Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pilih Ngemel Ketimbang Kereta

Kereta api jalur ganda Surabaya-Jakarta belum menjadi pilihan perusahaan logistik. Terhambat sarana penunjang.

23 Juni 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA buruh panggul di kawasan pergudangan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, mondar-mandir memindahkan ratusan kardus berisi produk farmasi dari gudang ke dalam wingbox truk Isuzu Giga. Sejak pukul lima sore Kamis awal Juni lalu, keduanya baru bisa menuntaskan pekerjaan ketika hari sudah beranjak gelap.

Truk milik PT Antaran Express itu akan membawa kardus tersebut dari Surabaya ke Jakarta. Begitu semuanya siap, Hari Mahadin, sopir truk, mengajak Tempo ikut dalam perjalanan pengiriman barang seberat delapan ton itu hingga ke tempat tujuan di sebuah gudang penyimpanan di Kampung Rambutan, Jakarta Timur.

Berangkat pukul sembilan malam, dimulai dari jalan lingkar timur Sidoarjo, truk itu menyusuri jalan nasional di pantai utara Jawa. Inilah satu-satunya jalan yang layak dilintasi dan menjadi tulang punggung logistik di Pulau Jawa.

Jasa pengantaran barang dengan truk hingga saat ini masih menjadi pilihan banyak perusahaan. Padahal, seiring dengan beroperasinya rel jalur ganda yang menghubungkan Jakarta-Surabaya, pemerintah menginginkan adanya pengurangan beban jalan di sepanjang pantai utara Jawa.

Beban jalur pantura memang sangat berat. Pemerintah sebetulnya membuat dua alternatif untuk mengurangi beban pantura, yakni jalur ganda rel kereta dan jalan tol Jawa. Saat ini baru rel ganda yang kelar, sedangkan tol Jawa masih jauh dari selesai. Selain mencegah kerusakan terus-menerus pada jalur pantura, pengangkutan dengan kereta diharapkan menghemat bahan bakar, terutama solar.

Namun kalangan pengusaha rupanya masih enggan berpindah ke kereta barang. "Kereta api kami gunakan sebagai tambahan saja," kata Managing Director Logistic Distribution Centre Orang Tua Group, Darmadji Sidik.

Transportasi logistik dengan truk dinilai masih lebih murah, meskipun waktu tempuh jauh lebih lama dibanding kereta barang. Menghabiskan waktu tiga-empat hari, pengiriman dengan truk dianggap lebih efisien karena langsung ke gudang tujuan, dengan selisih harga yang tidak jauh beda, bahkan kerap jauh lebih murah.

Darmadji menambahkan, kereta barang memang memberi kepastian dan kecepatan waktu tempuh Jakarta-Surabaya. "Persoalan muncul saat barang dibongkar dan dikirim ke gudang," kata Darmadji.

l l l

Berdua bersama Hari, Tempo tiba di gudang tujuan di Kampung Rambutan pukul sembilan pagi, Sabtu empat pekan lalu. Total perjalanan menghabiskan waktu 36 jam. Menurut Hari, waktu tempuh itu terbilang cepat karena tidak banyak berhenti untuk istirahat. "Biasanya lebih lama karena banyak berhenti," katanya.

Antoni Endang, pemilik PT Antaran Express, mengatakan pengiriman ke Kampung Rambutan ini dikenai tarif Rp 3,5 juta untuk kapasitas angkut delapan ton dengan layanan door to door alias sampai ke gudang akhir. "Jika muatan lebih berat, ongkos borongan trucking semakin mahal," katanya.

Selama perjalanan, Tempo mencatat banyak retribusi atau pungutan yang seharusnya masuk ke kas negara justru nyangkut ke kantong petugas Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJR) di jembatan timbang. "Ini namanya strategi ngemel," ujar Hari.

Menurut Hari, jumlah uang sogokan untuk ngemel bergantung pada jenis truk, kapasitas angkut, dan kota tujuan. Untuk jenis truk kontainer, kata Hari, sopir lebih memilih tidak masuk jembatan timbang. Pasalnya, muatan truk kontainer kerap melebihi kapasitas, sehingga sopir truk akan membayar retribusi jembatan timbang lebih mahal.

Hari mengatakan truk kontainer bisa mengangkut beban hingga 55 ton, itu belum termasuk kepala truk. "Truk yang berat-berat itu biasanya mengangkut besi dan semen yang ditutup terpal. Merekalah yang paling besar andilnya dalam merusak jalan," katanya. Karena itulah sopir truk memilih menyuap petugas sebelum pintu masuk jembatan timbang.

Berdasarkan pengalamannya sebagai sopir selama 20 tahun, Hari punya kiat bila membawa truk tronton boks yang muatannya melebihi kapasitas. Caranya, dia cukup membayar retribusi resmi sekali, sebesar Rp 40 ribu, di jembatan timbang Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Ini adalah jembatan timbang pertama dari arah Surabaya.

Karena sudah membayar di Sarang, truk tidak akan ditarik retribusi lagi di jembatan timbang Subah, yang terletak di Kabupaten Batang, masih di Jawa Tengah. Di jembatan timbang inilah, pada akhir April lalu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memergoki maraknya praktek pungutan liar.

Tapi, jika dia sudah ngemel di jembatan timbang Sarang, mau tidak mau Hari harus "menyetor" lagi di Subah. Namun kali ini Hari bisa dengan tenang melewati dua jembatan timbang itu. Sebab, sejak kemarahan Ganjar, keduanya masih belum beroperasi.

Masuk Jawa Barat, truk non-kontainer wajib masuk jembatan timbang Jatisari, Kabupaten Karawang. Di sini truk yang mempunyai tonase yang berlebih punya dua pilihan: bayar retribusi resmi atau ngemel.

Kali ini Hari memilih ngemel. Alasannya, dia hanya tinggal melewati satu jembatan timbang lagi sebelum sampai di Jakarta. Wus, satu bungkus rokok Surya 12 dilempar ke petugas DLLAJ yang berdiri di pinggir jalan raya. "Banyak yang seperti itu," ujar Hari.

l l l

Direktur Operasi dan Marketing PT Kereta Api Logistik Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan beroperasinya jalur ganda tidak otomatis membuat perusahaan logistik berpindah ke kereta. Menurut dia, pemerintah tak bisa hanya mengandalkan double track untuk memaksa beban jalan pantura berpindah ke kereta.

Menurut Dwiyana, pemerintah juga harus menegakkan aturan muatan barang. Kalau tidak, menurut dia, truk akan tetap melalui jalan tersebut dengan terus mengakali aturan jembatan timbang. "Jalan pantura selamanya akan rusak karena beban yang berlebih saban tahun," katanya.

Karena itulah Dwiyana mempertanyakan ongkos logistik dengan truk yang diklaim jauh lebih murah dibanding kereta. Menurut dia, ada banyak biaya yang tidak terlihat yang tidak dihitung sebagai ongkos dalam pengiriman barang dengan truk. "Pengusaha truk kan tidak peduli dengan biaya pemeliharaan jalan pantura. Ada hidden cost yang tidak dihitung," katanya.

Sebagai perbandingan, biaya pengiriman kontainer ukuran 40 kaki dengan kereta dari Karawang ke Surabaya dengan pengiriman sampai ke gudang mencapai Rp 7,6 juta, sedangkan bila menggunakan truk, ongkos bisa ditekan hanya Rp 4,8 juta. Dengan perbedaan waktu yang hanya sehari, pengusaha sudah tentu akan lebih memilih truk.

Untuk barang-barang yang berat, seperti minuman kemasan, perbedaan ongkos di antara dua moda angkutan itu tidak terlalu banyak. Jika menggunakan truk, ongkos angkutnya Rp 4,6 juta per kontainer 20 kaki, sedangkan kereta dengan ukuran yang sama Rp 4,9 juta.

Tidak seperti truk yang bisa semaunya membawa muatan meski berlebih, kereta barang mempunyai prosedur yang harus dipatuhi. Sama halnya dengan truk, kereta barang harus melewati jembatan timbang di Stasiun Pasar Turi sebelum meninggalkan Surabaya.

Bila satu gerbong ditemukan berlebih, gerbong akan diputus dan ditinggal. "Kami tidak mau ambil risiko. Kalau kelebihan muatan, ya, diputus," kata Human Resources and General Affairs PT Bumi Wijaya Indorail cabang Surabaya, Diah Lestari. Bumi Wijaya adalah partner KA Logistik dalam mengelola terminal barang Waru Surabaya.

Dari pengamatan Tempo, tidak dijumpai adanya praktek pungutan liar di terminal barang Waru. Sopir truk yang akan memasukkan kontainer ke lapangan kontainer hanya perlu menyerahkan surat jalan kepada petugas penumpukan.

Setelah di penumpukan, proses angkut ke rangkaian gerbong datar akan menunggu jadwal keberangkatan kereta. Dua hari sekali, PT Bumi Wijaya memiliki sekali relasi dari Surabaya ke Jakarta dan sebaliknya.

Kontainer ukuran 20 kaki dikenai tarif sekitar Rp 3 juta untuk layanan dari stasiun ke stasiun. Artinya, barang kiriman belum sampai ke gudang. Harga itu sudah termasuk free of charge selama tiga hari di penumpukan. Jika lebih dari tiga hari, pihaknya mengenakan denda tambahan kepada pemilik barang.

Untuk mengatasi masalah itu, KA Logistik sudah menyiapkan investasi Rp 182 miliar untuk pengembangan dan penguatan fasilitas bongkar-muat di terminal barang. Nantinya, untuk mempersingkat perpindahan barang, KA Logistik akan mendekatkan gudang ke stasiun atau rel kereta yang akan masuk sampai ke gudang.

Maka diharapkan banyak perusahaan yang memanfaatkan angkutan kereta. Salah satu yang didekati KA Logistik adalah PT Indocement. "Nantinya, Indocement tidak perlu truk untuk mengirim semen ke gudang-gudang penyimpanan karena gudang sudah tersedia di dalam area stasiun," kata Dwiyana.

Kyatmaja Lookman, pemilik bisnis truk logistik Lookman Djaja, yang selama ini melayani rute Jakarta-Surabaya, juga melirik angkutan kereta. Perusahaan ini membangun kompleks pergudangan seluas 300 hektare yang terintegrasi dengan jalur kereta di perbatasan Karawang-Bekasi. "Rencananya tahun depan sudah mulai beroperasi," katanya.

Ada satu hal lagi yang bisa membuat pengusaha berpindah dari truk ke kereta, yakni pemerintah mencabut subsidi bahan bakar minyak. "Wah, kalau sudah begitu, mau tidak mau pasti kami pakai kereta," kata Darmadji.

Iqbal Muhtarom (Jakarta), Diananta Putra Sumedi (Surabaya)


Kereta Barang Lintas Utara Jawa:

Angkutan peti kemas

  • Stasiun Kalimas, Surabaya-Sungai Lagoa, Tanjung Priok, Jakarta

    Angkutan semen

  • Stasiun Arjawinangun, Cirebon-Purwokerto
  • Stasiun Nambo, Bogor-Kalimas, Surabaya
  • Stasiun Arjawinangun, Cirebon-Prambanan, Yogyakarta

    Barang hantaran/kurir

  • Stasiun Pasar Turi-Jakarta Gudang
  • Frekuensi existing kereta barang Jakarta-Surabaya 16 trip per hari dengan kapasitas 640 TEUs per hari (192 ribu TEUs per tahun).
  • Setelah rel jalur ganda beroperasi, frekuensi kereta barang meningkat tiga kali lipat menjadi 48 trip per hari dengan kapasitas 1.800 TEUs per hari (540 ribu TEUs per tahun).
  • Terdapat beban sebesar 1.160 TEUs yang dapat dialihkan dari jalan ke kereta api.
  • Penghematan bahan bakar minyak dengan pengalihan beban mencapai 400 kiloliter per hari (120 ribu kiloliter per tahun atau senilai Rp 1,4 triliun per tahun).
  • Pengurangan emisi CO2 sebesar 1.250 ton per hari atau 375 ribu ton CO2 per tahun.
  • Potensi perpindahan beban jalan sebesar 340 truk per hari.
  • TEUs: Twenty foot equivalent units, setara dengan kontainer 20 feet.
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus