Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pertarungan Hidup Mati

Produsen motor asal India menjajal pasar Indonesia. Belum jadi ancaman bagi merek Jepang.

24 Agustus 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terang sudah ketinggalan kereta, produsen sepeda motor asal India TVS tak mau bersantai-santai memasuki pasar Indonesia. Sejak empat tahun lalu, TVS terus menggenjot penjualan sepeda motornya. Berbagai tipe, mulai dari motor bebek hingga motor sport berkapasitas mesin 160 cc yang harganya bersaing di pasar, ditawarkan. Strategi khusus pun digarap. Salah satunya dengan menjadikan Sumatera sebagai pasar andalan.

Perusahaan ini antara lain mendorong terbentuknya komunitas TVS. Di Sumatera, misalnya, kini sudah terbentuk sejumlah komunitas, antara lain di Sumatera Utara. Ketuanya, Aldian Pinem, adalah seorang pemilik TVS Apache hitam-jenis low sport. Kegiatannya bermacam-macam, beberapa di antaranya touring, penghijauan, dan kini buka puasa bersama. Dari akhir 2008 ketika TVS Solider ini berdiri, kini anggotanya sudah seribu.

Tak aneh jika Sumatera menjadi salah satu penyumbang penjualan yang besar. Sebanyak 33 persen (sekitar 5.000 unit) penjualan TVS kini disumbang Sumatera. Ini membuktikan dukungan penuh dari PT TVS Motor Company Indonesia berhasil menancapkan brand awareness ke pasar. Maklum, di pasar sepeda motor yang kian sengit, produsen asal India ini harus menghadapi pemain lawas asal Jepang yang sudah bercokol lebih dari 30 tahun.

Direktur Pemasaran TVS Vijaya Kumar pun makin pede menargetkan pe-ningkatan penjualan. Jika sejak tahun lalu hingga kini terjual 16 ribu unit sepeda motor, tahun ini targetnya laku lebih dari 30 ribu unit. Padahal krisis global ikut mengempaskan volume penjualan sepeda motor nasional selama Januari-Juli tahun ini menjadi 2,55 juta unit, anjlok 29,8 persen dibanding periode yang sama pada 2008. Persaingan sepeda motor tahun ini memang makin ketat.

Perusahaan asal India lainnya seperti Bajaj juga tak gentar menjajal rimba ini. Melawan raksasa motor asal Jepang seperti Honda sudah dirasakan Bajaj di India. "Kompetisi hal biasa," kata Presiden Direktur Bajaj Auto Indonesia K.S. Grihapathy. Ia menambahkan, pasar motor di sini sangat potensial karena permintaan masih tinggi akibat buruknya transportasi massal. Pertumbuhan ekonomi pun tetap oke.

Meski hanya menawarkan sedikit varian, tahun lalu Bajaj menjual produk andalan seperti Pulsar 180-200 cc dan XCD 125 cc 18 ribu unit. Di Indonesia, Bajaj hanya fokus di motor jenis sport. Kalaupun motor bebek, tetap bersifat sport atau berkapasitas mesin minimal 125 cc.

Jurus para pemain baru ini ditanggapi dingin oleh Direktur Pemasaran PT Yamaha Motor Kencana Bambang Asmarabudhi. Invasi sepeda motor dari India ini bukan ancaman hingga tiga tahun mendatang. "Karena menanamkan image ke masyarakat itu butuh waktu. Dan sulit menggeser produk yang sudah melekat puluhan tahun," tuturnya.

Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia Gunadi Sindhuwinata juga menyambut baik datangnya pemain baru ini. Selain konsumen diuntungkan dengan produk dan harga yang makin variatif, pasar lebih kompetitif. Tiap produsen berupaya seefisien mungkin agar tak ditinggal pembeli.

Tentang makin ketatnya kompetisi, menurut Gunadi, sudah jadi santapan sehari-hari para produsen. Bahkan sesama anggota asosiasi, antarmerek dari Jepang pun, persaingan sangat garang. "Ini pasar terbuka, tapi sangat ketat," ucapnya. Pengamat otomotif Suhari Sargo menambahkan, kendati ketat, pasarnya memang sangat besar. Ia menyarankan produsen India tidak masuk ke segmen motor bebek dan skuter otomatis.

Resep lain: fokus di daerah yang belum digarap, seperti di luar Jawa. Satu hal lagi, saat membangun jaringan dealer dan bengkel, ia menyarankan, produsen turut membangun jaringan multi-finance yang hingga kini menjadi sumber utama pembiayaan kredit motor. Jika semua ini dijalankan, menurut Suhari, produsen India bisa selamat dari pertarungan yang ibaratnya hidup dan mati ini. Sudah banyak cerita tentang kematian itu. Sebut saja merek-merek seperti Kymco, Jialing, dan Sanex.

R.R. Ariyani

Penjualan Sepeda Motor Nasional (unit)

20074.688.263
20086.215.865
20093.114.874*

Lawas Vs Anyar (unit)

2008Pangsa Pasar 20082009** Pangsa Pasar 2009
Honda2.874.57646,2%1.165.45444,7%
Yamaha2.465.54639,7%1.145.24145,1%
Suzuki793.75812,8%198.1168,7%
Kawasaki44.6900,7%26.7391,4%
Kymco5.1060,08%00
Kanzen31.9190,5%2.3790,1%
TVS16.000*0,003%***--
Bajaj18.000*0,003%***--

*Sejak tahun lalu hingga kini, **Estimasi, ***Semester pertama

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus