Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Ruang kerja bersama atau co-working space diprediksi berkembang pesat tahun ini. Co-Founder Code Margonda, Didi Diarsa, menuturkan bahwa kebutuhan co-working space terus meningkat, terutama untuk perusahaan. Buktinya, tingkat okupansi ruang kerja yang ia buka di Depok kini selalu penuh. "Permintaannya bisa sampai dua kali lipat," kata dia kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tingginya permintaan membuat Didi berencana melakukan ekspansi, khususnya di Depok. Namun dia tak hanya berfokus pada ruang kantor untuk perusahaan, tapi juga mengincar kerja sama dengan instansi pendidikan tinggi. Ruangan tersebut akan dimanfaatkan sebagai tempat transfer ilmu, seperti inkubator, tapi khusus bagi mereka yang siap memasuki pasar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Didi, kerja sama membangun ruang kerja yang disebut akselerator tersebut telah dilirik beberapa universitas, termasuk Universitas Indonesia di Depok. "Universitas Diponegoro di Semarang, Universitas Padjadjaran di Bandung, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Surabaya juga menyatakan tertarik," katanya.
Managing Director WeWork Southeast Asia & Korea, Turochas Fuad, menyatakan perkembangan dinamis industri start-up di Indonesia menjadi salah satu kunci ekspansi. Industri tersebut didorong banyaknya perusahaan rintisan di Indonesia, yang didukung pemerintah. "Kami melihat banyak kesempatan bagi WeWork untuk menjembatani kesenjangan lokal guna menciptakan lingkungan yang ideal bagi start-up belajar dan berkembang," kata dia.
Turochas menargetkan membuka ruang kerja bersama di lebih dari 1.000 lokasi dan 1 juta meja pada paruh kedua 2020. Saat ini WeWork telah memiliki 625 lokasi global di lebih dari 125 kota.
Lembaga konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) mencatat perusahaan berbasis teknologi dan co-working space menyerap sekitar separuh dari total penyerapan ruang sewa perkantoran selama 2019 di kawasan central business district. "Total penyerapannya sepanjang tahun lalu sebanyak 200 ribu meter persegi," kata Head of Research JLL, James Taylor, dalam laporan yang bertajuk "Jakarta Property Market Update Four Quarter 2019".
Co-working space tercatat masih aktif melakukan ekspansi di gedung-gedung kelas A. Hal ini salah satunya disebabkan oleh harga sewa untuk bangunan kelas A yang mengalami penurunan sekitar 4 persen dari periode 2018.
James mencatat terdapat kenaikan penyerapan sewa oleh co-working space dibanding periode 2018. Jumlah operatornya tercatat meningkat 37 persen dan luas wilayah yang disewa meningkat 98 persen. Saat ini pasar didominasi Co-Hive, GoWork, dan WeWork. Dia mencatat 89 persen dari co-working space tersebut berlokasi di gedung perkantoran.
Berdasarkan survei JLL terhadap 560 pemimpin perusahaan real estate, ruang kerja kolaboratif akan meningkat menjadi 30 persen dari portofolio properti komersial perusahaan di seluruh dunia pada 2020. Mereka memprediksi ruang kerja fleksibel dapat berkembang di kota seperti Singapura, Tokyo, dan Sydney. "Seperti halnya negara lain di kawasan ini, operator ruang kerja fleksibel terus berkembang pesat di Indonesia," katanya.
Senior Associate Director Colliers Ferry Salanto juga memperkirakan co-working space bakal berkembang pesat sepanjang 2020. Pasalnya, ruang kerja bersama memberikan fleksibilitas, baik bagi perusahaan rintisan maupun perusahaan yang sudah mapan. Dia mencatat bahwa ruang kerja tersebut mampu menopang pertumbuhan penyerapan di gedung perkantoran yang pada tahun lalu turun. "Co-working menjadi kontributor serapan di gedung perkantoran," katanya. VINDRY FLORENTIN
Ruang Kerja Bersama Masih Tumbuh Pesat Tahun Ini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo