TELAH lama nama PT Propelat tidak bergema, sampai tersiar berita tentang kerja samanya dengan Perumtel, Jumat dua pekan silam. Dirut Perumtel Cacuk Sudarijanto mempercayakan proyek pembangunan 60.000 satuan sambungan telepon (SST) -- dengan sistem BOT -- kepada PT Indisi, anak perusahaan Propelat. Kendati baru sampai pada MOU (memorandum of understanding), peristiwa itu bisa dianggap sebagai era baru bagi Propelat. Dirut Propelat, Ir. Tb. Iwan Zoehra, mengakui bahwa Propelat sudah jauh tercecer. "Pada tahun 1970-an, perusahaan kami termasuk 10 besar di Indonesia ... lebih besar dari Pembangunan Jaya," ujarnya. Waktu itu Propelat pernah meraih kontrak Rp 100 milyar, sementara yang lain paling tingi Rp 60-70 milyar. Cikal bakal Propelat adalah Proyek Perumahan Angkatan Darat (Propelad), dirintis tahun 1967 oleh Pangdam Siliwangi, waktu itu Mayor Jenderal Witono. Pada 1970, namanya berubah menjadi PT Propelat. Dengan modal Rp 200 juta, perhaan ini cepat berkembang terutama karena banyak menggarap proyek Pertamina, seperti perumahan, drainase, pengaspalan jalan, serta pembangunan gedung-gedung pendidikan milik Pertamina. Ketika Pertamina dilanda krisis keuangan (1975-1976), Propelat terpukul berat, hingga memutuskan untuk melakukan diversifikasi usaha. Kemudian Propelat berkembang hingga memiliki 13 anak perusahaan, antara lain PT Tridaya Raya ( angkutan truk), PT EMKL Tirtayasa Jaya, PT Progusa (konstruksi), PT Promix Prima Karya (beton), PT Prosarana Sakti (dagang), PT Metana (konsultan teknik), dan Bank Djasa Artha. Masa jaya kedua bagi Propelat berlangsung antara 1980 dan 1985. Tapi krisis harga minyak dan devaluasi (1986) sempat menggebuk Propelat, sampai bangkit lagi bersama boom 1988. "Tahun lalu kami untung hampir Rp 50 milyar," kata Iwan bangga. Kekayaan bersih Propelat termasuk tanah dan gedung, sekitar Rp 30 milyar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini