KOPERASI. Mungkin satu kata ini sekarang terus terngiang-ngiang di telinga para konglomerat. Pekan-pekan ini mereka kembali bekerja keras melaksanakan amanat Kepala Negara agar sebagian saham mereka dijual kepada koperasi. Tak tanggung-tanggung, 40 pengusaha, ada yang kelas konglomerat ada juga yang belum, bersafari mengunjungi calon mitra kerja mereka. Selama tiga hari para pengusaha yang dipimpin oleh Sofjan Wanandi dari Gemala Group berkeliling Jawa Barat. Jawa Tengah, dan Jawa Timur. "Soalnya, kami kan harus kenal siapa mereka. Meski cuma satu persen, mereka kan pemegang saham," kata Sofjan. Buat para cukong, perkenalan dengan koperasi adalah hal yang terpenting. Selama ini mereka sudah terbiasa bekerja dengan dasar saling percaya. Tentu saja susah buat mereka jika tahu-tahu harus menjalankan usaha bersama dengan orang tak dikenal. Ada kekhawatiran jika niat baik Presiden ini bakal dimanfaatkan oleh pengurus koperasi yang bukan asli koperasi. Pemikiran ini juga yang membuat mereka mengajukan usul, kalau bisa koperasi yang bakal menjadi mitra mereka pilih sendiri. "Kalau sudah telanjur tercatat di akta sebagai pemegang saham, bisa repot," Sofjan menjelaskan. Itu sebabnya dari semula kontak dengan Departemen Koperasi terus dipelihara. Instansi ini juga berupaya agar acara yang mirip "cari jodoh" ini ada hasilnya. "Kami akan memilih satu-satu yang terbaik, agar para pengusaha itu bisa melihat kemampuan koperasi itu bagaimana," kata Dirjen Bina Usaha Koperasi, Subiakto Tjakrawerdaja. Mempersiapkan mana yang terbaik tentu tak gampang. Sampai tahun ini, tercatat 2.400 koperasi yang termasuk sehat. Koperasi inilah yang dianggap siap menerima pengalihan saham. Jenisnya pun macam-macam. Ada koperasi unit desa (KUD) mandiri, KUD klasifikasi A, KUD klasifikasi B, koperasi karyawan, dan tergabung pula di dalamnya Koperasi Pegawai Negeri. Dari jumlah itu. KUD mandiri yang dlsebut-sebut sebagai sasaran utama pengalihan saham jumlahnya mencapai 544 buah. Volume usaha mereka secara keseluruhan mencapai Rp 785,149 milyar setahun Artinya, rata-rata setiap koperasi punya kegiatan senilai Rp 1.433 milyar setahun. Anggota yang terhimpun di sini juga luar biasa, lebih dari l,4 juta orang. Buat koperasi, belum tentu apa yang ditawarkan para cukon, itu berkenan di hati. Seperti kata Naim Hardjanto, 51 tahun. Ketua KUD Karangploso Kabupaten Malang. "Kami lihat dulu Kalau mereka bonafide, ya tentu saja mau. Kalau tidak, kan lebih baik dananya digunakan untuk membesarkan unit-unit usaha milik sendiri," tutur kakek dua cucu itu diplomatis. KUD ini bolehlah berbangga. Dimulai 1981 dengan modal Rp 600 ribu dari 600 anggota, mereka kini memiliki aset senilai Rp 750 juta. Unit usahanya pun beragam, dari sapi perah sampai kerja sama dengan PLN untuk menerima pembayaran rekening dan pembacaan meter listrik di rumah-rumah. "Kami tumbuh 20 sampai 25% setahun," kata Naim bangga. Laporan keuangan mereka pun diaudit akuntan. Selain tak tertarik, banyak pengurus koperasi yang tak mengerti seluk-beluk persahaman. Ini terungkap pada dialog hari pertama safari di Institut Koperasi dan Manajemen Indonesia, Sumedang. Sebagian besar pengurus 50 koperasi yang berkumpul dari seantero Jawa Barat mencecar soal-soal teknis pembelian saham dari para konglomerat itu. Ada juga pengurus yang lebih suka memanfaatkan pertemuan untuk berbisnis. Mereka menawarkan berbagai kerja sama dengan kelompok pengusaha kuat itu. Misalnya saja Koperasi Sinar Jaya, yang memiliki izin prinsip Bank Perkreditan Rakyat, segera saja melamar Bank Danamon sebagai mitranya. Ardian, Aji, dan M. Baharn (Malang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini