PETANI teh Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, cenderung menjual hasil panennya kepada tengkulak di pasar daripada mengirimnya ke pabrik milik PTP XII. Padahal, harganya cuma sekitar Rp 100 per kg, sedangkan PTP memasang harga minimal Rp 140 per kg. Masalahnya, menurut beberapa petani, PTP kini semakin birokrat. "Dulu, sewaktu kebun PTP belum banyak, mereka datang membeli teh di kebun kami. Sekarang kami harus bawa ke pabrik. Di pabrik, . urusan administrasi macam-macam," tutur Mundji, petani teh di Purwakarta. Dirut PTP XII R.G.S. Soeria Danoe Ningrat mengakui, teh yang dipasok rakyat Purwakarta jauh di bawah target. Tahun lalu PTP menyediakan anggaran pembelian teh rakyat Purwakarta sekitar 20 ton per hari. Tapi realisasinya rata-rata hanya 9,6 ton per hari. "Petani di sana segan menjual kepada PTP karena mereka enggan meningkatkan mutu produksinya," kata Soeria lagi. "Teh standar ekspor adalah yang berkualitas pucuk 55%-60%. Tapi kami menerima teh rakyat yang berkualitas pucuk hanya 40%," tutur Soeria. Katanya, mutu teh petani dari Purwakarta adalah yang paling jelek. "Harga produksi mereka kami jual 1695 sen dolar per kg, kadang-kadang tak laku. Sedangkan hasil perkebunan teh rakyat lainnya rata-rata dijual 175 sen dolar dan laku semua."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini