GAIRAH usaha dan sukses bisnis tidak bisa dipisahkan dari keuletan yang menunjangnya. Untuk itu Pemerintah memberikan penghargaan Primaniyarta kepada 34 eksportir nonmigas yang berprestasi selama tiga tahun terakhir. Penghargaan tersebut -- merupakan yang pertama dalam sejarah perdagangan Indonesia -- diberikan oleh Presiden Soeharto Kamis pekan silam dalam suatu resepsi di Istana Negara. Kabarnya, pengakuan prestasi eksportir nonmigas ini akan diberikan setahun sekali. Dalam catatan Pemerintah, ekspor nonmigas kita selama sepuluh tahun terakhir memang menggembirakan. Nilai ekspor nonmigas tahun 1981 masih US$ 4,5 milyar. Tapi pada tahun 1991 sudah menjadi US$ 18,2 milyar. Berarti naik sebanyak 400%. Menurut Presiden Soeharto, perkembangan ini sangat menggembirakan. Namun tak berarti para eksportir boleh leha-leha, apalagi nilai ekspor nonmigas kita sebenarnya masih bisa ditingkatkan. Ada beberapa kategori eksportir yang dinilai prestasinya, yakni yang berskala besar, ekstra menengah, menengah, dan berskala kecil -- didasarkan pada kemampuan ekspor mereka. Perusahaan yang beruntung mendapat Primanyarta di antaranya adalah PT Freeport Indonesia, PT Texmaco Djaya, PT Perawang Lumber Industries, PT Daya Guna Samudera, dan PT Hardaya Aneka Shoes Industry. Yang disebutkan terakhir adalah pabrik sepatu milik keluarga Murdaya Widyawimarta alias Poo Tjie Gwan, konglomerat yang proyek besarnya antara lain Pembang kit Listrik Tenaga Uap dan Gas (PLTGU) Tanjungpriok, Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini