PT HM Sampoerna tak hentihentinya berekspansi. Produsen rokok yang bermarkas di Pasuruan, Jawa Timur, ini kabarnya tengah menjajaki kemungkinan untuk menerjuni Bentoel yang terbelit utang besar. Tapi, tentang ini, belum ada kepastian, sementara awal Agustus 1992 Sampoerna sudah akan memproduksi rokok putih merek Salem. Ini merupakan hasil kerja sama antara Sampoerna dan pemegang merek Salem di Amerika, R.J. Reynold Tobacco Co. Kerja sama itu tidak terbatas pada proses produksi dan manajemen pemasaran saja, tapi juga menyangkut pemenuhan bahan baku. Tembakau untuk sementara 40% akan diimpor dari Amerika. Begitupun 50% bahan baku lainnya (di luar tembakau) akan dipasok oleh pemegang merek. Kelak, "Kami akan menggunakan 100% tembakau lokal," kata Ricky Tanudibrata, manajer cabang Sampoerna di Surabaya. Soalnya, Indonesia juga memiliki jenis tembakau yang kualitasnya setingkat dengan Burley (tembakau Amerika yang digunakan untuk membuat Salem). Pada tahap pertama, Sampoerna akan memproduksi 200 juta batang Salem, seharga Rp 1.350 per bungkus (20 batang). Peluncurannya akan dimulai dengan biaya promosi Rp 5 milyar. Tentu belum bisa dipastikan apakah Salem akan berjaya. Soalnya, kendati pasar rokok putih di Indonesia masih luas (2,7 milyar batang setahun), Salem harus menghadapi para pesaing yang telah lebih dulu berkibar di sini. Paling tidak, Salem akan berduel dengan Dunhill hijau, rokok putih yang juga beraroma mentol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini