Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Kilang Pertamina Internasional mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sampai US$ 43 miliar untuk mengembangkan kilang minyak dan petrokimia atau Refinery Development Master Plan hingga tahun 2026.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bila dirupiahkan, capex perusahaan migas pelat merah untuk mengembangkan kilan tersebut mencapai Rp 643,49 triliun. Perhitungan anggaran itu menggunakan asumsi kurs Rp 14.965 per dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pjs Corsec Subholding Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional Milla Suciyani menjelaskan, penyiapan anggaran belanja modal itu untuk meningkatkan indeks kompleksitas nelson atau complexity index (NCI) dari enam kilang Pertamina yang relatif sudah tua.
Secara keseluruhan, kata Milla, RDMP yang dilaksanakan di Kilang Pertamina akan meningkatkan kapasitas kilang dari 1 juta barel per hari menjadi sekitar 1,4 juta barel per hari. "Dan kualitas BBM dari EURO 2 ke setara EURO 5,” kata Milla saat dihubungi, Senin, 11 Juli 2022.
Adapun fokus pengembangan kilang tersebut akan diarahkan ke Kilang Balikpapan dengan potensi penambahan produksi BBM secara nasional sebanyak 100.000 barel per hari pada triwulan ketiga 2023.
Dengan begitu, Kilang Pertamina Balikpapan nantinya bakal memproduksi 360.000 barel per hari untuk mengurangi beban impor BBM yang terlanjur lebar tahun ini. “RDMP terbesar dilaksanakan di Kilang Balikpapan dengan tujuan untuk peningkatan kapasitas dari 260.000 barel per hari menjadi 360.000 barel per hari,” kata dia.
Menurut Milla, kompleksitas Kilang Balikpapan pun akan ikut terkerek ke poin 8,8 dari posisi saat ini di kisaran 4,4.
Adapun kualitas produk dari Kilang Balikpapan ditargetkan sudah setara dengan EURO 5. Tingginya harga minyak di pasar global menjadi momentum pemerintah untuk mengevaluasi proyek kilang di dalam negeri, apalagi Pertamina baru saja melakukan penyesuaian harga BBM dan LPG nonsubsidi.
Sejumlah langkah ini diambil di tengah depresiasi rupiah sehingga berisiko mengerek nilai impor BBM dan LPG. PT Pertamina (Persero) menyebutkan ada kebutuhan dana investasi hingga US$ 40 miliar atau sekitar Rp 569,44 triliun (asumsi kurs Rp 14.236 per dolar Amerika Serikat) untuk bisa menyelesaikan proyek-proyek kilang yang tengah dijalankan.
Sementara itu, di dalam portofolio bisnisnya, terdapat 14 proyek kilang yang ditargetkan rampung hingga 2027.
Direktur Pengembangan Bisnis PT Kilang Pertamina Internasional Joko Widi Wijayanto menjelaskan bahwa proyek-proyek kilang Pertamina bakal digenjot kapasitas pengolahannya menjadi 1,5 juta barel per hari dari kapasitas saat ini sekitar 1 juta barel per hari. Proyek itu juga akan meningkatkan kapasitas produksi Pertamina dari kemampuan saat ini yang hanya 729.000 barel per hari menjadi 1,5 juta barel per hari.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebelumnya menyentil sejumlah perusahaan negara dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta. Ia menyinggung berbagai BUMN, mulai PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), hingga Perum Bulog.
"Ada subsidi dari Menkeu (Sri Mulyani), tanpa ada usaha efisiensi di PLN, di Pertamina. Ini yang dilihat kok enak banget," kata Jokowi saat membuka sidang kabinet, Senin, 20 Juni 2022.
Oleh karena itu, Jokowi pun meminta PLN, Pertamina, dan semua perusahaan negara untuk terus melakukan efisiensi dan penghematan, terutama di saat ini ketika krisis pangan dan energi tengah mendera dunia. "Kemudian, mana kebocoran-kebocoran yang bisa dicegah. Semuanya harus dilakukan di posisi-posisi seperti ini," kata dia.
BISNIS | FAJAR PEBRIANTO
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini