Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah melemah ke level Rp 16.278 per dolar Amerika Serikat pada penutupan perdagangan Selasa, 18 Februari 2025. Pelemahan mata uang Indonesia diprediksi bakal berlanjut besok
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rupiah melemah 10 poin dibanding penutupan sebelumnya. Pengamat forex Ibrahim Assuaibi memprediksi pelemahan bakal berlanjut. “Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.260 - Rp 16.320 per dolar AS,” kata Ibrahim dalam analisis rutinnya, Selasa 18 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelemahan rupiah seiring dengan menguatnya indeks dolar AS. Menurut Ibrahim, sentimen yang memengaruhi pergerakan kurs di antaranya adalah adanya ketidakpastian yang berkelanjutan atas rencana tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump.
Presiden dari partai Republikan itu mengisyaratkan bahwa tarif timbal baliknya pada mitra dagang AS baru akan dikenakan pada bulan April. Namun laporan selama akhir pekan menunjukkan Uni Eropa sedang mempertimbangkan kontrol impor pada barang-barang tertentu asal Amerika. “Sebuah langkah yang dapat menandai peningkatan ketegangan perdagangan dengan AS,” ucapnya.
Pekan lalu, Trump mengenakan tarif 25 persen pada semua impor baja dan aluminium. Hal ini, kata Ibrahim, meningkatkan kekhawatiran atas tindakan pembalasan dari negara lain. Selain itu, pasar tetap waspada terhadap suku bunga AS yang tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Pejabat bank sentral Amerika atau Federal Reserve mengisyaratkan masih akan mempertahankan suku bunga stabil meski tarif Trump tak menyebabkan lonjakan besar inflasi. Komentar tersebut muncul setelah data pekan lalu menunjukkan inflasi AS tumbuh lebih dari yang diharapkan pada bulan Januari.
Fokus investor pekan ini, menurut Ibrahim, akan tertuju pada rilis rapat Federal Reserve Januari. “Untuk mengukur bagaimana para pembuat kebijakan telah berupaya mempertimbangkan risiko perang tarif yang lebih luas menyusul kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump.”
Data terkini harga konsumen AS meningkat pada laju tercepat dalam hampir 18 bulan pada bulan Januari. Hal itu kata dia memperkuat pesan The Fed bahwa mereka tidak terburu-buru untuk melanjutkan pemotongan suku bunga di tengah meningkatnya kekhawatiran ekonomi.
Pilihan Editor: 5 Tuntutan BEM SI dalam Aksi Indonesia Gelap: Evaluasi MBG hingga Minta Tukin Dosen ASN Dicairkan