Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Emil Salim berharap dalam rencana pembangunan Presiden Joko Widodo atau Jokowi tahap kedua nanti akan memasukkan program diversifikasi pangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Emil menyebutkan saat ini tujuan swasembada beras telah berdampak kepada ketergantungan kepada satu jenis pangan. Jadi ketika terjadi gejolak harga dan stok beras ini sangat berbahaya untuk ketahanan pangan nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Bahwa strategi pembangunan masa depan Jokowi tahap kedua, harus melihat swasembada pangan lebih penting dari swasembada beras," kata Emil saat ditemui di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Senin, 29 Juli 2019.
Nantinya, dengan diversifikasi pangan, kata Emil, masyarakat dapat memilih pangan tanpa harus bergantung pada impor beras. Terlebih ketika stok pangan tersebut mengalami penurunan yang drastis. Karena ketergantungan merupakan hal yang tidak baik bagi kelangsungan pangan dalam negeri.
Menurut Emil, beras juga merupakan salah satu pemicu dari melonjaknya angka inflasi. Jadi diversifikasi pangan merupakan salah satu solusi untuk menjawab tantangan terhadap ketergantungan beras.
"Kalau kita punya diversifikasi pangan, kalau beras terganggu dengan kemarau maka pangan-pangan lain bisa hidup terus, bisa jalan terus," ujar Emil.
Kemudian Emil menuturkan, bahwa kita harus mengerti kebutuhan pangan yang berada di luar daerah jangan menyama ratakan pangan pokoknya adalah beras. Karena setiap daerah memiliki letak geografi dan iklim yang berbeda. "Di Flores mereka tidak bisa tanam padi, karena di sana kering. Padi tidak bisa bertahan tapi sorgum bisa subur di sana."
Kebergantungan terhadap beras, Menurut Emil merupakan kesalahan pemerintah orde baru. "Itu kelanjutan pada zaman Pak Harto dulu yang mendorong beras merupakan bagian dari gaji. Ada uang dan gaji natura beras, sekarang gaji natura sudah hilang," ucapnya.
Oleh karena itu, Emil Salim menyarankan pemerintahan untuk mendorong produksi beragam pangan daerah. Nusa Tenggara Timur misalnya yang menggunakan sorgum sebagai makanan pokok dan wilayah Papua yang menjadikan sagu sebagai konsumsi utama.
EKO WAHYUDI | RR ARIYANI