Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Respon WWF ke-10 di Bali, Walhi Ingatkan Potensi Rusaknya Subak oleh Proyek Infrastruktur

Walhi Bali menilai banyak pembangunan infrastruktur yang mendegradasi bahkan menghilangkan subak atau sistem irigasi tradisional khas Bali

19 Mei 2024 | 16.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Denpasar - Direktur Wahana Lingkungah Hidup (Walhi) Bali Made Krisna Dinata menilai banyak pembangunan infrastruktur di Pulau Dewata yang mendegradasi bahkan menghilangkan subak atau sistem irigasi tradisional khas Bali. Ia mencontohkan kebijakan pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi sepanjang 96,21 Km yang akan menerabas 480,54 hektare sawah produktif dan 98 wilayah subak yang ada di sepanjang wilayah tersebut.

Pembangunan pelabuhan terintegrasi Sangsit di Bali Utara juga akan menerabas sawah seluas 26.193 meter persegi yang tentu mengancam 4 subak di wilayah tersebut. Ada juga, menurut dia, proyek Pusat Kebudayaan Bali di Bali Timur yang juga telah mengorbankan lahan persawahan hingga 9,38 hektar dan menyebabkan subak Gunaksa terdampak.

"Proyek-proyek tersebut justru mengancam water security and prosperity (keamanan dan kemakmuran air) yang tentunya akan berdampak pada peruntukan pertanian tanaman pangan hingga degradasi budaya dan hilangnya subak yang ada di tapak proyek tersebut,” tutur Krisna dalam keterangan tertulis, menanggapi perhelatan akbar Konferensi Tingkat Tinggi World Water Forum atau WWF, Ahad, 19 Mei 2024.

Subak dengan fungsi hidrologisnya merupakan tampungan alami bagi air. Setiap hektarnya mampu menampung air sebanyak 3000 ton bila air tingginya 7 cm. Apabila subak terus berkurang dan habis, maka secara langsung Bali akan mudah diterpa bencana banjir.

Krisna juga menyoroti masifnya alih fungsi lahan akibat pembangunan sarana pariwisata yang tentu sangat banyak mengkonsumsi air dalam aktivitas operasionalnya. Pembangunan hotel dan sarana pariwisata lainnya meningkat tajam bahkan hingga dua sampai tiga kali lipat dalam beberapa tahun terakhir.

Data Badan Pusat Statistik menunjukan pada tahun 2000 jumlah hotel bintang sebanyak 113 dan pada 2023 sudah naik menjadi 541. Jumlah kamarnya otomatis juga melonjak. Jika pada 2000 berjumlah 19.529 kamar, kini meningkat tajam menjadi 54.184 kamar di 2023.

Angka tersebut, ujar Krisna, menunjukkan pertumbuhan yang amat signifikan. Beberapa pakar menyebutkan Bali telah overtourism bahkan overbuild. “Banyak penelitian mengungkapkan bahwa akomodasi paraiwisata adalah satu industri yang rakus akan air, beberapa penelitian menyebutkan jika satu kamar hotel membutuhkan 800 liter/kamar/hari, ini jauh lebih banyak ketimbang kebutuhan rumah tangga,” kata dia.

Krisna menilai pembangunan infrastruktur yang menyebabkan alih fungsi lahan dan mengurangi jumlah subak merupakan hal nyata yang membuat Bali mengalami krisis air. Terlebih ada banyak temuan bahwa akomodasi pariwisata lebih banyak menggunakan air bawah tanah (ABT) dan tidak mengalokasikan kawasan hijau sesuai kriteria yakni sebanyak 30 persen dari luas wilayah.

"Untuk itu, kami mendesak pemangku kebijakan untuk menghentikan segala bentuk pembangunan yang ekstraktif dan memperparah keadaan lingkungan yang mengancam ketersediaan air dan yang mengancam subak,” kata dia.

Sementara itu Presiden Joko Widodo telah bertolak menuju Provinsi Bali untuk menghadiri kegiatan berskala internasional tersebut. Biro Pers Sekretariat Presiden di Jakarta menginformasikan Presiden berangkat pada pukul 13.40 WIB menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1.

Dilansir dari Antara, agenda Konferensi Tingkat Tinggi WWF Ke-10 diawali dengan jamuan santap malam bagi para pemimpin dan delegasi di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK), Kabupaten Badung.

Presiden Jokowi akan menghadiri seremonial pembukaan WWF pada Senin 20 Mei 2024 bertempat di Bali Internasional Convention Center (BICC). Agenda tersebut juga dirangkai dengan pertemuan tingkat tinggi, jamuan makan siang bersama para pimpinan negara, rapat bilateral, serta kunjungan menuju Taman Hutan Rakyat Mangrove.

WWF Bali pada 18--25 Mei 2024 ini fokus membahas empat hal, yakni konservasi air (water conservation), air bersih dan sanitasi (clean water and sanitation), ketahanan pangan dan energi (food and energy security), serta mitigasi bencana alam (mitigation of natural disasters).

Sebanyak 244 sesi pembahasan terkait air dalam WWF diharapkan dapat memberikan hasil konkret mengenai pengelolaan air secara global.

Pilihan Editor: Pembukaan World Water Forum Ke-10 Digelar di KEK Kura-kura Bali

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini




 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus