SITUASI perekonomian tahun 2002 tampaknya akan masih berat untuk dilalui. Sementara Indonesia dan juga negara Asia lainnya masih belum sembuh setelah dihajar krisis ekonomi sejak 1997, negara-negara kuat yang selama ini menjadi tumpuan ekspor pun sedang limbung diterjang resesi. Tiga kekuatan ekonomi dunia, Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, tahun lalu dilanda resesi pada saat bersamaan. Maka mungkin untuk pertama kalinya perekonomian seluruh kawasan dunia pun sama-sama lesu darah.
Pada kuartal kedua 2001, produk domestik kotor atau gross domestic product (GDP) AS tercatat hanya 0,2 persen, dan pada kuartal ketiga malah lebih parah: minus 0,4 persen. Demi melecut perkonomian yang lesu, The Fed, sebutan bagi bank sentral AS, pun memotong suku bunga. Dalam sejarah AS, baru kali ini The Fed menurunkan tingkat suku bunganya hingga 10 kali dalam setahun. Hingga akhir tahun, suku bunga di negeri adikuasa itu cuma 2 persen. Toh, ekonomi tetap lesu. Tingkat belanja konsumen hanya 1,2 persen di kuartal ketiga, turun dari 2,5 persen di kuartal kedua.
Serangan atas gedung World Trade Center dan Pentagon yang diduga dilakukan teroris membuat ekonomi AS kian terpuruk. Industri pariwisata dan penerbangan hancur. Terhitung ratusan ribu orang kehilangan pekerjaan. Diperkirakan tingkat pengangguran di AS mencapai 5,7 persenterburuk sejak 1995. Selain itu, ekspor AS menukik tajam. Bahkan defisit perdagangan AS mencapai US$ 28,8 miliar.
Resesi bukan hanya menerjang AS. Jerman, motor ekonomi di Eropa, setali tiga uang. Begitu pula Inggris. Industrinya limbung, pengangguran pun meningkat pesat.
Semua pemerintahan di dunia pun sibuk mengurusi resesi. Presiden Bush meminta rakyatnya rajin berbelanja untuk menyelamatkan perekonomian AS. Pemerintahan Bush pun menggelontorkan dana lebih dari US$ 40 miliar untuk menyelamatkan ekonomi. Tampaknya, Bush tidak mau mengulang pengalaman ayahnya, yang jatuh antara lain karena tidak mampu mengatasi resesi ekonomi.
Lalu sampai kapan resesi akan berlangsung? Banyak ekonom memperkirakan, pada pertengahan 2002 atau setidaknya Juli, ekonomi AS akan pulih. Sebab, biasanya resesi berlangsung sekitar setahun. Benarkah? Suara pesimistis pun tak kalah banyak. Soalnya, gantian Jepang mengumumkan resesi di negaranya pada awal Desember lalu. Malah ekonomi Jepang diperkirakan belum akan pulih hingga tiga tahun ke depan. GDP Jepang Juli-September lalu hanya 0,5 persen. Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan ekonomi Jepang tahun 2001 turun 0,75 persen. Tingkat penganggurannya mencapai 5 persen, tertinggi sejak Perang Dunia II.
Tingkat konsumsi yang rendah pun tak terelakkan. Sial betul negara-negara yang menggantungkan ekspornya ke tiga kawasan yang sedang lesu darah itu. Buat Indonesia, AS dan Jepang termasuk negara tujuan ekspor yang utama. Sejalan dengan resesi, ekspor ke negara itu pun turun. Tahun lalu, ekspor ke AS turun dari US$ 6,74 miliar menjadi US$ 6,36 miliar. Ekspor ke Jepang juga turun dari US$ 6,04 miliar menjadi US$ 5,79 miliar. Sedangkan total nilai ekspor Indonesia tahun lalu adalah US$ 48,12 miliar.
Purwani Diyah Prabandari
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini