Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau PT SMI membukukan komitmen pembiayaan untuk sektor energi terbarukan dan transportasi yang bersih atau bebas emisi karbon sebesar Rp 16,8 triliun pada 2022. Total nilai proyeknya mencapai Rp 90,8 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Direktur Utama PT SMI Edwin Syahruzad mengatakan kucuran dana itu ditujukan terhadap berbagai proyek pembangkit listrik yang memanfaatkan energi baru terbarukan hingga proyek transportasi bersih seperti light rail transit atau LRT Jabodetabek yang diharapkannya bisa segera beroperasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Jadi ruang lingkupnya terbatas pada infrastruktur. Jadi kami tentunya tidak eligible untuk membiayai katakanlah sektor kehutanan, padahal itu paling hijau," kata Edwin dalam acara Tempo Energy Day 2022 yang digelar secara virtual, Jumat, 21 Oktober 2022.
Dari total komitmen itu, secara spesifik proyek yang turut dibiayai PT SMI adalah 17 Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM), 4 Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm), 3 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), 3 Pembangkit Listrik Tenaga Air, 1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), dan 1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Dari berbagai macam proyek itu, PT SMI kata Edwin energi yang bisa dihasilkan mencapai 3,23 juta Megawatt hour dengan potensi kapastias energi terbarukan yang bertambah sebanyak 669 Megawatt, serta pengematan energi per tahunya sebesar 2.641 terajoule.
Sementara itu, total kontribusi proyek-proyek ini terhadap penurunan gas emisi rumah kaca atau emisi karbon tercatat sebesar 3,4 juta tCo2 eq per tahun dengan total potensi carbon credit equivalent US$ 6,8 juta per tahunnya.
"Terkait dampak terhadap emisi gas rumah kaca ini sudah kami hitung dan ini penting untuk nantinya saatnya tiba itu kan hal tersebut bisa berpotensi terhadap nilai karbon ekuivalen yang saatnya nanti jadi relevan," kata Edwin.
Dalam konteks pembiayaan ke sektor infrastruktur ini, khususnya yang masuk ke dalam sektor energi, PT SMI kata Edwin menjalin kerja sama dengan World Bank dan Global Climate Fund. Mereka akan berperan sebagai penyedia dananya.
Salah satu program yang masuk ke dalam kategori pembiayaan itu adalah Geothermal Exploration Risk Mitigation atau GREM. Melalu program itu PT SMI akan memberikan pinjaman transitional yang dikombinasikan dengan derisking bagi pelaku bisnis energi geothermal di dalam tahapan eksplorasi
"Karena pada tahapan eksplorasi itu kan tahapan yang sangat risiko, belum ditemukan jumlah cadangannya, itu program khusus, totalnya US$ 600 juta yang harus di-deploy," ujar Edwin.
Selain itu, untuk sektor infrastruktur hijau secara umum, Edwin mengatakan, PT SMI juga memiliki program dengan Asian Development Bank (ADB) bernama Green Infrastructure Investment and Finance. Program ini, kata dia, didedikasikan sebagai upaya mendukung pembiayaan berkelanjutan.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.