Berita duka yang menimpa pengusaha mebel Indonesia sudah merebak sejak dua pekan silam, tapi kejelasannya baru terungkap Sabtu lalu. Ketua DPD Asosiasi Mebel Indonesia (Asmindo) DKI Jaya, Yos Theosabrata, memastikan bahwa setelah kasus teror WTC di AS, sebagian importir AS membatalkan kontrak pembelian mebel dari Indonesia. Seorang eksportir Indonesia merugi sampai US$ 25 juta akibat pembatalan tersebut. Setelah peristiwa teror 11 September, Yos memperkirakan ekspor mebel Indonesia ke AS turun sekitar 30 persen.
Padahal, sebelum teror, pasar AS sangat terbuka bagi ekspor mebel Indonesia. Menurut Sae Tanangga, Direktur Eksekutif Asmindo, pada periode Januari-September 2000, ekspor mebel ke AS mencapai 11 juta kilogram dengan nilai sekitar US$ 250 juta. Jika perkiraan Yos benar, dalam periode yang sama tahun 2001 ini nilai ekspor mebel kita baru sekitar US$ 175 juta. Bahkan, akibat perang AS-Afganistan, ekspor mebel Indonesia ke Timur Tengah diperkirakan ikut turun. Padahal, pasar di negara-negara Arab ini cukup prospektif. Tahun lalu saja, ekspor mebel ke kawasan Teluk mencapai sekitar US$ 10 juta.
Yos khawatir, bila perang AS-Afganistan berlangsung lama, akan banyak perajin mebel yang rontok. Sementara itu, Direktur Ekspor Dirjen Perdagangan Luar Negeri Depperindag, Alexander Barus, mengakui bahwa memang ada importir AS yang membatalkan pemesanan, menunda, atau meminta pengiriman barang dari Indonesia dipercepat. Hal ini untuk menghindari mem-buruknya situasi di sana. Dan untuk mengantisipasi dampak kelesuan perekonomian dunia terhadap ekspor Indonesia, dalam waktu dekat Depperindag akan bertemu para eksportir, khusus membicarakan masalah tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini