Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Putar Siasat Mengubah Format

Dua gerai hipermarket Lippo Group kukut. Bersalin rupa menyesuaikan lokasi.

24 Juli 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SPANDUK grand opening SmartClub di Kelapa Gading Trade Centre, Jakarta Timur, masih menggantung di pintu masuk. Kendati sudah beroperasi dua bulan lebih, grosir milik PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA)-salah satu lini bisnis Lippo Group-itu masih relatif sepi. "Mungkin belum banyak yang tahu kami buka di sini," kata Abdul Aziz, salah satu pekerja SmartClub.

Pada siang Jumat pekan lalu, hanya beberapa pelanggan menyorong kereta jumbo berisi kardus belanjaan. Beroperasi sejak pertengahan Mei, SmartClub menggantikan Hypermart, gerai MPPA lainnya.

Hypermart Kelapa Gading merupakan satu dari dua gerai hipermarket MPPA yang kena likuidasi. Selain Hypermart Kelapa Gading, Hypermart di Lippo Plaza, Kuta, Denpasar, kukut. "Untuk mengikuti perkembangan lokasi dengan format yang tepat," ujar Sekretaris Perusahaan MPPA Danny Kojongian lewat pesan seluler, Jumat pekan lalu. Head of Communication Corporate MPPA Fernando Repi mengatakan gerai Hypermart yang ditutup hanya dua.

Kendati sudah berganti rupa, kabar penutupan itu baru mengemuka sepanjang dua pekan lalu. Puncaknya: Bursa Efek Indonesia menyurati perusahaan untuk menjelaskan kabar penutupan dua gerai tersebut pada 13 Juli.

MPPA menjawab surat itu satu hari kemudian. Matahari Putra menyebutkan perusahaan tidak benar-benar menutup operasi di dua lokasi itu. "Yang di Kuta kami ubah menjadi Foodmart Primo," kata Repi lewat sambungan telepon, Kamis pekan lalu.

Siasat itu tak mengagetkan Yongky Susilo dari Staf Ahli Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia. Menurut dia, format hipermarket di Kuta memang tidak cocok. "Kuta itu bule semua. Masak, mereka mau belanja beras?" ucap Yongky, Jumat pekan lalu. Itu sebabnya, Foodmart Primo lebih menyasar kebutuhan wisatawan, seperti kerajinan tangan, restoran siap saji, dan berbagai penganan.

Adapun perubahan bentuk Hypermart Kelapa Gading menjadi SmartClub, kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Tutum Rahanta, berpangkal dari lokasi. "Kelapa Gading Trade Centre itu dari awal memang sudah sepi," ujar Tutum di Senayan City, Jakarta, Kamis pekan lalu.

Siasat MPPA melikuidasi dua hipermarketnya terlihat dalam dua tahun belakangan. Pada 2014, bisnis MPPA masih berfokus memperkuat hipermarket, gerai produk segar lewat Foodmart, dan gerai perawatan dengan bendera Boston. Tahun berikutnya, sayap bisnis MPPA melebar lewat Hypermart, Foodmart, Boston, Foodmart Primo, dan Foodmart Fresh serta wholesale menggunakan merek Foodmart Express dan SmartClub.

Saat itu omzet hipermarket terus melorot. Mengacu pada Audit Ritel AC Nielsen, pada 2014, pertumbuhan penjualan grocery di pasar modern yang masih 14,6 persen melorot menjadi 9,2 persen pada 2015. Adapun pertumbuhan minimarket turun dari 17,4 persen menjadi 13,3 persen. Sedangkan pertumbuhan hipermarket jatuh paling dalam, dari 9,8 persen pada 2014 menjadi 1,6 persen pada tahun berikutnya. Ini buntut dari pertumbuhan omzet retail modern yang melambat, dari 9,5 persen pada 2014 menjadi 8 persen pada 2015.

Tak mengherankan bila angka penjualan MPPA melorot, dari Rp 13,802 triliun pada 2015 menjadi Rp 13,527 triliun pada 2016. Bila dihitung tanpa memasukkan tambahan gerai baru (same store sales growth), pertumbuhan penjualan MPPA juga sudah anjlok sejak 2015, yaitu minus 1,9 persen dibanding pada 2014. Tahun berikutnya minus 4,5 persen dibanding pada 2015.

Menurut Tutum Rahanta, di tengah moncernya pertumbuhan e-commerce, gerai-gerai kecil, dan special store, ceruk pasar hipermarket mau tidak mau tinggal di luar kota-kota besar. Perilaku konsumen di kota besar, kata dia, sudah bosan berbelanja di toko seukuran hipermarket. "Sekarang semua ingin praktis," ucap Tutum. "Kecuali di daerah, masih atraktif buat wisata sekaligus."

Itu sebabnya, sejak tahun lalu, 60 persen lebih ekspansi MPPA berada di luar Jawa. Gerai baru itu tersebar di Kuala Kapuas, Jambi, Tanjung Pinang, Poso, Baturaja, Lubuk Linggau, dan Lahat. "Siapa yang mau berinvestasi lebih dulu di luar Jawa, dia akan memetik hasilnya," kata Repi.

Khairul Anam

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus