Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Rezeki revolver dari manila

Pabrik senjata pt metinca prima industrial works di pulogadung, banyak mendapat pesanan pembuatan komponen. diantaranya komponen hard disk. memenangkan tender pembuatan komponen revolver dari manila.

11 Februari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEMBUAT senjata bukan urusan sepele. Selain teknologinya, izinnya pun rumit. Tak heran kalau minggu lalu, surat kabar ramai menulis tentang pabrik senjata di Pulogadung. Ternyata, "Kami cuma bikin komponennya kok," kata Beno Makimian, Direktur Utama PT Metinca Prima Industrial Works, pabrik yang dihebohkan itu. Buat Beno, membuat komponen revolver itu bukan soal rumit. "Kalau yang utuh baru, saya tak bisa," katanya polos. Kesulitan utama PT MPIW, demikian perusahaan ini biasa disebut, adalah tak adanya mesin untuk membuat laras dan silinder tempat peluru revolver. Sedangkan untuk komponen yang lain, Beno bisa memanfaatkan peralatan yang ada di pabriknya. Peralatan yang dipunyai PT MPIW memang tergolong kelas satu. Itu untuk soal pembuatan cetakan dan pengecoran logam. Bentuk serumit apa pun, asalkan ukuran panjang, lebar, dan tingginya tak lebih dari 30 cm akan dilayani. "Kami menggunakan lost wax process yang belum ada di pabrik lain," Beno menjelaskan. Dengan proses itu, barang yang rumit tadi dibuat dulu modelnya dari lilin. Model inilah yang digunakan untuk membuat rumah keong, yang nantinya dituangi logam cair. "Hasil akhirnya mempunyai ketepatan yang sangat tinggi, makanya disebut precision casting," tuturnya. Di bidang inilah sebenarnya PT MPIW bergerak. Perusahaan yang baru memulai produksi komersialnya pada Oktober 1988 ini, sekarang sudah banyak mendapat pesanan. "Aplikasi industri pengecoran ini memang sangat luas," kata Beno. Memang, pesawat terbang, mesin mobil, dan hampir semua perkakas memerlukan komponen yang dicor dengan ketepatan tinggi. "Komponen hard disk komputer, misalnya, tak boleh meleset sedikit pun. Toleransinya cuma seperdelapan puluh milli," Beno mengungkapkan. Sekarang ia sedang mengerjakan 28.000 biji komponen hard disk yang sulit itu. "Pesanan dari Singapura, sebijinya 7 dolar," tambahnya. Selain komponen hard disk tadi, Beno tentu punya banyak order lain, salah satu dari Astra. "Saya sedang bikin cetakan sambungan bumper mobil Toyota." Sambungan bumper itu kelihatannya sederhana, cuma plastik hitam yang panjangnya tak lebih dari 30 cm. "Tapi berat cetakannya 3 ton," kata Beno. Ini juga salah satu keistimewaan PT MPIW. "Kami ini satu-satunya pabrik di Asia Tenggara, yang bisa sekaligus bikin cetakan dan melakukan pengecoran." Dengan kemampuan itu, tentunya, tak ditolak Beno ketika datang pesanan dari Elisco Tool Manufacturing Co., Filipina. Pabrik senjata yang memproduksi Revolver kaliber 38 merek Armalite itu, memesan cetakan 7 macam komponen. Pesanan itu didapat setelah PT MPIW memenangkan persaingan dengan perusahaan dari Korsel, Taiwan, dan Singapura. Begitu tender gol, mulailah diurus segala macam tetek bengek termasuk -- yang paling penting -- izin. "Ternyata bantuan datang dari mana-mana, izin keluar tanpa kesulitan," cerita Beno. Ditjen Material, Fasilitas dan Jasa Departemen Pertahanan dan Keamanan mengeluarkan izin itu tanggal 13 Januari 1989. Setelah mengantungi izin itulah, perundingan diteruskan ke Manila. "Kontraknya kecil kok, 7 biji cetakan itu cuma dibeli 12.000 dolar Amerika," Beno menuturkan. Ia sudah siap mengerjakannya, tinggal menunggu LC dari Manila. Cuma biasanya, setelah cetakan akan ada order pengecoran. Inilah yang diincar. "Perkiraan kami sih nilainya 600.000 dolar," kata Beno tersenyum cerah. Sukses Beno cukup mendapat sambutan. "Itu memang suatu kemajuan yang cukup bagus," kata Dirjen Industri Mesin dan Logam Dasar Soeparno. Menurut Dirjen Soeparno, kemampuan PT MPIW untuk mengecor dengan ketepatan tinggi itu sangat strategis. "Sebab, mereka mampu membuat komponen-komponen umum dari semua mesin, dan teknologinya cukup rumit," ia menjelaskan. Sebenarnya, kemampuan menerapkan teknologi tinggi inilah modal utama PT MPIW yang punya 100 karyawan itu. Beberapa fasilitas yang ada di pabrik itu, memang baru ada satu atau dua biji di Indonesia. "Seperti ruang radiasi untuk menguji keretakan logam, selain di sini, mungkin cuma IPTN dan puspitek Serpong yang punya," kata Beno bangga. Dan itu memang mutlak diperlukan. "Jika nanti dapat pesanan komponen pesawat, tiap biji harus diuji di sana," Beno menerangkan. Sementara ini ruang radiasi itu cuma kadangkala saja digunakan menguji contoh produksi. Kemampuan PT MPIW membuat komponen revolver itu, juga menarik perhatian. Satu sumber di BPPT menganggapnya sebagai keuntungan besar. "Pindad harusnya sangat senang, komponen senjata produksinya -- yang biasanya diimpor dari Belgia sudah bisa dipesan di sini. Artinya: MPIW bisa jadi industri pendukung buat Pindad," kata sumber itu. PT MPIW memang mengharapkan itu. "Kalau kami bisa jadi anak angkat IPTN atau Pindad, alangkah senangnya," kata Beno berandai-andai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus