Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan caranya merampungkan investasi mangkrak di kampung miliarder, Tuban, Jawa Timur. Investasi senilai Rp 211,9 triliun itu disepakati PT Pertamina (Persero) dan perusahaan asal Rusia, Rosneft, melalui perusahaan patungan atau joint venture.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Terpaksa saya datangi dengan cara HIPMI. Saya datangi Tuban, pakai sarung, minum kopi, tidak pakai protokol. Kita selesaikan. Makanya ada desa miliuner itu, itu akibat dari bayar tanah,” ujar Bahlil dalam keterangan tertulis, Rabu petang, 24 Maret 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bahlil mengatakan investasi ini sempat mangkrak selama empat tahun. Hambatan investasi terjadi karena pembebasan lahan seluas 800 hektare tidak kunjung terselesaikan.
Masuknya industri besar seperti Pertamina-Rosneft di Jawa Timur, menurut Bahlil, merupakan salah satu jalan memajukan perekonomian masyarakat setempat. Industri ini akan menciptakan lapangan kerja dan memberikan efek berkesinambungan bagi daerah di sekitarnya.
BKPM mencatat, selama 2020, realisasi investasi di provinsi Jawa Timur mencapai Rp 78,4 triliun. Sedangkan pada periode 5 tahun terakhir sejak 2016, total realisasi investasi di Provinsi Jawa Timur mencapai Rp 328 triliun.
Realisasi investasi terbesar ditanamkan di Kabupaten Gresik senilai Rp 70,4 triliun, Kota Surabaya Rp 64 triliun, Kabupaten Pasuruan Rp 48 triliun, dan Kabupaten Sidoarjo Rp 30,4 triliun. Dari negara asalnya, investasi didominasi oleh Singapura US$ 2,57 miliar, Jepang US$ 1,65 miliar, Korea Selatan US$ 0,69 miliar, Belanda US$ 0,56 miliar, dan Hongkong serta Cina USD$ ,448 miliar.
“Sekalipun terjadi pandemi Covid-19, realisasi investasi Jawa Timur lebih tinggi ketimbang tidak pandemi. Ini kondisinya,” ujar Bahlil.