Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kian Mengerucut Persaingan E-Commerce

Merger TikTok Shop dengan Tokopedia akan memperketat persaingan di industri e-commerce. Bagaimana peluang platform lainnya?

8 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang pedagang melakukan live TikTok Shop di Pasar Tanah Abang, Jakarta, 4 Januari 2024. ANTARA/Rina Nur Anggraini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kesuksesan TikTok Shop menciptakan model baru dalam perdagangan online.

  • Persaingan antar-platform e-commerce akan dikuasai Tokopedia dan Shopee.

  • Perusahaan e-commerce lain harus mencari strategi lain agar bisa bersaing di tengah kondisi pasar yang kian ketat.

MEMULAI bisnis berjualan busana batik pada 2016, Valeria Nisatama baru merasakan pertumbuhan penjualan secara drastis sekitar tiga tahun lalu. Hal ini setelah ia menjajal berjualan di platform lokapasar (e-commerce) dan social commerce. Awalnya, Valeria sekadar menjajakan dagangannya di platform Instagram. Namun, sekitar 2018, ia melihat bagaimana konsumen marak memanfaatkan fitur beli dulu-bayar belakangan, alias paylater, yang disediakan platform lokapasar. "Makanya saya mulai berjualan di e-commerce," katanya, Sabtu, 6 Januari lalu.

Setelah mencoba platform e-commerce, omzet toko Celosia Etnik milik Valeria mulai naik. Tapi pesatnya penjualan baru ia rasakan setelah bergabung dengan platform social commerce TikTok Shop pada 2020. "Saya ikut TikTok Shop karena melihat banyak teman yang berjualan di sana." Setelah Valeria berjualan di sana, bukan cuma omzetnya yang meningkat. Akun toko batiknya pun ketambahan 15 ribu pengikut dalam waktu kurang dari setahun. Saat ini akun TikTok dan Instagram Celosia Etnik telah memiliki pengikut masing-masing 31 ribu dan 177 ribu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di TikTok, Valeria tak hanya menjajakan dagangan. Ia juga kerap membuat konten, seperti tutorial padu-padan kain batik. Cara ini, kata dia, efektif menarik pelanggan baru. “Kami bikin konten yang bisa viral di TikTok, lalu customer bisa memilih untuk bertransaksi langsung atau lewat e-commece." Cara lainnya adalah rutin berjualan melalui fitur siaran langsung (live streaming). 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan berjualan secara live streaming, Valeria merasa bisa lebih maksimal berjualan. Sambil mempromosikan batik-batik yang ia jual, Valeria bisa berinteraksi dengan konsumen. Agar bisa menjangkau konsumen lebih banyak, biasanya Valeria melakukan siaran langsung pada tiga platform sekaligus: Shopee, Instagram, dan TikTok. "Penonton terbanyak tetap di TikTok Shop. Bisa ratusan."

Seorang pedagang memasarkan dagangannya melalui live TikTok Shop di Pasar Tanah Abang, Jakarta, 4 Januari 2024. ANTARA/Rina Nur Anggraini

Kehadiran platform media sosial dengan pengguna bisa sekaligus beraktivitas belanja memang menjadi salah satu faktor pendorong makin maraknya bisnis toko online. Pengamat pemasaran sekaligus Managing Partner Inventure, Yuswohady, mengatakan kehadiran platform social commerce seperti TikTok Shop juga mendorong lebih banyak orang untuk berjualan secara daring. “Kesuksesan TikTok Shop pada tahun lalu membuka mata banyak orang bahwa model perdagangan online memasuki era baru."

Selain TikTok Shop, platform social commerce lain yang saat ini tersedia dan cukup populer adalah Facebook Store dan Instagram Shopping. Tapi TikTok Shop lah yang penggunanya paling banyak dan menghasilkan nilai transaksi tertinggi di Indonesia. TikTok mengklaim jumlah pemilik usaha yang memanfaatkan platform ini mencapai 5 juta akun, dengan 2 juta di antaranya merupakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 

Adapun, dari sisi nilai transaksi, berdasarkan laporan Momentum Works bertajuk "Ecommerce in Southeast Asia 2023", pada tahun lalu platform TikTok Shop menghasilkan gross merchandise value (GMV) hingga US$ 2,6 miliar di Indonesia. Tapi jumlah itu belum seberapa. Sebab, berdasarkan laporan yang sama, nilai GMV e-commerce di Indonesia masih didominasi Shopee yang mencapai US$ 18,6 miliar (36 persen dari total GMV e-commerce di Tanah Air), disusul Tokopedia, US$ 18,1 miliar (35 persen), serta Lazada dan Bukalapak yang masing-masing menghasilkan GMV sekitar US$ 5 miliar.

Masifnya pertumbuhan pengguna dan penjualan di TikTok Shop sempat dianggap meresahkan. Hal ini kemudian berujung pada penerbitan aturan yang melarang platform media sosial mengoperasikan social commerce oleh Kementerian Perdagangan. TikTok Shop pun vakum setelah penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha pada September 2023.

Namun, sekitar tiga bulan kemudian, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk mengumumkan kemitraan stategis dengan menggabungkan bisnis Tokopedia dan TikTok Shop Indonesia. Dengan demikian, fitur layanan belanja dalam aplikasi TikTok di Indonesia akan dioperasikan dan dikelola Tokopedia. Merger kedua entitas ini diperkirakan mendorong pertumbuhan jumlah pengguna dan kenaikan nilai transaksi TikTok Shop ataupun Tokopedia.

Menurut Yuswohady, Tiktok menciptakan model bisnis yang mengembangkan pengalaman media sosial sekaligus platform belanja. “Karena kelemahan belanja online selama ini adalah pengalaman interaksi dengan penjual dan barang,” katanya. Hal itulah yang membuat banyak orang tertarik menggunakan platform tersebut. 

Hal yang sama dikatakan oleh Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda. Ia mengatakan pengalaman ini bisa meningkatkan loyalitas pengguna social commerce sekaligus menggenjot transaksi di e-commerce. Dengan penggabungan bisnis TikTok Shop dan Tokopedia, Nailul memprediksi posisi Shopee bisa terancam. “Tokopedia bisa memanfaatkan fitur pada TikTok Shop untuk bersaing dengan Shopee."

Sementara itu, Head of Communications Tokopedia Aditia Grasio Nelwan enggan menjelaskan secara detail soal rencana pengembangan bisnis perusahaan setelah merger dengan TikTok Shop. “Kami belum bisa memberikan informasi secara detail mengenai hasil kemitraan strategis,” ujarnya. 

Namun, menurut dia, pada 12 Desember lalu, kedua entitas ini telah melakukan uji coba dengan mengadakan kampanye "Beli Lokal" bertepatan dengan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). Lewat uji coba ini, kata Aditia, terdapat peningkatan penjualan, terutama pada produk fashion lokal. “Kenaikannya lebih dari 13 kali dibanding rata-rata transaksi harian pada November 2023.”

Pedagang berjualan melalui siaran langsung aplikasi ponsel di Pasar Tanah Abang, Jakarta, 11 Desember 2023. ANTARA/Cahya Sari

Duopoli Lokapasar

Besarnya nilai transaksi di lokapasar memperlihatkan posisi kanal penjualan daring ini terhadap perekonomian dalam beberapa tahun terakhir. Kementerian Perdagangan mencatat nilai transaksi e-commerce sepanjang 2022 mencapai Rp 476,3 triliun dan pada 2023 diperkirakan mencapai Rp 533 triliun. Adapun laporan e-Conomy SEA Google 2023 menyebutkan GMV e-commerce di Indonesia tahun ini mencapai US$ 62 miliar dan diproyeksikan sebesar US$ 82 miliar pada 2025.

Meski nilai transaksi diproyeksikan meningkat, Nailul Huda mengatakan, merger TikTok Shop dengan Tokopedia akan semakin mengerucutkan persaingan antar-dua platform lokapasar, yakni Tokopedia dan Shopee. “Peluang Lazada, Blibli, dan Bukalapak untuk masuk ke persaingan dua teratas akan semakin sulit,” kata dia.

Hal serupa dikatakan pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance Andry Satrio Nugroho. Menurut dia, pangsa pasar yang sangat besar dari Shopee dan Tokopedia akan memunculkan duopoli lokapasar. Saat ini, kata Andry, yang terjadi adalah persaingan antar-kedua platform tersebut dalam memperebutkan segmen pembeli.

Menurut Andry, dominasi dua platform tersebut telah menciptakan segregasi pasar. Konsumen dari kalangan perempuan, kata dia, lebih banyak bertransaksi di Shopee. Sebaliknya, konsumen dari kalangan laki-laki lebih banyak menggunakan Tokopedia. “Penjualan jenis produk juga terbagi. Misalnya penjualan produk elektronik lebih banyak di Tokopedia. Sedangkan produk busana banyak di Shopee. Tapi, untuk produk kebutuhan dasar, dua-duanya cukup mendominasi."

Andry melihat, ke depan, sulit bagi platform lokapasar lain untuk menyaingi Shopee dan Tokopedia. “Kecuali ada aksi konsolidasi ataupun pendanaan jumbo,” ujarnya. Strategi yang bisa dilakukan untuk tetap bertahan menghadapi persaingan bisnis adalah pengembangan fitur dan strategi untuk merengkuh ceruk pasar spesifik.

Ihwal persaingan bisnis lokapasar yang kian ketat, Assistant Vice President of Media and Communications Bukalapak Fairuza Ahmad Iqbal mengatakan perusahaan kini berfokus pada peningkatan pertumbuhan perseroan dan entitas anak perusahaan. “Sehingga bisa memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan, terutama pemegang saham,” katanya. 

Strategi yang akan dijalankan Bukalapak, kata dia, adalah berfokus pada segmen UMKM dengan mengembangkan fitur-fitur untuk mengoptimalkan penjualan. Fairuza mengklaim, sejak 2018, Bukalapak telah memimpin segmen bisnis online-to-offline. “Melalui beragam fitur di aplikasi Mitra Bukalapak, kami membantu para pemilik warung memperluas variasi produk dan layanan yang dijual, baik fisik maupun virtual,” ujarnya.

ILONA ESTERINA PIRI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus