Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Firma keuangan Deloitte merilis hasil riset yang menyebut populasi kendaraan listrik akan melesat sepuluh kali lipat dalam 12 tahun ke depan. Menurut riset tersebut, jumlah mobil listrik akan bertambah dari 2 juta unit pada 2018 menjadi 21 juta unit pada 2030.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Deloitte, melesatnya populasi kendaraan listrik disokong oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah biaya kepemilikannya yang semakin menyamai ongkos operasional kendaraan berbahan bakar bensin dan solar. Selain itu, investasi yang dikucurkan oleh produsen mobil listrik mulai terwujud setelah 2020. Puncaknya, pada 2030, produksi pabrik-pabrik kendaraan listrik bisa melampaui permintaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mitra konsultan Deloitte di Inggris, Michael Woodward, mengatakan, pada 2018, dunia menyaksikan penjualan mobil listrik yang melampaui 2 juta unit untuk pertama kali. Angka ini melonjak dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Menurut Woodward, permintaan mobil listrik akan semakin melesat setelah biaya kepemilikannya lebih murah daripada kendaraan konvensional.
Di Inggris, kata Woodward, harga bensin dan solar bisa menyamai biaya pengisian listrik untuk mobil listrik dalam lima tahun ke depan. Lantaran didukung oleh subsidi pemerintah, dia optimistis titik kritis atau kesetaraan biaya kendaraan konvensional dan mobil listrik akan tercapai pada 2021. "Setelah titik ini tercapai, tidak ada lagi penghalang untuk mengoperasikan mobil listrik. Ini menjadi pilihan realistis bagi pengguna kendaraan baru," kata dia, dikutip dari situs Deloitte, kemarin.
Woodward mengatakan tingginya permintaan akan kendaraan listrik telah memicu produsen kendaraan konvensional untuk mengucurkan investasi baru, baik untuk membangun pabrik mobil listrik maupun perangkat pendukung seperti baterai. Sebagian dari mereka berkolaborasi dengan perusahaan teknologi dan ada pula yang melakukan akuisisi. Peralihan tren pemakaian kendaraan dengan energi bersih juga memicu lahirnya pemain baru di industri otomotif.
Berbeda dengan Deloitte, riset yang dilakukan Badan Energi Internasional (IEA) menyebut pasar kendaraan terelektrifikasi secara global bertumbuh pada tingkat eksponensial. Pada 2017, penjualan mobil listrik dan plug-in hybrid meningkat 54 persen menjadi 1,15 juta unit. Dari jumlah tersebut, sekitar dua pertiga atau 750 ribu unit di antaranya adalah mobil listrik tenaga baterai (BEV) dan sisanya mobil hibrida (HEV).
IEA optimistis stok mobil listrik secara global akan tumbuh rata-rata 33 persen per tahun, dari 3,1 juta unit pada 2017 menjadi 125 juta pada 2030. Hal ini didorong oleh kebijakan pemerintah yang mendorong kepemilikan kendaraan berenergi bersih untuk pribadi, armada angkutan umum, dan sarana milik pemerintah. Kebijakan pendukung yang diharapkan antara lain insentif fiskal, program pengadaan publik, standar emisi yang ketat, dan kemajuan produksi baterai lithium-ion.
Riset IEA juga menyebut harga baterai telah turun lebih dari 80 persen sejak 2010, dari US$ 1.000 per kilowatt-jam (kWh) menjadi US$ 209 per kWh pada 2017. Harganya bisa turun lebih jauh hingga US$ 100 per kWh pada 2026. Jika kondisi ini tercapai, kendaraan listrik jenis BEV akan menjadi opsi yang menarik bagi konsumen. Jika kondisi ini tercapai, mungkin ada 2 miliar mobil terelektrifikasi (baik hibrida maupun listrik) secara global pada 2040.
Ihwal produksi baterai, Toyota Motor Corp dan Panasonic Corp mengumumkan rencana pendirian perusahaan patungan untuk memproduksi baterai kendaraan listrik tahun depan. Reuters mengabarkan bahwa rencana ini menjadi strategi Toyota dalam bersaing dengan produsen kendaraan Cina. Sebanyak 51 persen saham perusahaan patungan itu dimiliki Toyota dan sisanya oleh Panasonic. Perusahaan ini juga akan menyediakan baterai untuk Toyota Mazda Corp dan Subaru Corp.
Usaha patungan ini akan membantu Toyota mencapai target penjualan tahunan 1 juta baterai nol-emisi dan kendaraan berbahan bakar hidrogen (fuel cell) pada 2030. Strategi ini juga akan memberikan keuntungan bagi Panasonic, yang selama ini menjadi pemasok sel baterai eksklusif untuk Tesla Inc. Saat ini, eksklusivitas Panasonic terancam setelah bos Tesla, Elon Musk, mengumumkan rencana bermitra dengan beberapa perusahaan Cina. FERY FIRMANSYAH
Elektifikasi Jadi Pilihan
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo