Peti Mati ke Taiwan PT Djati Mulya Martha (DMM) termasuk perusahaan yang memetik hasil dari dampak penyetopan ekspor kayu gergajian. Perusahaan yang berdiri di Desa Tahunan pada tahun 1964 ini, pekan lalu, mengekspor produknya ke Taiwan. Ingin tahu produknya? Peti mati berukir. Untuk tahap pertama, yang dieskpor baru 60 unit, senilai Rp 35 juta. Memang kecil, tapi jelas merupakan terobosan baru. Yang lebih menarik lagi, ternyata prospek peti mati cukup cerah. Soalnya, "Belakangan ini, banyak perusahaan peti mati di Taiwan yang gulung tikar," kata Aston Sutonohadi, Dirut DMM. Aston memperkirakan, Taiwan membutuhkan tak kurang dari 10 ribu peti mati impor setiap tahun. Tapi DMM, yang berkapasitas 400 unit per bulan, tidak mampu melayani pesanan sebanyak itu. "Kami bukan hanya kekurangan modal, tapi juga tenaga kerja," kata Aston. Soalnya, membuat ukiran yang tersohor itu, benar-benar makan waktu dan tenaga. Sekalipun begitu, DMM tidak mati langkah. Sementara menanti tambahan modal dan perajin terampil, perusahaan ini juga mulai mengincar pasar di luar Taiwan. Dan tampaknya berhasil. Selain mempersiapkan ekspor kedua ke Taiwan -- sebanyak 300 unit pada awal bulan ini -- DMM juga sudah mengantungi pesanan dari perusahaan Amerika dan Kanada. Tak salah bila Aston berkata, "Pasar peti mati di luar negeri masih sangat luas."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini