Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Raksasa Danau Moat

Danau kecil moat yang di tapal batas minahasa & bolaang mongondouw menghasilkan belut raksasa. Sidat atau belut beratnya sampai 1/4 kwintal. Tempat itu akan dijadikan pusat penelitian belut. (eb)

24 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TELEPON di meja Alex Tompunu direktur PT Heroly di Manado berdering. Selesai percakapan singkat, usahawan yang juga dikenal sebagai mertua gubernur Worang langsung turun dari kantor, masuk ke mobil Holden Premiernya. Sebentar saja dia sudah berada di kantor Dinas Peternakan Sulut di jalan Rike. PH Lintang, kepala dinas yang menelpon Alex tadi segera mengajak tamunya ke sebuah bangunan yang merupakan depot ikan di kompleks kantor itu. "Sebentar lagi kita akan berpesta Tahun Baru dengan makan ikan belut raksasa", ujar Lintang seraya menuding ke dalam bak berisi air. Karuan saja Alex terkejut melihat beberapa ikan sogili (belut raksasa) dalam bak itu. Kalau belut biasa yang sudah dianggap besar di daerah itu beratnya paling 5 kilo, yang raksasa ini beratnya ¬ kwintal dengan panjang 160 senti dan lebar punggung 30 senti. Itulah belut raksasa, yang menurut istilah peternakan di sana disebut sidat. "Belut ini hanya ditemukan di danau Moat", tutur Lintang. Danau kecil yang letaknya persis di tapal batas kabupaten Minahasa dan kabupaten Bolaang Mongondouw, segera akan dijadikan pusat penelitian & pengembangan belut maut itu. Menurut pengamatan Dinas Peternakan, danau Moat yang dinaungi udara bening segar di ketinggian pegunungan Wulurmahatus, Minahasa Selatan, memang satu-satunya penghasil ikan sida. Menurut penduduk sekitar, pernah ditemukan seekor sidat yang besar sepemeluk tangan manusia dengan panjang 8 meter. Sayangnya, perangkap yang dipasang oleh anak-buah Lintang di danau itu tak mampu menjebak sidat yang lebih besar. Diharapkan suatu waktu propinsi Sul-Ut akan dapat mengekspor belut raksasa itu sesudah proyek yang ditangani Dinas Peternakan itu sudah berhasil. Nah, untuk mempromosikan ikan sidat itu sambil memancing bantuan Pemda Sul-Ut buat proyek dana Moat -- Lintang tak kehilangan akal buat menyajikannya di atas meja makan gubernur, tepat di saat pesta Tahun Baru. Makanya sang mertua diundang. Seekor sidat yang paling berat diserahkan pada Alex Tompunu untuk diantar langsung ke dapur gubernur di kompleks Bumi Beringin. Kebetulan saat itu nyonya Henny Worang binti Alex Tompunu sedang menemani babu dan koki menyiapkan hidangan. Ketika belut raksasa itu digotong ke dapur, tak urung Nyonya Henny menjerit lantaran terkejut. Seorang pembantu wanita yang sudah tua spontan lari terbirit-birit saking takutnya, sambil mencecerkan cairan di lantai. "Tunggu Bapak dulu ya, baru dipotong", kata nyonya gubernur. Maksudnya agar Kepala Daerah Sulawesi Utara itu dapat menyaksikan sendiri salah satu hasil produksi terbaru dari daerahnya sebelum disantap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus