Realisasi Investasi Migas Makin Rendah

Indonesia makin tak menarik untuk investasi, dan hal itu menjadi sangat jelas sepanjang tahun ini. Pergantian pemerintahan ternyata tak menjadi daya tarik yang kuat karena pada saat bersamaan kondisi perekonomian dunia, terutama di AS dan Jepang, makin suram. Realisasi investasi di sektor minyak dan gas selama sembilan bulan pertama tahun ini hanya US$ 1,64 miliar atau 30 persen dari target US$ 5,4 miliar. Padahal, realiasasi investasi di sektor itu selama tahun lalu mencapai 76 persen dan tahun sebelumnya bahkan 83 persen. Selain faktor eksternal, faktor perselisihan antara pemerintah daerah atau warga setempat dan perusahaan migas, terutama yang asing, juga membuat investor asing harus membuat kalkulasi ulang. Pemerintah secara tersirat juga mengisyaratkan bahwa penerimaan migas pada tahun ini dan tahun depan akan menurun. Selain faktor harga yang terus menurun dalam beberapa bulan terakhir?kini sudah di bawah US$ 20 per barel?kondisi keamanan dalam negeri membuat penerimaan negara berkurang. Tahun depan, misalnya, pemerintah hanya berani mematok target produksi minyak mentah 1,3 juta barel per hari. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya rata-rata produksi minyak mentah mencapai 1,5 juta barel. Tak bisa dimungkiri bahwa faktor keamanan menjadi salah satu penghalang utama investasi di migas. Kasus pemblokiran di Riau dan Kalimantan Timur, serta penutupan ladang gas di Aceh, memang sulit untuk dinafikan. Yang sedikit menggembirakan, "Belum ada perusahaan asing yang menutup perusahaannya," kata Direktur Manajemen Production Sharing Pertamina, Effendi Situmorang, Selasa pekan lalu.