RUMAH-RUMAH murah bikinan PT Perunmas di Depok Baru kabarnya
belum banyak dikeroyok para pegawai negeri. Konon rumah model
sederhana itu persyaratannya masih dirasa terlalu berat bagi si
Mamat. Walhasil beberapa di antaranya akan disewakan sekitar Rp
15 sampai 20 ribu sebulan. Sementara itu, berbagai perusahaan
bangunan alias real estate akhir-akhir ini makin ramai pula
menawarkan rumah dengan berbagai tingkat harga. Mulai dari yang
setengah mewah hingga yang super mewah. "Namun pembeli sangat
sukar dicari", ujar seorang kontraktor. Perumahan di daerah
Pluit yang banyak dihuni keturunan Tionghoa dan seorang Gubernur
propinsi minus banyak juga yang masih kosong. Perumahan di
daerah Pulo Mas masih terus ditawar-tawarkan. Proyek perumahan
Shangrila Indah di Kebayoran Lama seret, walau ditawarkan
dengan berbagai hadiah yang menarik. Belum lagi bekas
kontraktor perumahan Pertamina yang kini dilola PT Patra Jasa,
mereka kini diikut-ikutan meramaikan pasaran.
Di tengah persaingan yang lesu itu, ada juga beberapa kontraktor
yang masih terus membangun. PT Bangun Cipta Sarana misalnya,
masih bergiat membangun 2000 rumah di Jakarta dan sekitarnya.
Dan kabarnya laris. "235 rumah di Cipinang Kebembem sudah habis
terjual seminggu setelah diiklankan", ujar ir. Suwenda Saptari,
seorang direktur BCS. Rumah-rumah itu dijual dengan harga Rp
3,6 hingga 7,5 juta. Mengapa mereka bisa jual "murah"? "Karena
tanahnya sudah lama kita beli dengan harga murah pula," sahut
Suwenda. Namun untuk memperoleh kepastian pembeli dengan harga
yang sedikit lebih tinggi -- BCS mendekati kontraktor-kontraktor
asing di bidang perminyakan. Di antaranya ARCO (Atlantic
Richfield Company) Indonesia yang menyedot minyak antara lain di
sumur lepas pantai Arjuna di Utara Banten.
Rendah, Tapi Lama
"Ada semacam ketentuan dari pemerintah (Pertamina) supaya
kontraktor-kontraktor asing menyediakan rumah untuk karyawan
Indonesia", tutur Tengku Natan Machmud, orang ARCO asal
Langkat. Memenuhi ketentuan itu, A~RCO Indonesia berusaha
meyakinkan kantor pusatnya di AS, dan mendapat lampu hijau
untuk membangun 90 rumah karyawan sampai tahun 1978. Mulai
Januari ini segera akan dibangun 30 rumah berukuran 216, 176
dan 1~0 mÿFD. Luas tanahnya sama: 800 mÿFD. Harganya berkisar antara
Rp 8 sampai 14 juta, termasuk tanah, listrik dan air minum.
Rumah yang bukan sederhana itu maksudnya disediakan untuk 200
karyawan lokal ARCO yang bergaji antara 80 sampai 200 ribu.
Bagaimana caranya memiliki rumah itu? "Setiap karyawan mulai
Januari ini dipotong gajinya 20% sebulan untuk mencicil harga
rumah", ujar Machmud. Walaupun seluruh karyawan akan mengalami
pemotongan gaji sebanyak 20% itu, hanya golongan pegawai
tertentu yang akan mendapat prioritas. Itu mengingat dalam 3
tahun pertama ini baru 90 rumah yang akan dibangun. Selain staf,
"bisa saja pegawai rendah tapi sudah punya masa kerja lebih lama
akan mendapat rumah lebih dulu dari pada pegawai tinggi yang
baru saja bekerja pada ARCO", kata Machmud pula.
Selain terdorong oleh peraturan pemerintah, program perumahan
karyawan lokal ARCO itu juga berkat perjuangan Yayasan
Kesejahteraan Karyawan ARCO yang ditunjuk untuk mengelola
perumahan itu. Pada tahap pertama biaya pembangunan rumah
dipinjamkan oleh perusahaan tanpa bunga. Lalu uang cicilan yang
terkumpul digunakan untuk melunasi pinjaman itu, sedang sisanya
untuk membangun rumah tahap berikutnya. Boleh juga langkah ARCO
memenuju kesejahteraan sosial karyawannya itu. Sementara
maskapai-maskapai minyak lainnya yang kapasitas produksi lepas
pantainya setaraf dengan ARCO (100 ribu barel/hari), seperti
UNION dan HAPCO, belum terdengar rencananya membangun rumah
karyawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini