Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEYOGIANYALAH ulang tahun dirayakan dengan pesta. Tapi tidak bagi pengelola majalah Far Eastern Economic Review. Dow Jones, pemilik tunggal Review, pekan lalu justru memutuskan menutup majalah yang pada pertengahan Oktober lalu berulang tahun ke-58 itu. Sekitar 80 ribu pembaca Review tak bisa lagi menikmati majalah ini mulai pekan depan.
Namun, pada medio Desember mendatang, Review akan kembali muncul dengan wajah sama sekali baru. Selain jadwal terbit yang berubah menjadi bulanan, Review akan bersalin rupa menjadi semacam jurnal, yang hanya berisi gagasan dan opini para tokoh politik, bisnis, ataupun pendidikan di Asia.
Operasi permak abis ini sungguh pahit bagi para pekerja Review. Hampir semua pegawai, baik bagian redaksi maupun bisnis, tak terangkut di gerbong Review yang baru. ?Mungkin yang dipertahankan hanya dua atau tiga orang,? kata John McBeth, Kepala Biro Review di Jakarta.
Dow Jones menyiapkan dana US$ 3 juta untuk pesangon para pegawai Review. Jumlah total pekerja Review mencapai 86 orang?10 persen dari seluruh pegawai kelompok Dow Jones di Asia. Di Jakarta, Review hanya mempekerjakan tiga wartawan dan seorang pembantu kantor.
Peter Kann, Chief Executive Officer Dow Jones sekaligus bos Review, mengaku tak punya pilihan lain. Di mata Kann, Review, yang berfokus pada berita politik ekonomi di Asia, sulit bertahan dari gempuran berbagai situs berita dan analisis yang terbit tak hanya setiap hari, tetapi juga setiap detik. ?Era majalah regional, bahkan untuk yang sekualitas Review, sudah mendekati akhir,? katanya.
Bisa jadi Kann tak sekadar berucap. Tiga tahun lalu, konglomerat media dunia, AOL Time Warner, memutuskan menghentikan peredaran Asiaweek milik mereka. Kinerja Review sendiri memang tak terlalu mengkilap. Selama enam tahun terakhir, Review tak pernah mencetak laba. ?Sejak krisis moneter di Asia, rata-rata kerugian sekitar US$ 5 juta per tahun,? kata McBeth.
Sebenarnya Review bukan satu-satunya media cetak milik Dow Jones yang merugi. Dalam laporan keuangan Dow Jones kuartal ketiga tahun ini, pendapatan segmen media cetak turun 1,9 persen, atau US$ 4 juta, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pendapatan iklan harian Wall Street Journal turun masing-masing 20 persen untuk edisi internasional dan 6 persen untuk edisi Amerika Serikat.
Barron?s, majalah keuangan milik Dow Jones, juga menghadapi paceklik iklan. Tahun ini iklan Barron?s merosot 5,1 persen dibandingkan tahun lalu. Kesulitan iklan juga dialami Review, dan menjadi penyumbang membengkaknya kerugian bisnis cetak kelompok Dow Jones. Pada kuartal pertama tahun ini, kerugian bisnis media cetak Dow Jones naik menjadi US$ 16,6 juta (Rp 151,06 miliar) dari US$11,5 juta (Rp 104,65 miliar) pada periode yang sama tahun lalu.
Ketekoran yang melanda seluruh bisnis media cetak Dow Jones menyebabkan McBeth tak sepenuhnya menelan alasan penutupan Review. ?Asia masih membutuhkan majalah regional,? katanya. Ia menduga penutupan ini lebih karena Dow Jones tak cukup komitmen untuk berbisnis di Asia. ?Review seharusnya dimiliki orang Asia, bukan raksasa media dari Amerika seperti Dow Jones.? Dow Jones memiliki saham Review sejak 1973, dan menguasai seluruh kepemilikan atas Review sejak 1986.
Kegagalan Review di pasar, menurut McBeth, sudah terbaca sejak 1996. Pada tahun itu terjadi pergantian pucuk pimpinan di redaksi Review. Segmen pembaca pun dilebarkan dari para pengambil keputusan politik dan bisnis ke segmen para pengusaha dan entrepreneur muda, yang biasa disebut yuppies. ?Padahal anak-anak muda ini tidak suka membaca,? kata McBeth.
Perubahan target pembaca ini terlihat dengan masuknya berbagai artikel pemasaran dan isu hot saat itu, jagat internet, dan bisnis dotcom ke halaman Review. Tapi Kann menolak penilaian McBeth. Ia menyebut Dow Jones tetap memelihara komitmen terhadap pasar Asia. Tak sekadar melempar janji, Kann menyebut sejumlah investasi yang akan dilakukan Dow Jones di Asia pada tahun ini, seperti penerbitan Wall Street Journal dalam edisi India dan Cina. Tapi itu semua tetap tak menutup kekecewaan banyak pembaca Review.
Thomas Hadiwinata
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo