APAKAH gairah pasar modal sudah kembali? Inilah agaknya yang akan dites dengan peluncuran saham PT Semen Tonasa. BUMN (badan usaha milik negara) yang berlokasi di Sulawesi Selatan ini berencana menjual 43,8 juta lembar saham, September depan. PT Ficoritas, anak perusahaan PT Ficorinvest (saham mayoritasnya milik Bank Indonesia), tampil sebagai penjamin penjualan saham Tonasa. "Jaminan kami full commitment," kata Irawan Gunari, Managing Director PT Ficoritas. Berarti, semua saham Tonasa dijamin laku. Namun, pihak Ficoritas agaknya masih perlu berkonsultasi dengan para pialang untuk menentukan harga saham Tonasa di pasar perdana. Maklum, dua tahun lalu penjualan saham PT Semen Gresik BUMN pertama yang masuk bursa (go public) amat mengecewakan. Harga saham di pasar perdana Rp 7.000 per lembar, tapi di pasar bebas (bursa), jatuh ke Rp 5.000 per lembar. Dirut Semen Tonasa, Ir. Soebyakto, mengungkapkan bahwa hasil bersih penjualan saham diharapkannya Rp 206 milyar. Harga sahamnya mungkin Rp 4.700. Tapi, dengan biaya emisi (perizinan, promosi, fee pialang, dan sebagainya), harga perdana saham Tonasa bisa mencapai Rp 5.000. Namun, Kitty Twysell, seorang analis dari kalangan PPUE (Perserikatan Pedagang Uang dan Efek) menganggap harga itu kemahalan. "Dibandingkan saham Semen Gresik, price earning ratio (PER) Tonasa memang lebih baik. Tapi jika diperhitungkan sejumlah faktor lain, wajarnya Rp 4.000 per lembar," kata Presdir (perusahaan pialang) PT Tata Securitas Maju ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini