 30 April lalu, Ronald T. Andi Kasim merasa waswas. Saat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersiap menutup pendaftaran pada pukul empat sore, Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) itu belum kelar mengumpulkan tanda tangan yang ia perlukan. Bukti dukungan itu ia butuhkan sebagai syarat bagi paket calon yang ia usung untuk bisa mendaftar.

Dalam gerbong calon itu, Ronald mengajukan diri sebagai direktur utama. Enam yang lain diplot untuk posisi direktur lainnya. Untuk bisa masuk ke proses saringan berikutnya, dia harus menunjukkan bahwa paket yang ia bawa didukung oleh minimal 10 persen dari 108 perusahaan sekuritas anggota bursa, yang merupakan pemegang saham BEI. Angka 10 persen itu tak hanya soal jumlah, tapi harus pula merepresentasikan nilai dan frekuensi transaksi mereka di lantai bursa. Calon yang lolos seleksi awal itu akan masuk tahap uji kelayakan oleh OJK, mulai Kamis pekan lalu hingga 3 Juni mendatang.

Paket yang diusung Reynaldi Hermansjah, Direktur Keuangan PT Jasa Marga Tbk, bernasib sama. Mereka masih kurang dukungan sampai ujung batas waktu. Belakangan, Ronald bersepakat dengan Reynaldi untuk bergabung. Dalam paket baru itu, tiga nama dari kelompok Ronald dipertahankan, termasuk sang kepala gerbong. Sedangkan dari paket Reynaldi, empat nama bertahan. Tapi Reynaldi memilih mengundurkan diri. "Daripada dua-duanya tak bisa mendaftar, lebih baik merger," kata Ronald, Selasa dua pekan lalu.

Kendati akhirnya berhasil mendaftar, Ronald masih kecewa kepada para koleganya. Menurut dia, Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia sebagai wadah anggota bursa seharusnya bisa membagi dukungan agar muncul lebih banyak kelompok calon direksi. Hitungan Ronald, jika dukungan dibagi merata sesuai dengan persyaratan OJK, paling tidak ada lima paket bisa mendaftar. "Semakin banyak calon, semakin baik untuk pasar modal."

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Susy Meilina berpendapat sebaliknya. Keluhan Ronald itu ia nilai salah kaprah. Menurut Susy, Asosiasi tidak memiliki kewenangan mengarahkan anggota bursa untuk mendukung paket tertentu. "Itu analisis yang sangat dangkal," ucapnya.

Seorang pengurus Asosiasi mengatakan sulitnya memperoleh dukungan karena anggota bursa dari perusahaan sekuritas asing memilih abstain. Padahal jumlah mereka mencapai 40 persen serta menduduki 20 besar dalam nilai dan frekuensi transaksi di BEI. Mereka tak ikut dukung-mendukung karena berstatus kantor cabang, yang kebijakannya ditentukan pemiliknya di luar negeri.

Untuk melaksanakan uji kelayakan, OJK mengangkat Tim Komite Seleksi. Para calon direktur utama akan diuji untuk posisi yang mereka lamar. Tapi calon direktur lain akan diseleksi secara acak. Artinya, seorang calon yang diusung sebagai direktur keuangan, misalnya, bisa jadi oleh OJK dinilai cakap untuk duduk di posisi direktur lain.

OJK juga tidak berpatokan pada paket pengusung. Tujuh nama yang nanti terpilih tidak harus berasal dari satu paket yang sama dan akan dikukuhkan dalam rapat umum pemegang saham BEI pada 25 Juni mendatang.

****

SEORANG pejabat anggota bursa mengatakan, dari empat paket yang masuk, gerbong Ronald diprediksi tidak lolos karena dukungannya kurang dari 10 persen. "Ada dukungan yang diklaim, padahal sudah mendukung paket lain," ujarnya. Tapi Ronald memastikan dukungannya solid, meski ia enggan menyebut siapa saja yang menopang di belakangnya. "Itu rahasia."

Adapun calon terkuat disebut-sebut adalah Samsul Hidayat, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI. Paket Samsul dianggap kuat karena mengantongi 30 persen dukungan anggota bursa. Seorang pengurus perusahaan sekuritas mengatakan dukungan kuat ini tak lepas dari posisi Samsul sebagai inkumben. Ia dinilai tak menemui kesulitan mengumpulkan sokongan, termasuk dari Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia.

Samsul menganggap tudingan itu sengaja diembuskan pihak yang tak siap berkompetisi sehat. Dia mengatakan dukungan besar anggota bursa ia dapatkan karena melihat komposisi paket yang diusungnya. "Jangan melihat saya saja," tuturnya.

Dukungan itu pun, kata dia, tak datang begitu saja. Prosesnya tak mudah karena ia dan timnya harus lebih dulu menjalani uji kelayakan yang digelar calon pendukung. "Saya dan tim menjelaskan program, rencana aksi konkret, dan menjawab pertanyaan ke mana industri ini akan dibawa."

Ketua Eksekutif Pengawas Pasar Modal yang juga Komisioner OJK, Nurhaida, menampik anggapan bahwa lembaganya mendukung Samsul. "Saya tegaskan OJK tidak mengistimewakan pihak tertentu," ujarnya. Ito Warsito, Direktur Utama BEI, juga membantah kabar miring tersebut. "Itu selalu muncul menjelang pemilihan direksi."

Seorang pejabat OJK mengatakan tudingan terhadap OJK diembuskan segelintir kelompok di pasar modal yang kurang suka terhadap peran OJK dalam pemilihan direksi. Kelompok ini juga memiliki jago dari dua paket selain Samsul dan Ronald. "Ada upaya agar OJK sama sekali tidak berperan dalam pemilihan direksi BEI," katanya.

Indra Safitri, Ketua Umum Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal, mengatakan aroma persaingan merupakan ekspresi kegelisahan anggota bursa terhadap OJK dan BEI. Namun mereka umumnya tak berani memprotes, apalagi melawan secara terbuka, karena takut terhadap ancaman audit atau diperiksa. Seorang anggota bursa menceritakan pengalamannya memprotes kebijakan otoritas. Alih-alih didengar, perusahaannya justru diperiksa sebanyak tujuh kali dalam satu tahun.

Inilah yang disebut Indra sebagai bentuk ancaman yang membungkam daya kritis anggota bursa. "Kekuasaan OJK dan BEI terlalu besar, sedangkan perusahaan sekuritas takut diaudit ketika memprotes. Ini tidak sehat buat pasar modal," ujarnya.

Bentuk kegelisahan itu di antaranya terkait dengan pungutan otoritas. Soal lain adalah lambannya pertumbuhan investor, yang sejak enam tahun lalu jumlahnya tak beranjak, yakni cuma 0,2 persen dari total penduduk Indonesia. Jumlah ini kalah jauh dibandingkan dengan bursa efek di Singapura dan Malaysia. "Ibarat sebuah mal, investor itu adalah pengunjung. Kalau yang berkunjung sedikit, kami sebagai pedagang akan saling sikut," kata seorang pejabat perusahaan sekuritas.

Direktur Utama BEI Ito Warsito mengklaim kinerja lembaganya sudah baik dan mendapatkan penghargaan sebagai salah satu bursa terbaik ASEAN. "Soal investor, kami berhasil menaikkan jumlah rekening aktif," ucapnya.

Adapun menyangkut pemilihan direksi BEI, Indra mengkritik OJK yang tidak terbuka dalam uji kelayakan. "Seharusnya transparan seperti Panitia Seleksi Pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi," katanya. Dengan status perseroan, pemilihan direksi BEI juga sebaiknya melibatkan anggota bursa sebagai pemegang saham.

Menjawab kritik itu, Nurhaida berdalih bahwa BEI memiliki kekhususan dan tidak bisa dianggap sebagai perseroan biasa. Penyerahan pemilihan direksi BEI kepada pemegang saham, yang merupakan anggota bursa, akan berisiko menimbulkan konflik kepentingan. "Kepentingan emiten dan investor akan terabaikan," ujarnya.

Akbar Tri Kurniawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus