Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Chief Executive Officer (CEO) atau Kepala Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Rosan Perkasa Roeslani resmi menunjuk Jeffrey Sachs sebagai Anggota Dewan Penasihat. Keputusan tersebut diumumkan saat pernyataan ihwal struktur kepengurusan Danantara di Jakarta, Senin, 24 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jeffrey menjadi Dewan Penasihat Danantara bersama Raymond Thomas Dalio atau Ray Dalio, Helman Sitohang, F. Chapman Taylor, dan Thaksin Shinawatra. Lantas, seperti apa sosok Jeffrey Sachs?
Profil Jeffrey Sachs
Melansir blog pribadinya, Jeffrey D Sachs lahir pada 5 November 1954. Dia merupakan seorang ekonom, penulis, akademisi, hingga pemimpin global terkemuka di Amerika Serikat yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sachs menempuh pendidikan tingginya di Harvard College dengan gelar Bachelor of Arts (BA) di bidang ekonomi dan lulus pada 1976. Dia juga meraih gelar Master of Arts (MA) di bidang ekonomi dari Harvard Department of Economics pada 1978 dan Doctor of Philosophy (Ph.D) pada 1980.
Sachs menjabat sebagai Direktur Pusat Pembangunan Berkelanjutan di Columbia University, tempat dia meraih pangkat profesor. Dia juga sempat menjadi Direktur Earth Institute di perguruan tinggi yang sama sejak 2002 hingga 2016.
Beberapa jabatan lain yang diemban Sachs, di antaranya adalah Presiden Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Wakil Ketua Dewan Insinyur untuk Transisi Energi, akademisi di Akademi Kepausan Ilmu Sosial (PASS) di Vatikan, Komisioner Komisi Pita Lebar PBB untuk Pembangunan, Profesor Kehormatan Tan Sri Jeffrey Cheah di Sunway University, dan Advokat SDGs untuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Sachs telah lama mengangkat isu tentang peran universitas dalam mencapai pembangunan berkelanjutan, termasuk melalui kepemimpinannya yang merintis sejumlah program interdisipliner, seperti Earth Institute di Columbia University.
Dia juga mendirikan Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan (SDSN) pada 2012 di bawah naungan Sekretaris Jenderal PBB untuk memobilisasi keahlian ilmiah dan teknis para akademisi, masyarakat sipil, dan swasta guna mendukung penyelesaian masalah lokal, nasional, dan global.
Sederet Karya dan Penghargaan Jeffrey Sachs
Jeffrey Sachs telah menulis dan menyunting banyak buku, termasuk tiga buku terlaris versi New York Times, yaitu The End of Poverty (2005), Common Wealth: Economics for a Crowded Planet (2008), dan The Price of Civilization (2011). Buku-buku lain yang diterbitkannya, antara lain The Age of Sustainable Development (2015) dan Building the New American Economy: Smart, Fair, & Sustainable (2017).
Selain mengeluarkan banyak karya tulis, Sachs juga menerima sejumlah penghargaan bergengsi, seperti Penghargaan Tang dalam Pembangunan Berkelanjutan pada 2022 dan Penghargaan Blue Planet pada 2015. Dia juga dinobatkan sebagai salah satu dari 100 pemimpin dunia paling berpengaruh versi Majalah Times.
Sachs juga telah mengantongi hingga 42 gelar doktor kehormatan, termasuk Legion of Honor berdasarkan keputusan Presiden Republik Prancis dan Ordo Salib dari Presiden Estonia. Sebelum di Columbia University, dia berkarier sebagai profesor selama lebih dari 20 tahun di Harvard University.
Kecam Kebijakan Donald Trump terhadap Columbia University
Sachs diketahui vokal ketika pemerintahan Presiden Donald Trump menghentikan pendanaan sebesar US$ 400 juta untuk Columbia University lantaran tuduhan bahwa institusi menoleransi antisemitisme. Sachs menyebut Trump telah mengekang kebebasan berbicara dengan menekan perguruan tinggi, yang disebut atas lobi Israel.
“Serangan terhadap universitas-universitas itu datang dari pemerintahan AS daripada para donatur universitas (yang memiliki pandangan beragam tentang Israel dan Palestina),” kata Sachs kepada Open The Magazine, Minggu, 23 Maret 2025.