TELEPON di meja Alex Tompunu direktur PT Heroly di Manado
berdering. Selesai percakapan singkat, usahawan yang juga
dikenal sebagai mertua gubernur Worang langsung turun dari
kantor, masuk ke mobil Holden Premiernya. Sebentar saja dia
sudah berada di kantor Dinas Peternakan Sulut di jalan Rike. PH
Lintang, kepala dinas yang menelpon Alex tadi segera mengajak
tamunya ke sebuah bangunan yang merupakan depot ikan di kompleks
kantor itu. "Sebentar lagi kita akan berpesta Tahun Baru dengan
makan ikan belut raksasa", ujar Lintang seraya menuding ke
dalam bak berisi air. Karuan saja Alex terkejut melihat beberapa
ikan sogili (belut raksasa) dalam bak itu. Kalau belut biasa
yang sudah dianggap besar di daerah itu beratnya paling 5 kilo,
yang raksasa ini beratnya ¬ kwintal dengan panjang 160 senti dan
lebar punggung 30 senti.
Itulah belut raksasa, yang menurut istilah peternakan di sana
disebut sidat. "Belut ini hanya ditemukan di danau Moat", tutur
Lintang. Danau kecil yang letaknya persis di tapal batas
kabupaten Minahasa dan kabupaten Bolaang Mongondouw, segera akan
dijadikan pusat penelitian & pengembangan belut maut itu.
Menurut pengamatan Dinas Peternakan, danau Moat yang dinaungi
udara bening segar di ketinggian pegunungan Wulurmahatus,
Minahasa Selatan, memang satu-satunya penghasil ikan sida.
Menurut penduduk sekitar, pernah ditemukan seekor sidat yang
besar sepemeluk tangan manusia dengan panjang 8 meter.
Sayangnya, perangkap yang dipasang oleh anak-buah Lintang di
danau itu tak mampu menjebak sidat yang lebih besar. Diharapkan
suatu waktu propinsi Sul-Ut akan dapat mengekspor belut raksasa
itu sesudah proyek yang ditangani Dinas Peternakan itu sudah
berhasil.
Nah, untuk mempromosikan ikan sidat itu sambil memancing bantuan
Pemda Sul-Ut buat proyek dana Moat -- Lintang tak kehilangan
akal buat menyajikannya di atas meja makan gubernur, tepat di
saat pesta Tahun Baru. Makanya sang mertua diundang. Seekor
sidat yang paling berat diserahkan pada Alex Tompunu untuk
diantar langsung ke dapur gubernur di kompleks Bumi Beringin.
Kebetulan saat itu nyonya Henny Worang binti Alex Tompunu sedang
menemani babu dan koki menyiapkan hidangan. Ketika belut raksasa
itu digotong ke dapur, tak urung Nyonya Henny menjerit lantaran
terkejut. Seorang pembantu wanita yang sudah tua spontan lari
terbirit-birit saking takutnya, sambil mencecerkan cairan di
lantai.
"Tunggu Bapak dulu ya, baru dipotong", kata nyonya gubernur.
Maksudnya agar Kepala Daerah Sulawesi Utara itu dapat
menyaksikan sendiri salah satu hasil produksi terbaru dari
daerahnya sebelum disantap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini